BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
a) Al-qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara terpisah dalam kurun waktu yang tak
sebentar yaitu kurang lebih 23 tahun lamanya.Dan al-Qur’an diturunkan didua
daerah yaitu di Makkah dan di Madinah, maka dari itu ayat-ayat tersebut
dinamakan ayat Makkiyah dan ayat Madaniyah.Oleh karena itu dalam makalah ini
penulis akan memaparkan tentang pengertian dan perbedaan ayat-ayat tersebut.
b) Al-Qur’an seperti yang kita ketahui
terdiri dari 114 surat, yang diawali
dengan beberapa macam pembukaan (fawatih al-suwar) dan diakhiri dengan berbagai
macam penutup (khawatim at-suwar). Diantara macam pembuka surat yang tetap pembahasannya hingga sekarang ini huruf
muqatha’ah. Menurut Watt, huruf-huruf yang terdiri dari huruf-huruf hijaiyah
ini, selain mandiri juga mengandung banyak misterius, karena pada saat ini
belum ada pendapat yang dapat menjelaskan masalah ini secara memuaskan.
B. Masalah
1.
Apa pengertian ayat Makkiyah dan
Madaniyah ?
2.
Apa cirri-ciri khusus ayat Makkiyah dan
Madaniyah ?
3.
Apa urgensi mengetahui ayat Makkiyah dan Madaniyah dalam
menafsirkan al-Qur’an ?
4.
Apa
pengertian fawatih al-suwar ?
5.
Bagaimana
pandangan dan pendapat para ulama terhadap fawatih al-suwar ?
6.
Apa
urgensi fawatih al-suwar dalam tafsir al-Qur’an ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Makiyah Dan Madaniah
Al-Qur’an
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara terpisah selama kurang lebih 23
tahun, Rasulullah SAW menghabiskan waktunya lebih banyak di Mekkah sebagaimana
firman Allah : QS. Al-Isra : 106.
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacanya perlahan-lahan kepada manusiadan Kami
menurunkannya bagian demi bagian.”(QS.AL-Isra: 106)
Terdapat beberapa pendapat
tentang kriteria yang di pakai untuk menentukan Makkiyah dan madaniyahnya suatu
surah atau ayat.
Sebagian ulama menetapkan lokasi
turunya Al-Qur’an sebagai dasar penentuan ayat atau surah Makkiyah atau
Madaniyyah. Seperti pernyataan bahwa Ayat-ayat Makkiyah
adalah ayat yang turun di Mekkah walaupun setelah hijrah dan Madaniyah adalah
ayat-ayat yang turun di Madinah.Termaksud ayat-ayat Makiyah seperti : ayat-ayat
yang diturunkan di Minah, Arafah dan Hudaibiyah begitu juga tentang ayat-ayat
Madaniyah yang diturunkan di Badr.[1]
Pendapat
ini memiliki kelemahan karena hanya mencakup semua ayat dan surah yang turun di
daerah mekkah dan sekitarnya seperti minah, arafa dsbnya. Demikian pula
ayat-ayat Madaniyah hanya mencakup semua ayat dan surah yang turun di Madinah
dan sekitarnya termasuk Badar dan Uhud. Tetapi tidak mencakup ayat/surah yang
turun di luar daerah Mekkah dan Madinah. Misalnya surah al-taubah ayat 43 turun
di Tabuk dan al-zukhruf ayat 45 turun di bait al-magdis. Kedua kota ini tidak
dapat di kategorikan wilayah kota Mekkah demikian pula kota Madinah.
Sebagian
ulama lagi yang menyatakan orang/golongan yang menjadi sasaran ayat/surah
sebagai kriteria penentuan Makkiyah atau Madaniyahnya, sehingga mereka
merumuskan defenisi bahwasanya Makkiyah ialah khitbabnya (seruannya) jatuh
kepada penduduk Mekkah dan Madaniyah ialah khitbabnya jatuh kepada penduduk
Madinah.
Defenisi
ini dimaksudkan bahwa ayat atau surah yang di mulai dengan ya ayyuha al-nas
adalah Makiyyah karena penduduk Mekkah ketika itu pada umumnya masih kafir,
sekalipun seruan ini pula di turunkan kepada selain penduduk Mekkah. Sedang
ayat atau surah yang di mulai dengan ya ayyuhallazina amanu adalah Madaniyah
karena penduduk Madinah pada waktu itu pada umumnya sudah beriman, meskipun
seruan itu juga di tujukan kepada selain penduduk madinah.
Pendapat
ini juga terdapat kelemehan antara lain tidak semua ayat itu atau surah itu
menggunakan kedua seruan ini, demikian pula bahwa tidak selamanya ayat atau
surah yang menggunakan seruan ya ayyuha al-nas adalah makkiyah, begitu pula
sebaliknya. Misalnya surah annisa’ adalah madaniyah padahal ayatnya di awali
dengan ya ayyuha al-nas. Sebaliknya surah al-hajj adalah makkiyah akan tetapi
di ayat ke 77 menggunakan seruan ya ayyuahallazina amanu.
Ada
pula ulama yang menetapkan berdasarkan masa turunya ayat atau surah, maka
mereka membuat defenisi tenttang makkiyah ialah yang di turunkan sebelum nabi
hijra ke Madinah, sekalipun di turunkan sesudah nabi hijra meskipun turunya di
Mekkah. Defenisi terakhir ini adalah yang popular di kalangan ulama, karena
mengandung pembagian makkiyah dan madaniyah secara tepat.[2]
Ayat
Makkiyah turun selama 12 tahun 15 bulan dan 13 hari.Tepatnya mulai 17 Ramadhan
tahun 14 hingga awal tahun 54 dari kelahiran Nabi.Sedangkan ayat Madaniyah
diwahyukan selama 9 tahun 9 bulan 9 hari. Yaitu dari permulaan Rabiul Awal
tahun 54 dari kelahiran Nabi hingga 9 zulhijjah tahun 63 dari kelahiran Nabi
atau tahun 10 hijriah. Perbandingan ayat
yang turun di Mekkah berkisar 19/30 sedangkan ayat yang turun di Madinah
berkisar 11/30.[3]
B. Ciri-Ciri
Khusus Ayat Makkiyah Dan Madaniyah
Adapun
ciri khusus ayat Makkiyah adalah:
1. Ajakan kepada tauhid dan beribadah
hanya kepad Allah.
2. Peletakan dasar umum bagi
perundangan dan akhlak mulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat.
3. Menyebutkan kisah para Nabi dan umat
terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib bagi yang
mendustakannya.
4. Ayat Makkiyah
terdapat lafas-lafas yang mengerikan bagi orang-orang yang mendengarnya,
ayat-ayatnya mengemukakan ancaman dan azab atau siksaan terhadap
perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah.
5. Terdapat pula
ayat-ayat yang mengajak bertanding membuat kitab yang menyamai al-Qur’an.[4]
Adapun ciri khusus ayat Madaniyah
adalah:
1. Menjelaskan ibadah dan muamalah had
kelaurga, warisan, jihad, hubungan sosila, internasional.
2. Seruan terhadap Ahli Kitab dari kalangan
Yahudi dan Nasrani dan ajakan kepada mereka untuk masuk islam.
3. Membuka rahasia orang munafik dan
rencana mereka, untuk merusakkan agama Islam.[5]
Sebagai salah satu contoh yang dapat
dikemukakan adalah surat al-Anfal ayat 30.
“Dan
(ingatlah)ketika orang-orang kafir (Quraysy) memikirkan daya upaya terhadapmu
untuk menangkap dan memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu.Mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu daya.( QS. Al-Anfal: 30)
Ayat diatas salah satu contoh ayat-ayat Makkiyah dalam surat
Madaniyah. Sedangkan ayat Madaniyah yang terdapat dalam surat Makkiyah antara
lain dala surat al-An’am: 151-153. Adalagi jenis lain, yaitu ayatnya diturunkan
di Mekkah tetapi tetap dikategorikan sebagai ayat Madaniyah. Hal tersebut
lantaran ayat terkait turun setelah Nabi hijrah, misalnya surat al-Hujurah:13.[6]
C. Urgensi Mengetahui Ayat Makkiyah Dan
Madaniyah Dalam Menafsirkan Al-Qur’an
Kegunaan dan
manfaat mengetahui Surat Makkiyah dan Surat Madaniyah banyak sekali dan
merupakan cabang ilmu-ilmu Al-Qur’an yang sangat penting untuk diketahui dan
dikuasai oleh seorang mufassir, sampai-sampai kalangan Ulama al-Muhaqqiqun
tidak membenarkan seorang penafsir Al-Qur’an tanpa mengetahui ilmu Makkiyah dan
Madaniyah.Hal itu karena pada pengetahuan tersebut memiliki beberapa manfaat,
di antaranya.
1.
Nampak jelas sastra Al-Qur’an pada
puncak keindahannya, yaitu ketika setiap kaum diajak berdialog yang sesuai
dengan keadaan obyek yang didakwahi ; dari ketegasan, kelugasan, kelunakan dan
kemudahan.
2.
Nampak jelas puncak tertinggi dari
hikmah pensyariatan diturunkannya secara berangsur-angsur sesuai dengan
prioritas terpenting kondisi obyek yang di dakwahi serta kesiapan mereka dalam
menerima dan taat.
3.
Pendidikan dan pengajaran bagi para
muballigh serta pengarahan mereka untuk mengikuti kandungan dan konteks
Al-Qur’an dalam berdakwah, yaitu dengan mendahulukan yang terpenting di antara
yang penting serta menggunakan ketegasan dan kelunakan pada tempatnya
masing-masin.
4.
Mengetahui hukum-hukum tasyri’ dan
tujuannya,serta berangsur-angsurnya hukum tersebut sesuai dengan kebutuhan
serta kesiapan untuk menerima hokum-hukum tersebut.
5.
Membedakan antara nasikh dan mansukh
ketika terdapat dua buah ayat Makkiyah dan Madaniyah, maka lengkaplah
syarat-syarat nasakh karena ayat Madaniyah adalah sebagai nasikh (penghapus) ayat
Makkiyah disebabkan ayat Madaniyah turun setelah ayat Makkiyah.[7]
D. Pengertian
Fawatih Al-Suwar
Fawatir al-suwar
merupakan kata majemuk dari dua suku kata yaitu fawatir dan suwar. Kata fawatir adalah jamak taksir dari kata fatihah yang
bermakna pokok membuka lawan dari dari kata menutup. Secara leksikal kata
fatihah berarti permulaan. Demikian pula kata suwar adalah jamak taksir dari
kata surah, yang bararti bangunan yang tinggi, kedudukan, kemulian, dan juga
berarti tanda. Dinamakan surah karena ketinggian dan kemuliaan al-Quran, juga
karena keadaanya sebagai tanda atas kebenaran orang yang membawanya.
Adapun
pengertian surah menurut terminology adalah sejumlah al-quran yang mempunyai
permulaan dan penutup. Sedangkan al-Zarqaniy merumuskan bahwa surah adalah
sekelompok ayat-ayat al-Quran yang berarti berdiri sendiri, yang mempunyai
permulaan dan penutup. Rumusan pengertian surah tersebut semakna dengan
rumusan-rumusan yang di kemukakan oleh para ulama lain, hanya redaksi yang
berbeda.
Dari
pengertian di atas dapatlah di tarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud
fawatih al-suwar adalah permulaan surah yang berisi ayat-ayat al-Quran yang
terletak sesudah ayat penutup setiap surah.[8]
E.
Pandangan Dan Pendapat Para Ulama Terhadap Fatih
Al-Suwar
Menurut as-Suyuthi, pembukaan-pembukaan surat (awail al-suwar) atau
huruf-huruf hijaiyah ini termaksuk ayat-ayat Mutasyabihat. Disini para ulama
berbeda pendapat lagi dalam memehami dan menafsirkannaya dalam hal ini pendapat
para ulama pada pokoknya terbagi dua yaitu:
1.
Pendapat ulama yang memahaminya sebagai rahasia yang
hanya diketahui oleh Allah. Al-Suyuthi memandang pendapat ini sebagai pendapat
yang mukhtar (terpilih). Ibnu munzir meriwayatkan bahwa ketika al-Sya’bi
ditanya tentang pembukaan-pembkaan surat ini ia berkata: “sesungguhnya bagi
setiap kitab ada rahasia dan sesungguhnya rahasia al-Qur’an ini adalah
pembukaan –pembukaan surat. Ali bin Abi Thalib diriwayatkan pernah berkata :
“sesungguhnya bagi setiap kitab ada sari patinya, dan sari pati kitab
(al-Qur’an) ini adalah huruf-huruf ejaannya”. Abu Bakar juga diriwayatkan
pernah berkata :” pada setiap kitab ada rahasia, dan rahasia al-Qur’an adalah
permulaan-permulaan suratnya”.
2.
Pendapat yang memandang huruf-huruf awal surat ini
sebagai huruf-huruf yang mengandung pengertian yang dapat dipahami oleh
manusia. Karena itu penganut pendapat ini memberikan pengertian dan penafsiran
kepada huruf-huruf tersebut.[9]
Seluruh huruf yang terdapat pada
dalam pembukaan-pembukaan surat ini dengan tanpa berulang berjumlah 14 huruf (
alif, lam, mim, ha, ra, sin, tha, shad, kha, ya, ain, qaf, kaf,dan nun)atau
separuh dari jumlah keseluruhan huruf ejaan. Karena itu para mufassir berkata
bahwa pembukaan-pembukaan ini disebutkan untuk menunjukkan kepada bangsa Arab
akan kelemahan mereka. Meskipun al-Qur’an tersusun dari huruf-huruf ejaan yang
mereka kenal, sebagiannya datang dalam al-Qur’an dalam bentuk satu huruf saja
dan dan lainnya dalam bentuk yang tersusun dari beberapa huruf, namun mereka
tidak mampuh membuat kitab yang dapat menandinginya.Ini merupakan tantangan
al-Qur’an bagi bangsa Arab untuk membuat tandingannya.al-Qur’an diturunkan
dalam bahasa mereka sendiri.Akan, tetapi mereka tidak mempu membuat kitab yang
menyerupainya.Hal ini menunjukkan kelemahan mereka dihadapan al-Qur’an dan
membuat mereka untuk tertarik mempelajarinya.[10]
F.
Urgensi Fawatih al-Suwar Dalam Tafsir Al-Qur’an
Banyak
sekali urgensi yang kita dapat dalam mengkaji Fawatih al-Suwar. Adapun sebagian
dari urgensinya sebagai berikut: Sebagai Tanbih( peringatan ) dan dapat
memberikan perhatian baik bagi nabi, maupun
umatnya dan dapat menjadi pedoman bagi kehidupan ini. Sebagai pengetahuan bagi
kita yang senantiasa mengkajinya bahwa dalam fawatih as-suwar banyak sekali
hal-hal yang mengandung rahasia-rahasia Allah yang kita tidak dapat
mengetahuinya. Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri
kepada Allah swt. Dengan cara beriman dan beramal shaleh dan menambah keyakinan
kita bahwa al-Qur’an itu adalah benar-benar kalam Allah swt. Untuk
menghilangkan keraguan terhadap al-Qur,an terutama bagi kaum mislimin yang
masih lemah imannya karena sangat mudah terpengaruh oleh perkataan musuh-musuh
islam yang mengatakan bahwa al-qur’an itu adalah buatan Muhammad.[11]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Makkiyah
adalah ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya atau sebelum Nabi hijrah
ke Madinah, sedangkan ayat Madaniyah yaitu ayat yang diturunkan di Madinah atau
pasca hijrahnya Rasulullah SAW.Ayat Makkiyah berisikan tentang seruan kepada
penduduk Mekkah dan ayat Madaniyah seruan kepada penduduk Madinah. Dengan
ciri-ciri bahwa ayat-ayat yang dimulai dengan lafadz “yaa ayyuhaa naas” adalah
ayat-ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang dimulai dengan lafadz “ yaaa
ayyhuuhallazinz amanu adalah ayat-ayat Madaniyah. Dan ada pulah ciri umum
lainnya yaitu: ayat Makkiyah pendek-pendek dibandingkan ayat Madaniyah.Serta ayat Makkiyah berisikan
tauhid dan seruan tentang keimanan atau aqidah, sedangkan ayat Madaniyah menjelaskan ibadah dan muamalah, jihad.Dengan
mengetahui perbedaan ayat-ayat tersebut, maka dengan mudah dapat diketahui mana
ayat-ayat mansukh dan mana ayat-ayat yang nasikh, atau mana ayat-ayat yang
dikhususkan dan mana ayat-ayat yang menghapuskan.
b. Secara bahasa, fawatih al-suwar
adalah pembukaan-pembukaan surat atau huruf-huruf hijaiyah yang terdapat dalam
al-qur’an, karena posisinya terletak diawal surat dalam al-qur’an. Dalam hal
ini pendapat para ulama pada pokoknya
ada dua yaitu: Pendapat pertama yaitu pendapat ulama yang memahaminya sebagai rahasia yang
hanya diketahui oleh Allah. Al-Suyuthi memandang pendapat ini sebagai pendapat
yang mukhtar (terpilih)dan pendapat kedua yaitu pendapat yang memandang huruf-huruf awal surat ini
sebagai huruf-huruf yang mengandung pengertian yang dapat dipahami oleh
manusia. Karena itu penganut pendapat ini memberikan pengertian dan penafsiran
kepada huruf-huruf tersebut. Urgensi fawatih al-suwar yaitu: Sebagai
Tanbih( peringatan ), dan dapat menjadi pedoman bagi kehidupan ini. Sebagai
pengetahuan bagi kita untuk mengkaji fawatih as-suwar karena banyak sekali
hal-hal yang mengandung rahasia-rahasia Allah yang kita tidak dapat
mengetahuinya.Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri
kepada Allah swt. Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Qur,an terutama bagi
kaum mislimin yang masih lemah imannya
DAFTAR
PUSTAKA
Alifudin, Muh
,Sejarah dan Pengantar Ulumul Qur’an, Kendari
: Yayasan Sipakarennu Nusantara, 2009
Al-Qur’an, al-Baqarah: 21, QS. Al-Baqqrah: 167, QS. An-Nisa: 1, QS. An-Nisa: 132,
QS. An-Nisa: 169, QS. An-Nisa: 134, QS. Al-Hujurat: 3
Daming,Muh
, Ulumul Qur’an, Kendari: Karya
Kreatif, 2006
Masyhur,Kahar
,Pokok-pokok Ulumul Qur’an, Jakarta :
PT Rineka Citra, 1992
Quthan, Mana’ul, Pembahasan Ilmu
Al-Qur’an, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998
Tugas
makalah
MAKKIYAH, MADANIYAH DAN FAWATIH AL-SUWAR
OLEH:
SAHUDIN
UMI
FADILLA
NUR
HAFIDAH
ANWAR
SADAT
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SULTAN
QAIMUDDIN
KENDARI
2013
[2]
Fatirah Wahidah, Ulum Al-Qur’an,
(kendari: cv. Shadra, 2010) hal: 40-41
[3] Muh Alifudin, Sejarah dan Pengantar Ulumul Qur’an, (Kendari :
Yayasan Sipakarennu Nusantara,2009)
hal : 118
[4]
Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998),hal.52
[8]
Fatirah Wahidah, Ulum Al-Qur’an,
(kendari: cv. Shadra, 2010) hal: 64
[10]Ibid,
hal.121
[11]http://hanumsyafa.wordpress.com/2010/01/28/fawatuhusssuwar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar