BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Agama islam sangat menjunjung tinggi pendidikan, serta tidak membeda-bedakan
pendidikan kepada laki-laki maupun pendidikan kepada wanita. Sebagaimana
hadits nabi yang berbunyi.
طَلَبُ
الْعِلْمِ فَرِيْضَةُ عَلَي كُلِّ مُسْلِمٍِ وَ مُسْلِمَةٍِ
Artinya:
“menuntut
ilmu di wajibkan bagi tiap-tiap orang islam lelaki dan orang islam perempuan”.
Didalam
Al-Qur’an juga banyak ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan,
diantaranya surah Al-Alaq ayat 1-5 menjelaskan kewajiban belajar mengajar,
begitu juga pada surah Luqman ayat 12-19 yang menjelaskan materi
pendidikan. Dari keterangan hadits dan ayat Al-Quran tersbut dapat kita
katakan bahwa didalam islam pendidikan itu sangat penting.
Dari begitu besarnya perhatian islam terhadap pendidikan, tentu agama islam
memiliki tujuan dan alasan tersendiri terhadap permasalahan tersebut. Oleh
karena itu, dalam makalah ini kami akan memaparkan tujuan agama islam menyuruh
umatnya memperhatikan pendidikan. Dimana di dalam memaparkannya kami mengambil
dari tafsir ayat-ayat tentang tujuan pendidikan. Dan kami tidak mengambil dari
satu kitab tafsir saja, tapi kami menghubungkan dari beberapa kitab tafsir
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tujuan
pendidikan islam
Muhammad Abduh menjelaskan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai yakni mencakup aspek kognitif (akal), aspek afektif (moral), dan
spiritual. Dengan kata lain, terciptanya kepribadian yang seimbang, yang tidak
hanya menekankan perkembangan akal, tetapi juga perkembangan spiritual.
Sehubungan dengan itu, Quraish shihab pendidikan islam adalah pencapaian tujuan
yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an yaitu serangkaian upaya yang dilkukan oleh
seorang pendidik dalam membantu anak didik menjalankan fungsinya di muka bumi,
baik pembinaan pada aspek material maupun spiritual.
Sementar itu,
hasil keputusan kongres pendidikan islam sedunia tahun 1980 di Islamabad,
tujuan pendidikan islam yakni upaya untuk menumbuhkan kepribadian manusia yang
menyeluruh , secara seimbang, melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang
rasional, perasaan dan indera. Oleh Karena itu, pendidikan harus mencapai
pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya; spiritual, intelektual, imajinatif,
fisik, ilmiah dan bahasa secara individual maupun kolektif mendorong semua
aspek kea rah kebaikan dan mencapai kesempurnaan, tujuan akhirnya adalah dengan
perwujudan ketundukan yang sempurn kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas
maupun seluruh umat manusia.
Sedangkan tujuan
pendidikan Nasional menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyatakan pendidikan adalah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.[1]
Dikatakan oleh
Dr. Zakiah Darajat bahwa tujuan pendidikan islam secara keseluruhan, yaitu
kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola takwa,
insane kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan
berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. Ini
mengandung arti bahwa pendidikan islam itu di harapkan menghasilkan manusia
yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senagn dan gemar mengamalkan
dan mengembangkan ajaran islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan
sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini
untuk kepentingan hidup di dunia kini dan akhirat nanti.[2]
Tujuan pendidikan islam mempunyai cakupan yang
sangat luas baik secara material maupun secara spiritual. Pendidikan islam
tidak hanya melihat bahwa pendidikan sebagai upaya mencerdaskan semata
melainkan sejalan dengan konsep islam tentang manusia dan hakikat
eksistensinya. Bahkan pendidikan islam berupaya menumbuhkan pemahaman dan
kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah, perbedaannya adalah kadar
ketaqwaannya sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif.
Akhirnya tujuan
pendidikan islam adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman dan
berpengetahuan, dan saling menunjang satu sama lainnya. Jikalau tidak, dapat
dinyatakan sebagai kebodohan baru.[3]
B.
Tujuan
pendidikan dalam Tafsiran Surah Al-Imran Ayat 138-139
»yd b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur úüÉ)GßJù=Ïj9 ÇÊÌÑÈ wur (#qãZÎgs? wur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ
Artinya:
(Al Quran) Ini adalah
penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang
yang bertakwa. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya),
jika kamu orang-orang yang beriman.
1.
Mufrodat (Kosakata)
a. Al-Imran
ayat 138
Ini هَٰذَا
Penerangan بَيَانٌ
Bagi manusia لِّلنَّاسِ
Dan petunjuk وَهُدًى
Dan pelajaran وَمَوْعِظَةٌ
Bagi orang-orang yang bertakwa لِّلْمُتَّقِينَ
b. Al-Imran
139
Dan
jangan وَلَا
Kamu
lemah تَهِنُوا۟
Dan jangan وَلَا
Kamu bersedih hati تَحْزَنُوا۟
Dan/padahal kamu وَأَنتُمُ
|
Lebih
tinggi ٱلْأَعْلَوْنَ
jika إِن
kamu
adalah كُنتُم
oranag-orang
yang beriman مُّؤْمِنِينَ
2. Penjelasan
a.
Al-Imran ayat 138
Pada ayat 138 menjelaskan bahwa penuturan
yang telah lalu tersebut merupakan penjelasan tentang keadaan umat manusia
sekaligus sebagai petuah dan nasehat bagi orang yang bertakwa dari kalangan
mereka. Petunjuk ini sifatnya umum bagi seluruh umat manusia dan merupakan
hujja atau bukti bagi orang mukmin dan kafir, orang yang bertakwa atau fasik.[4]
Ahmad Musthafa Al-Maraghy dalam
tafsirnya menjelaskan, ini (Al-Qur’an) adalah sebagai petunjuk dan petuah yang
khusus bagi orang-orang yang bertakwa karena mereka orang yang mau mengambil
petunjuk dengan kenyataan-kenyataan seperti ini. Mereka juga mau mengambilnya
sebagai pelajaran dalam menghadapi kenyataan yang sedang mereka alami. Orang
mukmin sejati adalah orang yang mau mengambil hidayah dari Al-kitab dan mau
menerima penyuluhan nasehat-nasehatNya, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh
firmanNya.[5]
(al-baqara: 2)
y7Ï9ºs Ü=»tGÅ6ø9$# w |=÷u ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`É)FßJù=Ïj9 ÇËÈ
Artinya:
Kitab[11] (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Adapun Ibnu Katsier menjelaskan
bahwa firman Allah( b$ut/»yd )”ini adalah
penjelasan bagi seluruh manusia” yakni Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat
penjelasan mengenai berbagai hal, (×psàÏãöqtBur Yèdur)
“dan petunjuk serta pelajaran” yakni di dalam Al-Qur’an itu terdapat berita
tentang orang-orang sebelum kalian dan petunjuk bagi hati kalian sekaligus
pelajaran, yaitu pencegahan terhadap hal-hal yang diharamkan dan perbuatan
dosa.[6]
Sedangkan menurut Quraish shihab
dalam bukunya tafsir al-mishbah menjelaskan ini, yakni pesan-pesan yang
dikandung oleh semua ayat-ayat yang lalu, atau al-Qur’an secara keseluruhan
adalah penerangan yang member keterangan dan menghilangkan kesangsian serta
keraguan bagi seluruh manusia, dan ia juga berfungsi sebagai petunjuk yang member
bimbingan- masa kini dan dating- menuju kearah yang benar serta peringatan yang
halus dan berkesan menyangkut hal-hal yang tidak wajar bagi orang-orang yang
bertakwa, yang antara lain mampu mengambil hikma dan pelajaran dari
sunnahtullah yang berlaku dalam masyarakat.[7]
Prof. Hamka dalam tafsirnya juga
mengatakan bahwa memperhatikan orang memperoleh penjelasan, petunjuk, dan
pengajaran bagi orang yan bertakwa. Dari sini kita dapat mengetahui lagi betapa
luasnya arti takwa. Pokok arti, ialah memelihara (wiqayah). Maksud yang
pertama, ialah takwa kepada Allah, memelihara hubungan dengan Allah SWT dan
takut kepadaNya. Tetapi dalam ayat ini kta bertemu lagi dengan arti yang lain,
yaitu memelihara, menjaga, awas, dan waspada. Maka dengan demikian takwa kepada
Allah SWT tidaklah cukup sekedar dengan ibadat shalat, berzakat dan berpuasa
saja. Tetepi termasuk lagi dalam rangka ketakwaan ialah kewaspadaan menjaga
agama dari intaian musuh. Taat kepada komando pimpinan, sebab kalau kalah
karena tidak ada kewaspadaa, jangan Allah yang disalahkan, tetapi salahkanlah
diri sendiri yang lengah.[8]
Al-Qaththan menjelaskan bahwa,
dengan mengetahui sejarah perjalanan manusia dan alam ini, maka dapat diambil
pelajaran bahwa manusia yang berjalan sesuai dengan sunnatullah dia akan
selamat dan begitu pula sebaliknya (al-Qaththan, Juz . 1 h. 223). Dari
penjelasannya itu dapat kita ambil kesimpulan bahwa salah satu tujuan pendidikan Islam adalah harus dapat mengantarkan
peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku. Sesuai
dengan sunnatullah.
b.
Al-Imran ayat 139
Pada ayat 139 memberitakan bahwa
janganlah kalian merasa lemah dalam menghadapi pertempuran dan hal-hal yang di
akibatkan olehnya, seperti membuat persiapan dan mengatur siasat perang,
lantaran luka dan kegagalan dalam perang uhud. Janganlah kalian bersedih atas
orang-orang yang mati selama perang tersebut. Bagaimana perasaan lemah dan
sedih menimpah kalian, sedangkan kalian merupakan orang-orang yang berada di
atas angin. Sunnatullah telah menerapkan pada saat terdahulu, bahwa akibat yang
baik itu bagi oaring-orang yang bertkwa tidak pernah menyimpang dari sunnahnya.[9]
Hamka
dalam tafsirnya terkait surat al-imran ayat 139 menjelaskan bahwa setelah
perang uhud yang telah menewaskan tujuh puluh Mujahid Fi-Sabilillah, antarnya
Hamzan bin Abdul Muthalib, paman nabi S.a.w sendiri dan nabi S.a.w pun mendapat
luka. Kelihatanlah kelesuhan, lemah semangat, dan dukacita; maka datanglah ayat
ini: angkat mukamu, jangan lemah dan jangan duka cita. Sebab suatu hal masih ada
padamu,modal tunggal yang tidak pernah dapat dirampas oleh musuhmu, yaitu iman.
Jikalau kamu benar-benar masih mempunyai iman dalam dadamu, kamulah yang tinggi
dan akan tetap tinggi. Sebab iman itulah pandumu menempu zaman depan yang masih
akan mau dihadapi.[10]
Adapun
Ibnu Katsier menjelaskan Allah
menghibur kaum muslimin dengan berfirman (#qãZÎgs?wur) “janganlah
kamu bersikap lemah”. Artinya janganlah kalian melemah akibat peristiwa yang
telah terjadi itu, (ûüÏZÏB÷sBOçGYä.bÎ) tböqn=ôãF{$# NçFRr&ur#qçRtøtrBwur)
“dan jangan pula kamu bersedih hati, padahal kamu adalah orang- orang yang
paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman “ maksudnya,
bahwa kesudahan yang baik dan pertolongan hanya bagi kalian, wahai orang-orang
yang beriman.[11]
Ahmad Musthafa Al-Maraghy dalam tafsirnya juga
menjelaskan sesungguhnya cita-cita orang kafir hanya sesuai dengan tujuan
rendah yang di kerjanya. Tidak demikian halnya dengan tujuan orang-orang
mukmin, yaitu ingin menegakkan mercusuar keadilan di dunia, mengejar
kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Dengan syarat kalian benar-benar beriman
terhadap kebenaran janji Allah yang akan menolong orang-orang yang menolong
Allah. Allah menjadikan akibat yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa
lagi mau mengikuti sunnahNya dalam tatanan kemasyarakatan ini, sehingga jadilah
sifat tersebut tetap bagi diri kalian, mapan dalam jiwa dan amal kalian.
Sesungguhnya
Allah melarang merasa susah terhadap apa yang telah lewat, karena hal tersebut
akan menyakitkan seseorang kehilangan semangat. Sebaliknya Allah tidak melarang
hubungan seseoorang dengan apa yang dicintainya, yaitu harta, kekayaan atau
teman yang dapat memulihkan kekuatannya, serta dapat mengisi hatinya dengan
kegembiraan. Yang dimaksud dengan larangan hal seperti itu adalah mengobati
jiwa dengan cara bekerja, meski dengan cara terpaksa.[12]
Memang penafsiran para penafsir pada
ayat 138-139 surah Al-Imran di atas hanya sebagian menyinggung permasalahan
pendidikan, hal itu dapat dimaklumi karena para penafsir dalam menafsirkan ayat
tersebut mengunakan sudut pandang secara umum. Namun apabila di dalam memahami
ayat tersebut menggunakan sudut pandang pendidikan maka akan diketahui tujuan
pendidikan yang terdapat pada ayat tersebut.
Adapun dari surah Al-Imran 138 “(Al Quran) Ini adalah penerangan bagi
seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” dapat
kita ketahui bahwa tujuan pendidikan disini ialah agar manusia mengetahui jalan
hidup yang lurus dan benar, dimana Al-Quran lah yang menjadi pendidik dan
menjadi penerang jalan hidup manusia. Dan tujuan pendidikan pada ayat 139 “Janganlah
kamu bersikap lemah” yaitu agar manusia menjadi orang yang kuat, sehat
jasmani dan rohani, “dan janganlah (pula) kamu bersedih hati”
yaitu agar manusia bahagia dan tentram hidup didunia dan diakhirat, kemudian
dilanjutkan dengan “padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi” yaitu
agar derajat manusia bertambah tinggi. Dan kesimpulan tujuan pendidikan yang
ada pada ayat 139 ini yaitu agar manusia menjadi orang yang benar-benar beriman
kepada Allah, dengan semakin tingginya pendidikan yang manusia dapatkan
diharapkan manusia tersebut semakin kuat imannya kepada Allah SWT.
Sehingga tujuan pendidikan tidak akan tercapai apabila seseorang yang
mendapatkan pendidikan lebih tinggi bukannya bertambah imannya namun imannya
semakin berkurang.
Selain itu orang yang mendapatkan pendidikan tidak akan tercapai tujuannya
apabila nantinya tidak menjadi orang yang dapat mengambil pelajaran dari
sejarah, tidak menjadi orang yang jalan hidup yang lurus dan benar, tidak
menjadi orang yang kuat serta sehat jasmani dan rohani, tidak menjadi orang
bahagia dan tentram hidup di dunia dan di akhirat, tidak menjadi orang yang
derajatnya bertambah tinggi.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan pendidikan yang terdapat pada surah
Al-Imran ayat 138-139 yaitu:
1.
Agar manusia bisa mengambil
pelajaran dari sejarah masa lalu, dari sunnah-sunnah Allah yang berlaku pada
manusia sebelumnya.
2.
Agar
manusia mengetahui jalan hidup yang lurus dan benar, dimana Al-Quran lah yang
menjadi pendidik dan menjadi penerang jalan hidup manusia.
3.
Agar menjadi manusia yang kuat serta sehat jasmani dan rohani, menjadi
orang yang bahagia dan tentram hidup didunia dan diakhirat, serta menjadi orang
yang derajatnya bertambah tinggi.
4.
Agar
manusia menjadi orang yang benar-benar beriman kepada Allah
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad
Musthafa Al-Maraghy, Tafsir Al-Maraghy jilid 4, Semarang :Toha
Putra, 1993.
Gani
Hasniati Ali, ilmu pendidikan islam,
Ciputat: Quantum Teaching, 2008.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: PT. Pustaka Nasional, 1983
Katsier
Ibnu, Terjemah Singkat Ibnu katsier,
Surabaya: PT. Bina Ilmu,
Shihab Quraish, Tafsir al-mishbah, Ciputat: Lentera Hati, 2000
Uhbiyati
Nur, ilmu pendidikan islam, Bandung:
CV PUSTAKA SETIA, 1999
Tugas:
Makalah
TUJUAN
PENDIDIKAN DALAM QS. AL-AIMRAN
AYAT
138-139
Oleh
HENRIATI
SITI
AZINAH
ANWAR
SADAT
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SULTAN
QAIMUDDIN
KENDARI
[1]
Hasniati Gani Ali, ilmu pendidikan islam, (ciputat: Quantum
Teaching, 2008), h. 32
[2] Nur uhbiyati, ilmu pendidikan islam, (Bandung: CV
PUSTAKA SETIA, 1999), h. 41
[3]
Hasniati Gani Ali, op.cit., h. 34
[5] Ibid., h. 133
[6] Ibnu Katsier, Terjemah Singkat Ibnu katsier,
(Surabaya: PT. Bina Ilmu,____), h. 149
[9]
Ahmad Musthafa Al-Maraghy, op.cit., h. 134
[10]
Hamka, op.cit., h. 933
[11]
Ibnu Katsier, op.,cit. h. 149
[12]
Ahmad Musthafa Al-Maraghy, op.cit., h. 134
Tidak ada komentar:
Posting Komentar