BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
pada hakekatnya berlangsung dalam suatu proses. Proses itu berupa transformasi
nilai-nilai pengetahuan, teknologi dan keterampilan.
Penerima
proses adalah anak atau siswa yang sedang tumbuh dan berkembang menuju ke arah
pendewasaan kepribadian dan penguasaan pengetahuan. Selain itu, pendidikan
merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang
diperoleh melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang kehidupan. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT yaitu:
يَرْفَعِ
اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَاتِ وَاللهُ
بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْر
Artinya
: Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Mujadalah : 11)[15]
Keluarga
merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi setiap anak yang lahir,
tumbuh dan berkembang secara manusiawi dalam mencapai kematangan fisik dan
mental masing-masing anak. Di dalam keluarga, setiap anak memperoleh pengaruh
yang mendasar sebagai landasan pembentukan pribadinya.
Untuk
lebih meningkatkan potensi pada diri anak, orang tua tidak hanya mendidik
anaknya di rumah, akan tetapi mereka mengirimkan atau menitipkan anaknya ke
sekolah, agar mampu memenuhi tuntutan zaman sekaligus meningkatkan pendidikan
pada anak tersebut.
Sekolah
merupakan lembaga pendidikan kedua yang bertugas membantu keluarga dalam
membimbing dan mengarahkan perkembangan serta pendayagunaan potensi tertentu
yang dimiliki siswa atau anak, agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan
sebagai manusia, sebagai anggota masyarakat, ataupun sebagai individual.
Sejauh ini,
ada sebuah fenomena yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh para
guru, dimana banyak peserta didik yang merasa sekolah ibarat penjara, sekolah
merupakan candu, sekolah tidak bisa menimbulkan semangat belajar. Bahkan lebih parah,
banyak peserta didik yang paling suka bila sang guru absen, tanpa merasa
kehilangan sesuatu. Boleh jadi, fenomena tersebut disebabkan selama ini peserta
didik hanya diposisikan sebagai objek atau robot yang harus dijejali beragam
materi sehingga membuat peserta didik tidak
betah di kelas.
Sedangkan, pengajaran yang
baik yaitu ketika
para peserta didik bukan hanya sebagai
objek tapi juga subjek. siswa akan menjadi aktif tidak
pasif dengan begitu, peserta didik akan merasa betah dan paham penjelasan guru.
Untuk mengejawantahkan hal ini dibutuhkan kejelian dan krekatifitas guru dengan
cara mendesain model pembelajaran yang
bisa mengena setiap gaya belajar
setiap peserta didik. Sehingga
semua peserta didik merasa enjoy
dan pas atas sajian yang disampaikan
oleh guru, tanpa merasa bosan dan
terkekang.
Peran
guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di
sekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan
suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas. Jika pendidik menginginkan agar
tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan
efisien, maka penguasaan materi saja
tidaklah cukup. Ia harus menguasai berbagai teknik atau metode
penyampaian yang tepat dalam proses belajar
mengajar.
Hal
ini bisa dilakukan dengan cara beragam dan dalam semua mata pelajaran. Guru
dalam menyampaikan mata pelajaran bukan
hanya dengan metode
ceramah atau auditori-guru berbicara
murid mendengarkan tanpa ada
feedback (umpan balik)-,
namun guru harus menggabungkan ranah visual dan
kinestetik. Misalnya dalam pelaran agama
Islam tentang shalat, guru atau ustadz tidak hanya menjelaskan secara verbal
tentang apa itu salat dan kaifiyat (tata cara) salat dari A sampai Z, namun
juga bisa menggunakan media audio-visual berupa VCD pembelajaran sholat. Selain
lebih efektif dan efisien, hal ini
bisa membuat peserta didik
menikmati pembelajaran dan tidak jenuh karena merasa
ikut aktif dalam
proses belajar. Setelah
itu, untuk menyentuh aspek
kinestetiknya, peserta didik diajak untuk mendemonstrasikan/ mempraktikkannya
satu persatu atau
secara kolektif. Hal
ini dapat menghindari ketidak-pahaman para peserta
didik dan peserta didik lainya akan menjadi aktif dan tidak jenuh dalam
mengikuti proses belajar di kelas.
Dalam mata
pelajaran Fiqih untuk
siswa pada umumnya
guru menggunakan metode pembelajaran ceramah. Dengan metode tersebut,
siswa dituntut untuk duduk
dengan tenang, mendengarkan dan
melihat guru mengajar selama
berjam-jam. Gaya guru
yang statis dapat menimbulkan kejenuhan siswa
dalam mengikuti pelajaran,
yaitu adanya sikap
kurang perhatian terhadap materi,
gelisah dan bosan.
Metode ceramah sebaiknya digunakan apabila akan
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik yang jumlahnya besar.
Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa metode dalam kegiatan
belajar mengajar khususnya
pembelajaran Fiqih adalah
faktor yang penting,
sehingga berbagai metode
dapat digunakan dalam menyampaikan materi Fiqih, karena pada
hakikatnya siswa lebih menyukai suatu pembelajaran yang menyenangkan atau
melalui aktivitas-aktivitas dalam kelas.
Salah satu bidang studi yang diajarkan di MAN.
adalah fiqih. Fiqih secara umum merupakan salah satu bidang studi Islam yang
banyak membahas tentang hukum yang mengatur pola hubungan manusia dengan
Tuhannya, antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya.
Melalui bidang studi fiqih ini diharapkan siswa tidak lepas dari jangkauan
norma-norma agama dan menjalankan aturan syariat Islam.
Proses
belajar-mengajar akan berjalan dengan baik kalau metode yang digunakan
betul-betul tepat, karena antara pendidikan dengan metode saling berkaitan.
Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan adalah usaha atau tindakan untuk membentuk
manusia.[16] Disini guru sangat berperan dalam membimbing anak didik ke arah
terbentuknya pribadi yang diinginkan.
Sedangkan
metode adalah suatu cara dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu dari
suatu mata pelajaran, agar siswa dapat mengetahui, memahami, mempergunakan dan
menguasai bahan pelajaran. Selain itu juga dalam proses belajar mengajar
terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik.
Kedua
kegiatan ini saling mempengaruhi dan dapat menentukan hasil belajar. Disini
kemampuan guru dalam menyampaikan atau mentransformasikan bidang studi dengan
baik, merupakan syarat mutlak yang tidak dapat ditawar lagi karena hal ini
dapat mempengaruhi proses mengajar dan hasil belajar siswa.
Salah
satu strategi dan metode belajar mengajar yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan berbagai bentuk tingkah laku positif dan prestasi pada siswa
melalui metode Demonstrasi
Metode
Demonstrasi selain menuntut guru menguasai kompetensi juga memberikan contoh
kepada siswa tentang materi dan Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Demonstrasi
dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang berdiri sendiri dalam suatu
proses belajar mengajar, atau dapat digunakan bersama-sama dengan metode lain
dalam suatu kombinasi multimetode.
Secara
umum demonstrasi dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk meningkatkan
keefektifan tercapainya tujuan pengajaran.
Berdasarkan
wawancara dengan guru Mata Pelajaran Fiqih di Kelas X MAN BAU-BAU, diketahui
bahwa Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih masih rendah. Hal ini
ditunjukan dengan masih banyaknya siswa yang memperoleh nilai rendah pada
pelajaran fiqih semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013..
B.
Batasan
Masalah dan Rumusan Masalah
1.
Batasan
Masalah
Berangkat
dari latar belakang tersebut, maka penulis membatasi permasalahan ini hanya
pada metode demonstrasi pada mata pelajaran fikih dan prestasi belajar siswa
kelas X MAN Bau-Bau.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
batasan masalah diatas, maka perlu dirumuskan masalah penelitian ini
adalah “Apakah ada pengaruh penerapan
metode demonstrasi pada mata pelajaran fikih terhadap prestasi belajar siswa
kelas X MAN Bau-Bau
C.
Hipotesis
Hipotesis
yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh penerapan metode
demonstrasi pada mata pelajaran fikih terhadap prestasi belajar siswa kelas X
MAN Bau-Bau”.
D.
Definisi
Operasional
1. Metode
demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas
suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada
anak didik. Dengan menggunakan metode demonstrasi, guru atau murid
memperlihatkan kepada seluruh anggota kelas mengenai suatu proses, misalnya
bagaimana cara sholat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.
2. Prestasi
belajar siswa adalah perolehan nilai siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar dalam hal ini perolehan nilai semester atau nilai raport siswa pada
mata pelajaran fikih tahun akademik 2012/2013.
E.
Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Penelitian
a. Untuk
mengetahui penerapan metode Demonstrasi pada Mata Pelajaran Fiqih.
b. Untuk
mengetahui Prestasi Belajar siswa Mata Pelajaran Fiqih kelas X MAN Bau-Bau.
c. Untuk
Mengetahui pengaruh penerapan metode demonstrasi pada mata pelajaran fikih
terhadap prestasi belajar siswa MAN Bau-Bau Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.
Kegunaan Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat berguna :
a.
Bagi guru dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dan alternatif pilihan dalam
melakukan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan bagi siswa.
b.
Bagi siswa, dengan pengalaman belajar
melalui penerapan motode
Demonstrasi dapat terbiasa melakukan Praktek
terutama dalam hal ibadah dan muamalah.
c.
Bagi penulis sendiri, dengan adanya
penelitian ini menambah wawasan atau pengetahuan khususnya dalam menyusun
proposal untuk menyelesaikan studi di STAIN SULTAN QAIMUDDIN KENDARI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar