SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF
Tasawuf mempunyai perkembangan tersendiri dalam sejarahnya. Tasawuf berasal dari gerakan zuhud yang selanjutnya berkembang menjadi tasawuf. Meskipun tidak persis dan pasti, corak tasawuf dapat dilihat dengan batasan- batasan waktu dalam rentang sejarah sebagai berikut:
A. ABAD PERTAMA DAN KEDUA HIJRIYAH
Fase abad pertama dan kedua Hijriyah belum bisa sepenuhnya disebut sebagai fase tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai fase kezuhudan. Adapun ciri tasawuf pada fase ini adalah sebagai berikut:
1. Bercorak praktis ( amaliyah )
Tasawuf pada fase ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat pemikiran. Bentuk amaliah itu seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan minum, menyedikitkan tidur dan lain sebagainya. Amaliah ini menjadi lebih intensif terutama pasca terbunuhnya sahabat Utsman. Para sahabat Nabi s.a.w digambarkan oleh Allah s.w.t sebagai orang yang ahli rukuk dan sujud,
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْأِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً (29)
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. ( al-Fath: 29 )
Menurut Abd al-Hakim Hassan, abad pertama hijriyah terdapat dua corak kehidupan spiritual. Pertama, kehidupan spiritual sebelum terbunuhnya Utsman dan kedua, kehidupan spiritual pasca terbunuhnya Utsman. Kehidupan spiritual yang pertama adalah Islam murni, sementara yang kedua adalah produk persentuhan dengan lingkungan, akan tetapi secara prinsipil masih tetap bersandar pada dasar kehidupan spiritual Islam pertama.
Peristiwa terbunuhnya khalifah Utsman merupakan pukulan tersendiri terhadap perasaan kaum muslimin. Betapa tidak, Utsman adalah termasuk kelompok pertama orang-orang yang memeluk Islam ( al- Sabiqun al-Awwalun ), salah seorang yang dijanjikan masuk surga, orang yang dengan gigih mengorbankan hartanya untuk perjuangan Islam dan orang yang mengawini dua putri Nabi. Peristiwa Utsman mendorong munculnya kelompok yang tidak ingin terlibat dalam pertikaian politik memilih tinggal di rumah untuk menghindari fitnah serta konsentrasi untuk beribadah. Sehingga al-Jakhid salah seorang yang berkonsentrasi dalam ibadah yang juga salah seorang santri Ibn Mas’ud berkata, “Aku bersyukur kepada Allah sebab aku tidak terlibat dalam pembunuhan Utsman dan aku shalat sebanyak seratus rakaat dan ketika terjadi perang Jamal dan Shiffin aku bersyukur kepada Allah dan aku menambahi shalat dua ratus rakaat demikian juga aku menambahi masing-masing seratus rakaat ketika aku tidak ikut hadir dalam peristiwa Nahrawan dan fitnah Ibn Zubair”.
2. Bercorak kezuhudan
Tasawuf pada pase pertama dan kedua hijriyah lebih tepat disebut sebagai kezuhudan. Kesederhanaan kehidupan Nabi diklaim sebagai panutan jalan para zahid. Banyak ucapan dan tindakan Nabi s..a.w. yang mencerminkan kehidupan zuhud dan kesederhanaan baik dari segi pakaian maupun makanan, meskipun sebenarnya makanan yang enak dan pakaian yang bagus dapat dipenuhi. Dan secara logikapun tidak masuk akal seandaikata Nabi s..a.w yang menganjurkan untuk hidup zuhud sementara dirinya sendiri tidak melakukannya.
Kezuhudan para sahabat Nabi s.a.w digambarkan oleh Hasan al-Bashri salah seorang tokoh zuhud pada abad kedua Hijriyah sebagai berikut, ”Aku pernah menjumpai suatu kaum ( sahabat Nabi ) yang lebih zuhud terhadap barang yang halal dari pada zuhud kamu terhadap barang yang haram”.
Pada masa ini, juga terdapat fenomena kezuhudan yang cukup menonjol yang dilakukan oleh sekelompok sahabat Rasul s.a.w yang di sebut dengan ahl al- Shuffah. Mereka tinggal di emperan masjid Nabawi di Madinah. Nabi sendiri sangat menyayangi mereka dan bergaul bersama mereka. Pekerjaan mereka hanya jihad dan tekun beribadah di masjid, seperti belajar, memahami dan membaca al-Qur`an, berdzikir, berdoa dan lain sebagainya. Allah s.w.t. sendiri juga memerintahkan Nabi untuk bergaul bersama mereka,
وَلا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ (52)
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim). ( al-An’am : 52 )
Kelompok ini dikemudian hari dijadikan sebagai tipe dan panutan para shufi. Dengan anggapan mereka adalah para sahabat Rasul s.a.w. dan kehidupan mereka adalah corak Islam. Di antara mereka adalah Abu Dzar al-Ghifari yang sering disebut sebagai seorang sosial sejati dan sekaligus sebagai prototip fakir sejati, si miskin yang tidak memiliki apapun tapi sepenuhnya dimiliki Tuhan, menikmati hartaNYA yang abadi, Salman al-Faritsi, seorang tukang cukur yang dibawa ke keluarga Nabi dan menjadi contoh adopsi rohani dan pembaiatan mistik yang kerohaniannya kemudian dianggap sebagai unsur menentukan dalam sejarah tasawuf Parsi dan dalam pemikiran Syiah, , Abu Hurairah, salah seorang perawi Hadits yang sangat terkenal adalah ketua kelompok ini, Muadz Ibn Jabal, Abd Allah Ibn Mas’ud, Abd Allah ibn umar, Khudzaifah ibn al-Yaman, Anas ibn Malik, Bilal ibn Rabah, Ammar ibn Yasar, Shuhaib al-Rumy, Ibn Ummu Maktum dan Khibab ibn al-Arut.
Menurut Abd al-Hakim Hassan corak kehidupan spiritual Ahl al-Shuffah sebenarnya bukan karena dorongan ajaran Islam, akan tetapi corak itu didorong oleh keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan, sehingga mereka tinggal di masjid. Keadaan itu nampak dari anjuran Rasul Allah kepada sebagian sahabat yang berkecukupan agar memberikan makan kepada mereka. Dan mereka ( para sahabat ) yang secara ekonomi berkecukupan dan tidak melakukan sebagaimana ahl al-Shuffah pun juga menjadi panutan bagi orang-orang bijak.
3. Kezuhudan didorong rasa khauf
Khauf sebagai rasa takut akan siksaan Allah s.w.t sangat menguasai sahabat Nabi s.a.w dan orang – orang shalih pada abad pertama dan kedua Hijriyah. Informasi al-Qur`an dan Nabi tentang keadaan kehidupan akhirat benar-benar diyakini dan mempengaruhi perasaan dan pikiran mereka. Rasa khauf menjadi semakin intensif terutama pada pemerintahan Umayah pasca jaman kekhilafahan yang empat. Pada masa pemerintahan Umayah, khauf tidak hanya sebatas sebagai rasa takut terhadap kedasyatan dan kengerian tentang kehidupan diakhirat akan tetapi khauf juga berarti kekhawatiran yang mendalam apakah pengabdian kepada Allah bakal diterima atau tidak. Pada masa ini pula, khauf menjadi sebuah pendekatan untuk mengajak orang lain pada kebenaran dan kebaikan. Pendekatan indzar ( menakut-nakuti ) lebih dominan dari pada pendekatan tabsyir (memberi kabar gembira ).
Semangat kelompok keagamaan pada masa ini adalah penyebaran rasa takut kepada Allah, kritik terhadap kehidupan yang melenceng jauh dari nilai-nilai keagamaan pada masa Nabi dan dua khalifah sesudahnya dan memperbanyak ibadah. Tokoh utama keagamaan pada masa ini adalah Hasan al-Bashri. Bahkan para asketis – yang nantinya disebut sebagai para shufi – mengidentikkan pemerintah dengan kejahatan.
4. Sikap zuhud dan rasa khauf berakar dari nash ( dalil Agama )
Al-Qur`an dan al-Hadits memberikan informasi tentang kebenaran sejati hidup dan kehidupan. Keduanya memberikan gambaran tentang perbandingan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Keduanya memberikan informasi tentang kengerian kehidupan akhirat bagi orang-orang yang mengabaikan huum-hukum Allah. Selanjutnya orang – orang mukmin benar-benar meyakini informasi itu. Dan keyakinan itu melahirkan rasa khauf. Rasa khauf selanjutnya memunculkan sikap zuhud yaitu sikap menilai rendah terhadap dunia dan menilai tinggi terhadap akhirat. Dunia dijadikan sebagai alat dan lahan ( mazraah ) untuk mencapai kebahagian abadi dan sejati yaitu akhirat.
5. Sikap zuhud untuk meningkatkan moral
Cinta dunia telah membuat saling bunuh dan saling fitnah antar sesama. Cinta dunia melahirkan ketidaksalehan ritual, personal maupun sosial. Itulah sebabnya Hasan al-Bashri sebagai salah seorang zahid dalam mengajak baik masyarakat maupun pemerintah ( para pemimpin kerajaan Umayah ) selalu mengajak untuk bersikap zuhud sebagaimana sikap ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sahabat Nabi yang setia.
6. Sikap zuhud didukung kondisi sosial-politik
Meski sikap zuhud tanpa adanya keadan sosial politik tertentu masih tetap eksis lantaran al-Qur`an dan perilaku serta perkataan Nabi s..a.w mendorong untuk bersikap zuhud, namun keadaan sosial politik yang kacau turut menyuburkan tumbuhnya sikap zuhud.
Selama abad pertama dan kedua hijriyah terutama setelah sepeninggal Rasul s.a.w terdapat dua sistem pemerintahan , yaitu sistem pemerintahan kekhalifahan (khilafah nubuwah) dan sistem pemerintahan kerajaan ( mulk ).Pemerintahan pertama berlangsung selama tiga puluh tahun sesudah Nabi Muhammad s.a.w yaitu sejak permulaan kekhalifahan Abu Bakar hingga Ali bin Abi thalib tepatnya dari tahun 11 H/ 632 M. sampai dengan tahun 40 H./661 H. Mereka adalah para pengganti Nabi yang berpetunjuk ( al-khulafa` al-Rasidun ). Sistem pemerintahan yang pertama ini mekanisme penggantiannya melalui pemilihan. Pemerintahan kedua sejak pemerintahan dinasti Umayyah tepatnya sejak tahun 41 H./661 M. Dan pemerintahan kedua ini mekanisme pengangkatan pemimpin tertinggi melalui petunjuk atau wasiat penguasa berdasarkan pertalian darah.
Pemerintahan kekhalifahan, dalam pandangan banyak orang muslim, suatu bentuk kesalihan dan rasa tanggungjawab yang sangat dalam, sedangkan dinasti umayyah pada umumnya hanya tertarik pada kekuasaan itu sendiri. Kecaman yang sering ditujukan pada dinasti Umayyah adalah dinasti ini tidak menerapkan kebijakan untuk membuat asas Islam sebagai dasar bagi keputusan – keputusan administratif, oleh karenanya dinasti Umayyah lebih menomorsatukan politik dan menomorduakan agama. Mereka pada umumnya dianggapmenghamba duniawi dan kurang beriman.
Menurut Abd al-Hakim Hassan, abad pertama hijriyah terdapat dua corak kehidupan spiritual. Pertama, kehidupan spiritual sebelum terbunuhnya Utsman dan kedua, kehidupan spiritual pasca terbunuhnya Utsman. Kehidupan spiritual yang pertama adalah Islam murni, sementara yang kedua adalah produk persentuhan dengan lingkungan, akan tetapi secara prinsipil masih tetap bersandar pada dasar kehidupan spiritual Islam pertama.
a. Fase Sebelum Terbunuhnya Khalifah Utsman
Kehidupan spititual Islam sebelum terbunuhnya Utsman terhitung sejak masa Rasul s.a.w dan masa dua khalîfah sesudahnya yaitu khalîfah Abu Bakar dan Umar. Kehidupan spiritual pada masa ini termasuk Islam murni. Ciri utamanya adalah amal untuk merealisasikan dua kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebagian besar sahabat Rasul s.a.w. tidak mengalahkan akhirat untuk dunia atau sebaliknya.
Pada masa ini, terdapat fenomena kehidupan spiritual yang cukup menonjol yang dilakukan oleh sekelompok sahabat Rasul s.a.w yang di sebut dengan ahl al- Shuffah. Mereka tinggal di emperan masjid nabawi di Madinah. Nabi sendiri sangat menyayangi mereka dan bergaul bersama mereka. Pekerjaan mereka hanya jihad dan tekun beribadah di masjid seperti belajar, memahami dan membaca al-Qur`an, berdzikir, berdoa dan lain sebagainya.
Kelompok ini dikemudian hari dijadikan sebagai tipe dan panutan para shufi. Dengan anggapan mereka adalah para sahabat Rasul s.a.w. dan kehidupan mereka adalah corak Islam. Di antara mereka adalah Abu Dzar al-Ghifari yang sering disebut sebagai seorang sosial sejati dan sekaligus sebagai prototip fakir sejati, si miskin yang tidak memiliki apapun tapi sepenuhnya dimiliki Tuhan, menikmati hartaNYA yang abadi, Salman al-Fartsi, seorang tukang cukur yang dibawa ke keluarga Nabi dan menjadi contoh adopsi rohani dan pembaiatan mistik yang kerohaniannya kemudian dianggap sebagai unsur menentukan dalam sejarah tasawuf Parsi dan dalam pemikiran Syiah, , Abu Hurairah, salah seorang perawi hadits yang sangat terkenal adalah ketua kelompok ini, Muadz Ibn Jabal, Abd Allah Ibn Mas’ud, Abd Allah ibn umar, Khudzaifah ibn al-Yaman, Anas ibn Malik, Bilal ibn Rabah, Ammar ibn Yasar, Shuhaib al-Rumy, Ibn Ummu Maktum dan Khibab ibn al-Arut.
Menurut Abd al-Hakim Hassan corak kehidupan spiritual Ahl al-Shuffah sebenarnya bukan karena dorongan ajaran Islam, akan tetapi corak itu didorong oleh keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan, sehingga mereka tinggal di masjid. Keadaan itu nampak dari anjuran Rasul Allah kepada sebagian sahabat yang berkecukupan agar memberikan makan kepada mereka. Dan mereka ( para sahabat ) yang secara ekonomi berkecukupan dan tidak melakukan sebagaimana ahl al-Shuffah pun juga menjadi panutan bagi orang-orang bijak.
Kesederhanaan kehidupan Nabi juga diklaim sebagai panutan jalan para shufi.
Banyak ucapan dan tindakan Rasul s.a.w. yang mencerminkan kehidupan zuhud dan kesederhanaan baik dari segi pakaian ataupun makanan, meskipun makanan yang enak dan pakaian yang bagus dapat dipenuhi. Hal itu berlangsung hingga ahir hayat Rasul Allah. Dan secara logikapun tidak masuk akal seandaikata Rasul s.a.w. yang menganjurkan untuk hidup zuhud dan sederhana sementara dirinya sendiri tidak melakukannya
b. Fase Pasca Terbunuhnya Khalifah Utsman
Pasca terbunuhnya khalifah Utsman, kehidupan spiritual mengalami perubahan dibandingkan dengan masa sebelumnya. Peristiwa terbunuhnya khalifah Utsman merupakan pukulan tersendiri terhadap perasaan kaum muslimin. Betapa tidak, Utsman adalah termasuk kelompok pertama orang-orang yang memeluk Islam ( al- Sabiqin al-Awwalin ), salah seorang yang dijanjikan masuk surga, dan orang yang mengawini dua putri Nabi.
Peristiwa Utsman mendorong munculnya kelompok yang tidak ingin terlibat dalam pertikaian politik memilih tinggal di rumah untuk menghindari fitnah serta konsentrasi untuk beribadah. Sehingga al-Jakhid salah seorang yang berkonsentrasi dalam ibadah yang juga salah seorang santri Ibn Mas’ud berkata, “Aku bersyukur kepada Allah sebab aku tidak terlibat dalam pembunuhan Utsman dan aku shalat sebanyak seratus rakaat dan ketika terjadi perang Jamal dan Shiffin aku bersyukur kepada Allah dan aku menambahi shalat dua ratus rakaat demikian juga aku menambahi masing-masing seratus rakaat ketika aku tidak ikut hadir dalam peristiwa Nahrawan dan fitnah Ibn Zubair”.
Dengan demikian pada masa ini mempunyai corak baru dalam kehidupan keagamaan kaum muslimin. Fenomena keagamaan itu ditandai dengan munculnya para juru cerita ( al-Qashshas ) baik di masjid-masjid ataupun di tempat khalayak ramai dan para qurra` yaitu mereka yamg membaca al-Qur,an dengan menangis. Markas utama para qurra itu ada di Bashra.
2. Fase Abad Kedua Hijriyah
Kehidupan spiritual pada fase ini mempunyai ciri tersendiri. Konsep zuhud yang semula berpaling dari kesenangan dan kemewahan dunia berubah menjadi pembersihan jiwa, pensucian hati dan pemurnian kepada Allah. Latihan-latihan diri ( al-riyâdlah ) sangat menonjol pada fase ini seperti menyepi ( khalwah ), bepergian (siyâhah ), puasa ( al-shwm ) dan menyedikitkan makan ( qillah al-tha’âm ) bahkan sebagaian mereka tinggal di gua-gua. Menurut Ibn Khaldun, orang yang mengkonsentrasikan beribadah pada fase ini mendapatkan julukan al-Shufiyah atau al-Mutashawwifah.
Tema sentral zuhud pada fase ini adalah tawakal dan ridlâ. Konsep tawakal dan ridlâ yang terdapat dalam al-Qur`ân itu yang oleh para asketis sebelumnya dalam arti etis berubah menjadi madzhab yang sangat ektrim. Itulah pada fase ini banyak kalangan asketis ( zâhid ) melakukan perjalanan masuk ke hutan dengan bertawakal tanpa bekal apapun dan mereka rela terhadap karunia apa saja yang mereka terima.
Tokoh terkenal madzhab tawakal adalah Ibrahim bin Adham ( w. 161 H. / 790 M. ) . Ia meninggalkan kehidupan kebangsawanan di Balkh ibu kota kaum Budish tempat ia dilahirkan. Perkembangan doktrin tawakal ini pada perkembangannya mengarah kepada konsep sentral shufi tentang hubungan manusia dan Tuhan, konsep ganda tentang cinta dan rahmat melebur dalam suatu perasaan.
Nampaknya Kehidupan spiritual pada fase ini terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh luar. Cerita Malik ibn Dinar banyak diriwayatkan dari al-Masih, Taurat dan pendeta. Kehidupan Ibrâhim ibn Adham menyerupai kehidupan Sidarta Gautama, seorang peletak agama Budha. Adalah hal biasa seorang abid kontak dengan para pendeta ( râhib ) . Mereka saling tukar pengalaman mengenai kebijaksanaan ( al-hikmah, wisdom ) dan cara-cara mujahadah. Itulah sebabnya fase abad kedua hijriyah ini terutama pasca Hasan al- Bashri dapat disebut sebagai fase transisi dari zuhud, yang puncaknya pada Hasan al-Bashri menuju tasawuf yang dimulai sejak Râbiah al-Adawiyah. Fase ini juga kadang disebut dengan fase kelompok para penangis ( al – Bukkâ’un ).
3. Fase Abad III dan IV Hijriyah
Apabila abad pertama dan kedua Hijriyyah disebut fase asketisisme ( kezuhudan ), maka abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf. Praktisi kerohanian yang pada masa sebelumnya digelari dengan berbagai sebutan seperti zahid, abid, nasik, qari` dan sebagainya, pada permulaan abad ketiga hijriyah mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan ruhani mereka tidak semata – mata kebahagian akhirat yang ditandai dengan pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati hubungan langsung dengan Tuhan yang didasari dengan cinta. Cinta Tuhan membawa konsekuensi pada kondisi tenggelam dan mabuk kedalam yang dicintai ( fana fi al-mahbub ). Kondisi ini tentu akan mendorong ke persatuan dengan yang dicintai ( al-ittihad ). Di sini telah terjadi perbedaan tujuan ibadah orang-orang syariat dan ahli hakikat.
Pada fase ini muncul istilah fana`, ittihad dan hulul. Fana adalah suatu kondisi dimana seorang shufi kehilangan kesadaran terhadap hal-hal fisik ( al-hissiyat). Ittihad adalah kondisi dimana seorang shufi merasa bersatu dengan Allah sehingga masing-masing bisa memanggil dengan kata aku ( ana ). Hulul adalah masuknya Allah kedalam tubuh manusia yang dipilih.
Di antara tokoh pada fase ini adalah Abu yazid al-Busthami (w.263 H.) dengan konsep ittihadnya, Abu al-Mughits al-Husain Abu Manshur al-Hallaj ( 244 – 309 H. ) yang lebih dikenal dengan al-Hallaj dengan ajaran hululnya. al-Hallaj dilahirkan di Persia dan dewasa di Iraq Tengah. Dia meghadapi empat tuduhan yang ahirnya membawanya dieksekusi di tiang salib. Empat tuduhan yang dituduhkan kepadanya adalah,
1. Hubungannya dengan kelompok al-Qaramithah
2. Ucapannya ” أنا الحقّ ( saya adalah tuhan yang maha benar)
3. Keyakinan para pengikutnya tentang ketuhanannya
4. Pendapatnya bahwa menunaikan ibadah haji tidak wajib
Tokoh lainnya adalah Dzunnun al-Mishri ( w. 245 H.) yang dikenal dengan pencetus ma’rifat. Dia pernah belajar ilmu Kimia dari Jabir bin Hayyan. Dia juga dianggap orang yang berbicara pertama kali tentang maqamat dan ahwal di Mesir., al-Hakim al-Tirmidzi (w. 320 H. ) dengan konsep kewalian, Abu Bakar al-Sibli ( w.334 H.)
4. Fase Abad V Hihriyah
Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasarnya yang asli yaitu al-Qur`an dan al-Hadits atau yang sering disebut dengan tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi (sunnah) Nabi dan para sahabatnya. Fase ini sebenarnya merupakan reaksi terhadap fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mulai melenceng dari koridor syariah atau tradisi ( sunnah ) Nabi dan sahabatnya. Tokoh tasawuf pada fase ini adalah Abu Hamid al-Ghazali (w.505 H) atau yang lebih dikenal dengan al-Ghzali. Ia dilahirkan di Thus Khurasan. Ia hidup dalam lingkungan pemikiran maupun madzhap yang sangat hitorigen. al-Ghazali dikenal sebagai pemuka madzhab kasyf dalam makrifat. Tentang kesunnian al-Ghazali dikomentari oleh muridnya Abdul Ghafir al-Faritsi,”Ahirnya al-Ghazali berkonsentrasi pada hadits Nabi al-Mushthofa dan berkumpul bersama-sama ahli Hadits dan mempelajari kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih al-Muslim Dia menerima tasawuf dari kelompok persia menuju tasawuf suuni. Itulah sebabnya ia banyak menyerang filsafat Yunani dan menunjukkan kelemahan-kelemahan aliran batiniyyah. Di antara buku karangannya adalah Tahafut al-Falasifah, al-Munqidz Min al-Dlalal dan Ihya` Ulum al-Din.
Tokoh lainnya adalah Abu al-Qasim Abd al-Karim bin Hawazin Bin Abd al-Malik Bin Thalhah al-Qusyairi atau yang lebih dikenal dengan al-Qusyairi ( 471 H.) , al-Qusyairi menulis al-Risalah al-Qusyairiyah terdiri dari dua jilid.
5.Fase Abad VI Hijriyah
Fase ini ditandai dengan munculnya tasawuf falsafi yakni tasawuf yang memadukan antara rasa ( dzauq ) dan rasio ( akal ), tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat Yunani. Pengalaman – pengalaman yang diklaim sebagai persatuan antara Tuhan dan hamba kemudian diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep wahdah al-wujud yakni bahwa wujud yang sebenarnya adalah Allah sedangkan selain Allah hanya gambar yang bisa hilang dan sekedar sangkaan dan khayali.
Tokoh –tokoh pada fase ini adalah Muhyiddin Ibn Arabi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Arabi ( 560 – 638 H.) dengan konsep wahdah al-Wujudnya. Ibnu Arabi yang dilahirkan pada tahun 560 H. dikenal dengan sebutan as-Syaikh al-Akbar (Syekh Besar). Di masa mudanya, ia pernah menjadi sekretaris hakim tingkat wilayah. Sakit keras yang pernah dialami mengubah sikap hidup yang sangat drastis. Dia menjadi seorang zahid dan abid. Dia menghabiskan waktunya di beberapa kota di Andalusia dan di Afrika Utara untuk bertemu para guru shufi. Umur tiga puluh tahun pindah ke Tunis kemudia ke Fas. Disini, Ibnu Arabi menulis buku berjudul al-Isra Ila Maqam al-Asra (الإسراء إلى مقام الأسرى ). Kemudian pergi ke Kairo dan al-Quds yang kemudian diteruskan ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Ibnu Arabi beberapa tahun tinggal di Mekkah dan disinilah ia menyusun kitab Taj al-Rasail (تاج الرسائل) dan Ruh al-Quds (روح القدس) dan pada tahun 598 H. Mulai menulis kitab yang sangat terkenal al-Futuhat al-Makkiyyah (الفتوحات المكية). Ahirnya Ibnu Arabi tinggal di Damaskus dan menulis kitab Fushush al-Hikam (فصوص الحِكَم ). Ibnu Arabi meninggal pada tahun 638 H.
Tokoh lainnya adalah al-Syuhrawardi (549 – 587 H.) dengan konsep Isyraqiyahnya. Ia dihukum bunuh dengan tuduhan telah melakukan kekufuran dan kezindikan pada masa pemerintahan Shalahuddin al-Ayubi. Diantara kitabnya adalah Hikmat al-Israq. Tokoh berikutnya adalah Ibnu Sab’in (667 H.) dan Ibn al-Faridl (632 H.)
Pada abad VI juga ditandai dengan munculnya tariqat yakni madrasah shufi yang bertujuan membimbing calon shufi menuju pengalaman ilahi melalui teknik dzikir tertentu. Oleh sebagian orang dikatakan bahwa munculnya taiqat adalah untuk membantu orang-orang –awam agar ikut mencicipi tasawuf karena selama ini pengalaman tasawuf hanya dialami oleh orang-orang tertentu saja ( khawash). Disamping itu kehadiran thariqat juga untuk memagari tasawuf agar senantiasa berada dalam koridor syariat. Itulah sebabnya sistem thariqat sangat ketat.
Sumber:
http://mazguru.wordpress.com/2009/01/25/sejarah-perkembangan-tasawuf/
Senin, 20 Desember 2010
Rabu, 01 Desember 2010
HASIL KRITIK
OLEH:
ANWAR SADAT
HARLINA
SULVIA
PROGRAM STUDI MATRIKULASI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2010
Kumpulan-kumpulan kritikan dari makalah kelompok satu (1)
yang di kritik oleh Anwar sadat, Harlina dan Sulvia .
1. Terletak pada halaman lima paragraf ke tiga baris pertama yakni unsure yang seharusnya unsur, kemudian paragraf berikutnya yang di tulis secretariat yang seharusnya adalah sekretariat.
2. Terletak pada halaman delapan paragraf pertama baris ke dua yang tertulis bentuklainnya yang seharusnya di beri spasi antara bentuk dan lainnya.
3. Terletak pada halaman dua belas paragraf ke dua baris ke dua tentang contoh frase depan yakni aksinnya yang seharusnya aksinya.
4. Terletak pada halaman lima belas paragraf ke dua baris ke dua yakni diahului yang sebenarnya didahului.
5. Terletak pada halaman tujuh belas paragraf pertama baris pertama tertulis kamilat yang seharusnya kalimat.
6. penulisan contoh sebaiknya di cetak miring agar mudah di bedakan.
This campus is one of the majors kebidana campus, there are large trees that are in the middle of campus. brought the tree there is a small field. and there are side kimia.di lab chemistry laboratory there is a small mosque, the mosque its name nurul sure.
and I also visited several places baptism in Palopo namely, hot water, hot showers are located in the village pincara, there I could see beautiful views contained in pincara. in addition, there are also under the suspension bridge and the bridge there is hot water. I also visited the baths in the village Rampi, there I saw the crowds are more fun to burn the fish and I also saw a very beautiful scenery and there are also a small mosque and comfortable.
kampus ini merupakan salah satu kampus jurusan kebidana, di sana terdapat pohon yang besar yang berada di tengah-tengah kampus. di bawa pohon itu terdapat lapangan yang kecil. dan di sana terdapat laboratorium kimia.di samping laboratorium kimia terdapat mesjid yang kecil, namanya mesjid nurul yakin.
dan saya juga mengunjungi beberapa tempat permandian yang ada di palopo yakni,air panas, permandian air panas ini terdapat di desa pincara, di sana saya bisa melihat pemandangan yang sangat indah yang terdapat di pincara. selain itu, di sana juga terdapat jembatan gantung dan di bawah jembatan itu terdapat air yang panas. saya juga mengunjungi tempat permandian yang berada di desa rampi, di sana saya melihat orang banyak yang lagi asyik membakar ikan dan saya juga melihat pemandangan yang sangat indah dan di sana juga terdapat mesjid yang kecil dan nyaman.
OLEH:
ANWAR SADAT
HARLINA
SULVIA
PROGRAM STUDI MATRIKULASI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2010
Kumpulan-kumpulan kritikan dari makalah kelompok satu (1)
yang di kritik oleh Anwar sadat, Harlina dan Sulvia .
1. Terletak pada halaman lima paragraf ke tiga baris pertama yakni unsure yang seharusnya unsur, kemudian paragraf berikutnya yang di tulis secretariat yang seharusnya adalah sekretariat.
2. Terletak pada halaman delapan paragraf pertama baris ke dua yang tertulis bentuklainnya yang seharusnya di beri spasi antara bentuk dan lainnya.
3. Terletak pada halaman dua belas paragraf ke dua baris ke dua tentang contoh frase depan yakni aksinnya yang seharusnya aksinya.
4. Terletak pada halaman lima belas paragraf ke dua baris ke dua yakni diahului yang sebenarnya didahului.
5. Terletak pada halaman tujuh belas paragraf pertama baris pertama tertulis kamilat yang seharusnya kalimat.
6. penulisan contoh sebaiknya di cetak miring agar mudah di bedakan.
This campus is one of the majors kebidana campus, there are large trees that are in the middle of campus. brought the tree there is a small field. and there are side kimia.di lab chemistry laboratory there is a small mosque, the mosque its name nurul sure.
and I also visited several places baptism in Palopo namely, hot water, hot showers are located in the village pincara, there I could see beautiful views contained in pincara. in addition, there are also under the suspension bridge and the bridge there is hot water. I also visited the baths in the village Rampi, there I saw the crowds are more fun to burn the fish and I also saw a very beautiful scenery and there are also a small mosque and comfortable.
kampus ini merupakan salah satu kampus jurusan kebidana, di sana terdapat pohon yang besar yang berada di tengah-tengah kampus. di bawa pohon itu terdapat lapangan yang kecil. dan di sana terdapat laboratorium kimia.di samping laboratorium kimia terdapat mesjid yang kecil, namanya mesjid nurul yakin.
dan saya juga mengunjungi beberapa tempat permandian yang ada di palopo yakni,air panas, permandian air panas ini terdapat di desa pincara, di sana saya bisa melihat pemandangan yang sangat indah yang terdapat di pincara. selain itu, di sana juga terdapat jembatan gantung dan di bawah jembatan itu terdapat air yang panas. saya juga mengunjungi tempat permandian yang berada di desa rampi, di sana saya melihat orang banyak yang lagi asyik membakar ikan dan saya juga melihat pemandangan yang sangat indah dan di sana juga terdapat mesjid yang kecil dan nyaman.
INTELEKTUAL DAN SPIRITUAL PERLU KITA KOMBINASIKAN SECARA CERDAS DAN CEMERLANG AGAR KITA MAMPU MEMILIKI KEDALAMAN spiritual, KELUASAN ILMU dan KEAGUNGAN AKHLAK
Jumat, 04 Juni 2010
ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DAN FENOMENANYA
ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DAN FENOMENANYA
A. Pendahuluan
Topik islamisasi ilmu pengetahuan dan pendidikan dalam Islam sudah diperdebatkan sejak Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam di Makkah pada 1977. Tetapi sayangnya tidak ada usaha serius untuk melacak sejarah gagasan dan mengkaji atau mengevaluasi sejumlah persoalan pokok yang berkenalan dengan topik ini pada tingkat praktis.1
Gagasan islamisasi sebenarnya berangkat dari asumsi bahwa ilmu pengetahuan itu tidak bebas nilai atau netral. Betapapun diakui pentingnya transfer ilmu Barat ke Dunia Islam, ilmu itu secara tak terelakkan sesungguhnya mengandung nilai-nilai dan merefelksikan pandangan dunia masyarakat yang menghasilkannya, dalam hal ini masyarakat Barat. Sebelum diajarkan lewat pendidikan, ilmu tersebut harus ditapis terlebih dahulu agar nilai-nilai yang bertentangan secara diametral dengan pandangan-dunia Islam bisa disingkirkan. Gagasan islamisasi, dengan demikian, merupakan upaya dekonstruksi terhadap ilmu pengetahuan Barat untuk kemudian direkonstruksi ke dalam sistem pengetahuan Islam.2
B. Tokoh Islamisasi
Bagi masyarakat awam di Indonesia, nama Syed Muhammad Naquib Al-Attas mungkin terasa asing. Tetapi bagi kalangan akademinisi yang pernah membaca karya-karyanya dalam edisi bahasa Indonesia seperti Islam dan Sekulerisme (Pustaka, Bandung) yang pernah populer pada dekade 80-an; Islam dan Filsafat Sains atau Konsep Pendidikan Islam (Mizan, Bandung) hampir pasti mengenalnya. Al-Attas, pria asli kelahiran Bogor Jawa Barat, 5 September 1931 namun besar di Malaysia tersebut, sangat memahami secara akurat akar kebudayaan dan pandangan hidup Islam dan Barat. Dari itu pula, ia mampu mengidentifikasi penyebab kemunduran umat Islam kemudian memberi solusi konseptual secara tepat. Menurutnya, kemunduran umat Islam itu disebabkan oleh lemah dan rusaknya ilmu pengetahuan (corruption knowledge), sehingga tidak mampu lagi membedakan antara kebenaran dan kepalsuan. Karena itu ia menawarkan solusi sentralnya, yakni pembenahan ilmi pengetahuan umat Islam secara fundamental yang lebih populer dengan 'Islamisasi Ilmu Pengetahuan', suatu istilah yang hingga kini acap disalahpahami dan menjadi sebuah kontroversi.
C. Sejarah Ide Islamisasi
Sesungguhnya usaha pengislaman ilmu ini telah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW dan para sahabat pada saat turunnya al-Quran dalam bahasa Arab. Al-Quran telah membawa bahasa Arab ke arah penggunaan yang lebih menenangkan dan damai sehingga merubah watak, perangai dan tingkah laku orang Arab ketika itu. Al-Quran juga merubah pandangan hidup mereka tentang alam semesta dan kehidupan dunia. Pengislaman ilmu ini diteruskan oleh para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama sehingga umat Islam mencapai kegemilangan dalam ilmu. Oleh itu, islamisasi dalam arti kata yang sebenarnya bukanlah perkara baru. Cuma dalam konteks “kerangka operasional” pengislaman ilmu-ilmu masa sekarang dicetuskan semula oleh tokoh-tokoh ilmuwan Islam seperti Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Al-Faruqi, Fazlur Rahman, Syed Hussein Nasr dan lain-lain.3
Sejarah serta persoalan islamisasi ilmu sekarang ini, dan pemikiran intelektual Muslim tentang ilmu, pendidikan, dan problem ilsmisasi, seperti dirumuskan oleh Muhammad 'Abduh,Iqbal, Al-Faruqi, Fazlur Rahman, dan Seyyed HosseinNasr.
Pengislaman Ilmu atau Islamisasi ilmu adalah wacana yang tak kunjung selesai diperdebatkan oleh sebagian pemikir Islam.
D. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Dalam bahasa Arab Islamisasi ilmu disebut sebagai “Islamiyyat al-Ma’rifat” dan dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Islamization of Knowledge”. Dalam Islam, ilmu merupakan perkara yang amat penting malahan menuntut ilmu diwajibkan semenjak lahir hingga ke liang lahad. Ayat al-Quran yang pertama yang diturunkan berkaitan dengan ilmu yaitu surah al-’Alaq ayat 1-5. Menurut ajaran Islam, ilmu tidak bebas nilai--sebagaimana yang dikembangkan ilmuan Barat--akan tetapi sarat nilai, dalam Islam ilmu dipandang universal dan tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu dalam Islam.
Pengertian islamisasi menurut para ahli:
a. Al Faruqi: adalah menuangkan kembali pengetahuan sebagaimana yang dikehendaki oleh Islam, yaitu dengan memberikan definisi baru, mengatur data, mengefaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan dan memproyeksikan kembali tujuan-tujuannya.3
b. Al Attas:sebagai proses pembebasan ataupemerdekaan. Sebab ia melibatkan pembebasan roh manusia yang mempunyai pengaruh atas jasmaninya dan proses ini menimbulkan keharmonisan dan kedamaian dalam dirinya, sebagai fitranya.4
E. Islamisasi Sebagai Fenomena
Islamisasi ilmu ini menjadi perdebatan utama di kalangan para intelektual Islam semenjak tahun 1970 an. Walaupun ada sarjana muslim membicarakannya tetapi tidak secara teperinci dan mendalam mengenai konsep dan kerangka pengislaman ilmu. Umpamanya seperti, Syed Hussein Nasr, Fazlur Rahman, Jaafar Syeikh Idris.
Maka dapat dikatakan bahwa gagasan islamisasi ilmu pengetahuan sebagai fenomena modernitas, menarik untuk dicermati. Pada era dimana peradaban modern-sekuler mencengkeram negeri-negeri Muslim dengan kukuhnya, pemunculan wacana Islamisasi ilmu pengetahuan dapat dibaca sebagai sebuah “kontra-hegemoni” ataupun “diskursus perlawanan”. Ia hadir untuk menunjukkan identitas sebuah peradaban yang sekian lama diabaikan. Tapi, sebuah “kontra-hegemoni” ataupun “diskursus perlawanan”, adakalanya memunculkan problema dan kontradiksinya sendiri. Itulah yang ingin coba ditelusuri dalam tulisan ini.5
Betapapun diakui pentingnya transfer ilmu Barat ke dunia Islam, ilmu secara tak terelakkan susungguhnya mengandung nilai-nilai yang merefleksikan pandangan dunia masyarakat yang menghasilkannya, dalam hal ini masyarakat Barat. Bagi Al-Attas, sebelum diajarkan lewat pendidikan, ilmu harus ditapis terlebih dulu agar nilai-nilai yang bertentangan secara diametral dengan pandangan dunia Islam dapat diminimalisasi. Secara ringkas, gagasan islamisasi merupakan upaya dekonstruksi terhadap ilmu pengetahuan Barat untuk kemudian direkonstruksi ke dalam sistem pengetahuan Islam.6
C. Perlunya Islamisasi Sains: Tinjauan Filsafat Sains
Sejak beberapa dekade yang lalu hingga kini muncul berbagai kritik terhadap Sains Modern. Bukan saja ilmuwan Muslim, tapi banyak ilmuwan Barat sendiri mulai kritis dan mengevaluasi sains yang ada. Mereka umumnya mempertanyakan keabsahan paradigma Sains Modern bahkan cenderung skeptis tentang masa depan Sains Modern. Mereka coba menganalisa dan mencari paradigma sains alternatif. Bagi ilmuwan Muslim, tentu paradigma yang didasarkan pada nilai-nilai Islamlah yang menjadi tumpuan alternatif. Upaya-upaya inilah yang sering disebut Islamisasi sains. Selain percaya pada kesempurnaan nilai-nilai normatif Islam, para ilmuwan Muslim juga percaya pada kesanggupan Islam terjun di wilayah praxis sains, seperti dibuktikan pada masa keemasan Islam.7
D. Tiga Kategori Pendekatan Sains Islam:
a. I’jazul Qur’an.
Pendekatannya adalah mencari kesesuaian penemuan ilmiah dengan ayat Qur’an. Hal ini kemudian banyak dikritik, lantaran penemuan ilmiah tidak dapat dijamin tidak akan mengalami perubahan di masa depan. Menganggap Qur’an sesuai dengan sesuatu yang masih bisa berubah berarti menganggap Qur’an juga bisa berubah.
b. Islamization Disciplines.
Yakni membandingkan sains modern dan khazanah Islam, untuk kemudian melahirkan text-book orisinil dari ilmuwan muslim. Penggagas utamanya Ismail Raji al-Faruqi, dalam bukunya yang terkenal, Islamization Of Knoledge, 1982.
Ide Al-Faruqi ini mendapat dukungan yang besar sekali dan dialah yang mendorong pendirian International Institute of Islamic Thought (IIIT) di Washington (1981), yang merupakan lembaga yang aktif menggulirkan program seputar Islamisasi pengetahuan.
Rencana Islamisasi pengetahuan al-Faruqi bertujuan:
Penguasaan disiplin ilmu modern.
Penguaasaan warisan Islam.
Penentuan relevansi khusus Islam bagi setiap bidang pengetahuan modern.
Pencarian cara-cara untuk menciptakan perpaduan kreatif antara warisan Islam dan pengetahuan modern (melalui survey masalah umat Islam dan umat manusia seluruhnya). Pengarahan pemikiran Islam ke jalan yang menuntunnya menuju pemenuhan pola Ilahiyah dari Allah.
Realisasi praktis islamisasi pengetahuan melalui: penulisan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam dan menyebarkan pengetahuan Islam.
Ide ini terutama pada proses pemanfaatan sains. “Dalam lingkungan Islam pastilah sains tunduk pada tujuan mulia.” Ilmuwan Pakistan, Z.A. Hasymi, memasukkan Abdus Salam dan Habibie pada kelompok ini.
c. Menggali Epistimologi Sains Islam (Murni).
Epistimologi sains Islam murni digali dari pandangan dunia dunia Islam, dan dari sinilah dibangun teknologi dan peradaban Islam. Dipelopori oleh Ziauddin Sardar8
Sardar mengkritik ide Al-Faruqi dengan pemikiran:
a. Karena sains dan teknologilah yang menjaga struktur sosial, ekonomi dan politik yang menguasai dunia.
b. Tidak ada kegiatan manusia yang dibagi-bagi dalam kotak-kotak: “psikologi”, “sosiologi”, dan ilmu politik.
c. Menerima bagian-bagian disipliner pengetahuan yang dilahirkan dari epistimologi Barat berarti menganggap pandangan dunia Islam lebih rendah dari pada peradaban Barat.
E. Sepuluh Konsep
Penemuan kembali sifat dan gaya sains Islam di zaman sekarang merupakan salah satu tantangan paling menarik dan penting, karena kemunculan peradaban muslim yang mandiri di masa akan datang tergantung pada cara masyarakat muslim masa kini menangani hal ini.
Dalam seminar tentang “Pengetahuan dan Nilai-Nilai” di Stocholm, 1981, dengan bantuan International Federation of Institutes of Advance Study (IFIAS), dikemukakan 10 konsep Islam yang diharapkan dapat dipakai dalam meneliti sains modern dalam rangka membentuk cita-cita Muslim. Kesepuluh konsep ini adalah:
(1) Tauhid yakni meyakini hanya ada 1 Tuhan, dan kebenaran itu dari-Nya.
(2) Khilafah kami berada di bumi sebagai wakil Allah, segalanya sesuai keinginan-Nya.
(3)`Ibadah (pemujaan), keseluruhan hidup manusia harus selaras dengan ridha Allah, tidak serupa kaum Syu’aib yang memelopori akar sekularisme: “Apa hubungan sholat dan berat timbangan (dalam dagang)”.
(4) `ilm yang tidak menghentikan pencarian ilmu untuk hal-hal yang bersifat material, tapi juga metafisme, semisal diuraikan Yusuf Qardhawi dalam “Sunnah dan Ilmu Pengetahuan”.
(5) halal (diizinkan)menurut aturan Islam
(6)`adl (keadilan), semua sains bisa berpijak pada nilai ini: janganlah kebencian kamu terhadap suatu kaum membuat-mu berlaku tidak adil.. Keadilan yang menebarkan rahmatan lil alamin, termasuk kepada hewan, misalnya: menajamkan pisau sembelihan.
(7) istishlah (kepentingan umum).
(8) haram (dilarang).
(9) zhulm (melampaui batas).
(10) dziya’ (pemborosan), “Janganlah boros, meskipun berwudhu dengan air laut”.
Dalam membangun dan mengejar perbaikan iptek dunia Islam, Sardar mengajukan dua pemikiran dasar:
Menganalisa kebutuhan sosial masyarakat muslim sendiri, dan dari sinilah dirancang teknologi yang sesuai. Teknologi ini dikembangkan dalam kerangka pandangan-dunia muslim.
Kenyataannya, sangat tidak mudah bekerja di luar paradigma yang dominan, lantaran kita masih terikat dan terdikte dengan disiplin-disiplin ilmu yang dicetuskan dari, oleh dan untuk Barat.Namun paling tidak ada dua agenda praktis yang dapat dijadikan landasan: jangka pendek: membekali ilmuwan Islam dengan syakhshiyah. Islamiyah, dan jangka panjang: perumusan kurikulum pendidikan Islam yang holistik.9
F. Mengapa Harus Ada Islamisasi Sains?
Ketika semangat Islamisasi ilmu pengetahuan muncul di Pakistan pada masa Presiden Zia ul Haq pada awal 1980-an, Bashiruddin Mahmood, Direktur Direktorat Energi Nuklir Pakistan bersama teman-temannya segera menyambutnya dengan dengan mendirikan "Holy Quran Research Foundation". Salah satu hasil kajiannya berupa buku "Mechanics of the Doomsday and Life after Death: The Ultimate Fate of the Universe as Seen Through the Holy Quran" (1987).
Sayang, obsesinya untuk mengislamisasi sains tampaknya tidak mempunyai pijakan. Fenomena penciptaan dan kehancuran alam semesta yang katanya ditinjaunya dari Alquran dianalisisnya tanpa menggunakan sains secara utuh. Hasilnya, banyak kejanggalan dari segi saintifiknya. Di Indonesia, publikasi serupa itu ada juga, misalkan oleh Nazwar Syamsu dan Fahmi Basya.
Semangat Islamisasi sains di Pakistan yang dirasakan telah salah arah, menimbulkan kritik tajam dari Dr. Pervez Hoodbhoy, pakar fisika partikel dan nuklir dari Quaid-e-Azam University, Islamabad. Atas saran Prof. Abdus Salam (Penerima hadiah Nobel Fisika 1979), Hoodbhoy memaparkan kritik-kritiknya atas upaya Islamisasi sains di Pakistan dalam bukunya "Islam and Science: Religious Orthodoxy and the Battle for Rationality" (1992). Baik Hoodbhoy maupun Salam sepakat bahwa upaya Islamisasi Sains yang dimotori Presiden Zia ul Haq telah salah langkah dan memalukan.
Secara spesifik, Hoodbhoy mengkritik beberapa kajian yang oleh para pemaparnya -- di beberapa konferensi tentang Alquran dan sains -- dianggap sebagai sains Islam. Kajian-kajian yang dikritik tajam itu antara lain tentang formulasi matematis tingkat kemunafikan, analisis isra' mi'raj dengan teori relativitas, jin yang terbuat dari api sebagai energi alternatif, dan formula kuantitatif pahala salat berjamaah sebagai fungsi dari jumlah jamaah.
Sebenarnya, adakah sains Islam? Dan perlukah Islamisasi sains? Untuk menjawabnya, kita kembali mengkaji lebih dalam lima ayat yang pertama kali turun kepada Rasulullah s. a. w. dan kita fahami prinsip dasar sains.
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah yang mengajarkan dengan pena. Mengajar manusia hal-hal yang belum diketahuinya (Q. S. Al-Alaq:1-5).
Dalam makna yang umum, lima ayat yang turun pertama kali ini tentunya bukan hanya perintah kepada Rasulullah s. a. w. untuk membaca ayat-ayat qur'aniyah. Terkandung di dalamnya makna untuk membaca ayat-ayat kauniyah yang terdapat di alam. Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk itu.
Manusia yang diciptakan dari substansi serupa gumpalan darah telah dianugerahi Allah dengan kemampuan analisis untuk mengurai rahasia-rahasia di balik semua fenomena alami. Kompilasi pengetahuan manusia kemudian didokumentasikan dan disebarkan dalam bentuk tulisan yang disimbolkan dengan pena. Pembacaan ayat-ayat kauniyah ini melahirkan sains dalam upaya menafsirkannya. Ada astronomi, matematika, fisika, kimia, biologi, geologi, dan sebagainya.
Dari segi esensinya, semua sains sudah Islami, sepenuhnya tunduk pada hukum Allah. Hukum-hukum yang digali dan dirumuskan adalah hukum-hukum alam yang tunduk pada sunnatullah. Pembuktian teori-teori yang dikembangkan dilandasi pencarian kebenaran, bukan pembenaran nafsu manusiawi. Secara sederhana, sering dikatakan bahwa dalam sains kesalahan adalah lumrah karena keterbatasan daya analisis manusiawi, tetapi kebohongan adalah bencana.
Hukum konservasi massa dan energi yang secara keliru sering disebut sebagai hukum kekekalan massa dan energi sering dikira bertentangan dengan prinsip tauhid. Padahal itu hukum Allah yang dirumuskan manusia, bahwa massa dan energi tidak bisa diciptakan dari ketiadaan dan tidak bisa dimusnahkan. Alam hanya bisa mengalihkannya menjadi wujud yang lain. Hanya Allah yang kuasa menciptakan dan memusnahkan. Bukankah itu sangat Islami?
Demikian juga tetap Islami sains yang menghasilkan teknologi kloning, rekayasa biologi yang memungkinkan binatang atau manusia memperoleh keturunan yang benar-benar identik dengan sumber gennya. Teori evolusi dalam konteks tinjauan aslinya dalam sains, juga Islami bila didukung bukti saintifik. Semua prosesnya mengikuti sunnatullah, yang tanpa kekuasaan Allah semuanya tak mungkin terwujud.
Jadi, Islamisasi sains sungguh tidak tepat. Menjadikan ayat-ayat Alquran sebagai rujukan, yang sering dianggap salah satu bentuk Islamisasi sains, juga bukan pada tempatnya. Dalam sains, rujukan yang digunakan semestinya dapat diterima semua orang, tanpa memandang sistem nilai yang dianutnya. Tegasnya, tidak ada sains Islam dan sains non-Islam.
Hal yang pasti ada hanyalah saintis Islam dan saintis non-Islam. Dalam hal ini sistem nilai tidak mungkin dilepaskan. Memang tidak akan tampak dalam makalah ilmiahnya, tetapi sistem nilai yang dianut seorang saintis kadang tercermin dalam pemaparan yang bersifat populer atau semi-ilmiah.
"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan". Maka, riset saintis Islam berangkat dari keyakinan bahwa Allah pencipta dan pemelihara alam serta hanya karena-Nya pokok pangkal segala niat. Atas dasar itu, setiap tahapan riset yang menyingkapkan satu mata rantai rahasia alam semestinya disyukurinya dengan ungkapan "Rabbana maa khaalaqta haadza baathilaa, Tuhan kami tidaklah Engkau ciptakan semua ini sia-sia" (Q. S. 3:191), bukan ungkapan bangga diri.
G. Analisa
Sebagaimana diungkapkan dalam pembuka tulisan ini, posisi gerakan islamisasi ilmu pengetahuan sebagai sebuah “kontra-hegemoni” sekaligus “ideologi perlawanan” terhadap upaya dominasi peradaban Barat yang mencengkeram baik lewat kolonialisme, neo-kolonialisme maupun “invasi pemikiran”, jelas sangat penting. Lebih tegas adalah sesuatu yang sah secara intelektual maupun politis. Bahkan merupakan hak dunia Islam, yang sayangnya, memang sebagian besar berada di dunia ketiga–sebagaimana bagi entitas kebudayaan dan peradaban lainnya untuk mempertahankan identitas maupun jatidiri kebudayaan dan peradabannya dengan merujuk pada akar tradisinya sendiri.
Satu hal yang kiranya perlu tetap disadari, bahwa setiap hasil pemikiran manusia, selalu bersifat historis: terikat dengan ruang dan waktu yang melingkungi sang pemikir. Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan, tentulah memiliki kebenaran-kebenaran tertentu sesuai dengan bingkai ruang dan waktunya. Itu merupakan sebuah upaya solusi terhadap berbagai problema umat yang memang nyata keberadaannya.
Menjadi penting bagi kita, pada satu sisi, mengapresiasi dan membuka ruang dialog bagi gagasan islamisasi ilmu pengetahuan, sebagai suatu sumbangan sekelompok sarjana Muslim terhadap peradaban umat manusia. Dan pada sisi lain, menjaga agar gerakan tersebut berada pada bingkai kerja ilmiah, yang ukuran kebenarannya adalah sejauh mana ia bisa konsisten terhadap premis-premis dasar yang dibangunnya. Juga sejauh mana ia bisa mengatasi ujian dan verifikasi ilmiah dari para pengkritiknya. Dan tentu saja, seberapa jauh ia bisa memberi maslahat bagi umat manusia; setidaknya memecahkan persoalan-persoalan yang dijadikan isu utama. Sangat naif, jika kemudian terjadi penggeseran orientasi gerakan ini, dari yang sifatnya ilmiah menjadi politis dan ideologis. Sehingga gagasan tersebut menjadi gagasan yang tertutup karena dianggap sudah final kebenarannya atau bahkan diyakini tidak bisa salah karena “berasal dari Tuhan Yang Maha Benar”.
H. Kesimpulan
Gerakan islamisasi ilmu atau sains perlu diimplementasikan oleh para cendikia muslim sendiri yang memiliki keluasan ilmu dan keahlian yang mantap terhadap ilmu -ilmu keislaman dan ilmu pengetahuan yang non agama.
Alasan orientasi islamisasi pada subyek cendikia yang memiliki kemantapan pada dua dimensi keilmuan, diantaranya perlunya kajian kajian tentang ilmu pengetahuan umum yang telah diakui keberadaannya menjadikan pengkaji terhadap ilmu tersebut medekat dengan agama Islam. Hal ini amat penting untuk disertakan, pengertian agama akan hadir dalam setiap ilmu apapun jenis dan macamnya sebuah keilmuan. Dengan menambahkan nilai-nilai agama dalam setiap ilmu akan menginspirasi terhadap pengkajinya untuk selalu beribadah dalam penyelidikan, penelitian, pembahasan dan pengembangan ilmu. Akhirnya manfaat ilmu pengetahuan dapat mendekatkan manusia pada manfaat yang multi dimensional yakni pada manusia, pada alam semesta dan yang lebih dari itu semua pada cendikia itu sendiri di hadapan Allah.
Fungsi dan hakekat ilmu akan dapat diketahui oleh manusia yang mendalami sebuah ilmu yang telah dipadukan dengan ilmu agama yang cukup. Suatu ilmu akan terkesan lebih sempurna dan menarik dalam berbagai kondisi, situasi dan tak terikat oleh ruang dan waktu bahkan golongan ilmuan akan lebih dekat dengan tokoh-tokoh agama.
Bukan hanya ditinjau dari sisi manfaatnya saja, tetapi islamisasi ilmu dapat mempererat kesatua ilmu-ilmu Allah yang tunggal yakni ilmu yang diciptakan oleh-Nya untuk modal manusia menginvestasikan dirinya demi kebahagiaan manusia yang sempurna yaitu dunia dan akhirat.
Sehingga permasalahan dikotomi ilmu atau membedakan antara ilmu agama dan ilmu umum akan terkikis sedikit-demi sedikit, sebab selama ini kemunduran ilmu pengetahuan umum diduni masih didominasi oleh para ilmua non muslim. Ada indikasi yang kuat di masyarakat mayoritas muslim enggan untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut dengan alasan yang tidak rasional dan bahkan hanya percaya pada asumsi-asumsi yang tidak benar. Asumsi itu mengatakan bahwa mempelajari ilmu agama akan banyak manfaatnya dibandingkan mempelajari ilmu yang bukan agama. Dampak dari asumsi atau keyakinan yang tidak rasional ini melemahkan motivasi memopelajari ilmu umum tidak dengan kesungguhan.
Kondisi yang dibangun dari asumsi sesat ini akan diarahkan pada tempat yang layak dengan memasukkan ide, nilai, dan paradigma agama Islam dalam kajian ilmu umum agar hal ini menjadikan generasi yang belum terkena virus asumsi di atas memahami bahwa segala ilmu yang dipelajarinya bermanfaat baginya di dunia dan akhirat. Generasi muda akan lebih berarti bagi kemajuan Islam dengan mempu bersaing dalam dunia global yang menjadikan manusia terjauhkan dengan agamanya. Maka dengan islamisasi ilmu pengetahuan akan memperbaiki citra umat islam dalam kompetisi keilmuan dunia dan umat Islam akan mampu berdialog dengan kehidupan yang nyata serta ke4hidupan spiritualnya.
Daftar Pustaka
Al Quran Terjemah Departemen Agama R.I
Wan Daud, Wan Mohd Nor, 2003. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas ,Bandung: Mizan.
Ilyas, Mukhlisuddin. 2005. Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Online), "Http://Www.Acehinstitute.Org/Opini_Mukhlisuddin_Ilyas_Islamisasi_Ilmu_Pengetahuan.Htm" diiakses 25 Januari2006).
S.M. Naqoib, al Attas. 1991. The Consept OF Education In Islam., Kualalumpur, ISTAC
Iman, M. Sohibul. 2004. Perlunya Islamisasi Sains: Tinjauan Filsafat Sains. Jakarta: ISTECS Press.
Said, Bustaomi M. 1995. Gerakan Pembaharuan Agama: Antara Moderenisme dan Tajdiduddin.Bekasi: Wacanalazuardi Amanah.
Ismail, M. 2002. Bunga Rampai Pemikiran Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
Saifuddin A.M. 1987. Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi. Bandung: Mizan
Diposkan oleh Zamroni di 20.52
0 komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)
ungkapan
Zamroni
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
nama asli saya Muhammad Zamroni,anak ke 7 dari 10 bersaudara. saya anak dari bapak Dawam Supeno dan ibu alm. Siti Supinah. lahir di Ds. Gilig, Rowomarto, kec. Patianrowo, Kab.Nganjuk. Riwayat Pendidikan: SDN Rowomarto II di Kab Nganjuk lulus pada tahun 1988, melanjutkan di SMPN Lengkong Kab Nganjuk lulus tahun 1991, kemudian melanjutkan ke MAN Nglawak Kertosono Kab. Ngnajuk lulus tahun 1994, setelah tamat dai MAN tersebut saya merantau ke pulau borneo Kaltim dan pada tahun 1996 melanjutkan studi s1 di IAIN Antasari Samarinda dan lulus tahun 2002, Tahun 2003 diterima menjadi PNS Dosen tetap pada STAIN Samarinda, tahun 2005 kembali melanjutkan studi s2 di UIN Malang dan lulus tahun 2007, setelah kembali bertugas di kampus STAIN Samarinda, kemudian pada Tahun 2010 melanjutkan studi s3 di kampus yang sama UIN Malang.
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
• ▼ 2010 (11)
o ► November (1)
UTS mata Kuliah Dasar-dasar Kependidikan smt III S...
o ► Oktober (2)
DRAF TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH STAIN SAMARINDA...
TPKI
o ► September (2)
silabus dasar-dasar kependidikan
PENDIDIKAN ISLAM BERORIENTASI MASA DEPAN (Konsep ...
o ► Agustus (1)
MAKNA PUASA DAN ESSENSI PUASA
o ▼ Juni (5)
ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DAN FENOMENANYA
I’JAZ ALQUR’AN
TO: MAHASISWA STAIS KUTIM SEMESTER II
TO: MAHASISWA STAIN SAMARINDA SEMESTER VI KI
TO: MAHASISWA STAIN SAMARINDA SEMESTER II
• ► 2009 (1)
o ► Januari (1)
SILABUS MATA KULIAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
• ► 2008 (5)
o ► Desember (5)
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER STAIS SENGATTA
HUBUNGAN HADIS DAN AL-QUR'AN
METODE PEMECAHAN PARADOKSI HADITS
studi banding
cita ideal
Top Tabs
• Agus
• Mustatho
• UIN Malang
• STAIN Samarinda
• Kampus STAIS
Search
Template Picture Window. Gambar template oleh sndrk. Didukung oleh Blogger.
Jumat, 04 Juni 2010
ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DAN FENOMENANYA
ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DAN FENOMENANYA
A. Pendahuluan
Topik islamisasi ilmu pengetahuan dan pendidikan dalam Islam sudah diperdebatkan sejak Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam di Makkah pada 1977. Tetapi sayangnya tidak ada usaha serius untuk melacak sejarah gagasan dan mengkaji atau mengevaluasi sejumlah persoalan pokok yang berkenalan dengan topik ini pada tingkat praktis.1
Gagasan islamisasi sebenarnya berangkat dari asumsi bahwa ilmu pengetahuan itu tidak bebas nilai atau netral. Betapapun diakui pentingnya transfer ilmu Barat ke Dunia Islam, ilmu itu secara tak terelakkan sesungguhnya mengandung nilai-nilai dan merefelksikan pandangan dunia masyarakat yang menghasilkannya, dalam hal ini masyarakat Barat. Sebelum diajarkan lewat pendidikan, ilmu tersebut harus ditapis terlebih dahulu agar nilai-nilai yang bertentangan secara diametral dengan pandangan-dunia Islam bisa disingkirkan. Gagasan islamisasi, dengan demikian, merupakan upaya dekonstruksi terhadap ilmu pengetahuan Barat untuk kemudian direkonstruksi ke dalam sistem pengetahuan Islam.2
B. Tokoh Islamisasi
Bagi masyarakat awam di Indonesia, nama Syed Muhammad Naquib Al-Attas mungkin terasa asing. Tetapi bagi kalangan akademinisi yang pernah membaca karya-karyanya dalam edisi bahasa Indonesia seperti Islam dan Sekulerisme (Pustaka, Bandung) yang pernah populer pada dekade 80-an; Islam dan Filsafat Sains atau Konsep Pendidikan Islam (Mizan, Bandung) hampir pasti mengenalnya. Al-Attas, pria asli kelahiran Bogor Jawa Barat, 5 September 1931 namun besar di Malaysia tersebut, sangat memahami secara akurat akar kebudayaan dan pandangan hidup Islam dan Barat. Dari itu pula, ia mampu mengidentifikasi penyebab kemunduran umat Islam kemudian memberi solusi konseptual secara tepat. Menurutnya, kemunduran umat Islam itu disebabkan oleh lemah dan rusaknya ilmu pengetahuan (corruption knowledge), sehingga tidak mampu lagi membedakan antara kebenaran dan kepalsuan. Karena itu ia menawarkan solusi sentralnya, yakni pembenahan ilmi pengetahuan umat Islam secara fundamental yang lebih populer dengan 'Islamisasi Ilmu Pengetahuan', suatu istilah yang hingga kini acap disalahpahami dan menjadi sebuah kontroversi.
C. Sejarah Ide Islamisasi
Sesungguhnya usaha pengislaman ilmu ini telah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW dan para sahabat pada saat turunnya al-Quran dalam bahasa Arab. Al-Quran telah membawa bahasa Arab ke arah penggunaan yang lebih menenangkan dan damai sehingga merubah watak, perangai dan tingkah laku orang Arab ketika itu. Al-Quran juga merubah pandangan hidup mereka tentang alam semesta dan kehidupan dunia. Pengislaman ilmu ini diteruskan oleh para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama sehingga umat Islam mencapai kegemilangan dalam ilmu. Oleh itu, islamisasi dalam arti kata yang sebenarnya bukanlah perkara baru. Cuma dalam konteks “kerangka operasional” pengislaman ilmu-ilmu masa sekarang dicetuskan semula oleh tokoh-tokoh ilmuwan Islam seperti Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Al-Faruqi, Fazlur Rahman, Syed Hussein Nasr dan lain-lain.3
Sejarah serta persoalan islamisasi ilmu sekarang ini, dan pemikiran intelektual Muslim tentang ilmu, pendidikan, dan problem ilsmisasi, seperti dirumuskan oleh Muhammad 'Abduh,Iqbal, Al-Faruqi, Fazlur Rahman, dan Seyyed HosseinNasr.
Pengislaman Ilmu atau Islamisasi ilmu adalah wacana yang tak kunjung selesai diperdebatkan oleh sebagian pemikir Islam.
D. Pengertian Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Dalam bahasa Arab Islamisasi ilmu disebut sebagai “Islamiyyat al-Ma’rifat” dan dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Islamization of Knowledge”. Dalam Islam, ilmu merupakan perkara yang amat penting malahan menuntut ilmu diwajibkan semenjak lahir hingga ke liang lahad. Ayat al-Quran yang pertama yang diturunkan berkaitan dengan ilmu yaitu surah al-’Alaq ayat 1-5. Menurut ajaran Islam, ilmu tidak bebas nilai--sebagaimana yang dikembangkan ilmuan Barat--akan tetapi sarat nilai, dalam Islam ilmu dipandang universal dan tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu dalam Islam.
Pengertian islamisasi menurut para ahli:
a. Al Faruqi: adalah menuangkan kembali pengetahuan sebagaimana yang dikehendaki oleh Islam, yaitu dengan memberikan definisi baru, mengatur data, mengefaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan dan memproyeksikan kembali tujuan-tujuannya.3
b. Al Attas:sebagai proses pembebasan ataupemerdekaan. Sebab ia melibatkan pembebasan roh manusia yang mempunyai pengaruh atas jasmaninya dan proses ini menimbulkan keharmonisan dan kedamaian dalam dirinya, sebagai fitranya.4
E. Islamisasi Sebagai Fenomena
Islamisasi ilmu ini menjadi perdebatan utama di kalangan para intelektual Islam semenjak tahun 1970 an. Walaupun ada sarjana muslim membicarakannya tetapi tidak secara teperinci dan mendalam mengenai konsep dan kerangka pengislaman ilmu. Umpamanya seperti, Syed Hussein Nasr, Fazlur Rahman, Jaafar Syeikh Idris.
Maka dapat dikatakan bahwa gagasan islamisasi ilmu pengetahuan sebagai fenomena modernitas, menarik untuk dicermati. Pada era dimana peradaban modern-sekuler mencengkeram negeri-negeri Muslim dengan kukuhnya, pemunculan wacana Islamisasi ilmu pengetahuan dapat dibaca sebagai sebuah “kontra-hegemoni” ataupun “diskursus perlawanan”. Ia hadir untuk menunjukkan identitas sebuah peradaban yang sekian lama diabaikan. Tapi, sebuah “kontra-hegemoni” ataupun “diskursus perlawanan”, adakalanya memunculkan problema dan kontradiksinya sendiri. Itulah yang ingin coba ditelusuri dalam tulisan ini.5
Betapapun diakui pentingnya transfer ilmu Barat ke dunia Islam, ilmu secara tak terelakkan susungguhnya mengandung nilai-nilai yang merefleksikan pandangan dunia masyarakat yang menghasilkannya, dalam hal ini masyarakat Barat. Bagi Al-Attas, sebelum diajarkan lewat pendidikan, ilmu harus ditapis terlebih dulu agar nilai-nilai yang bertentangan secara diametral dengan pandangan dunia Islam dapat diminimalisasi. Secara ringkas, gagasan islamisasi merupakan upaya dekonstruksi terhadap ilmu pengetahuan Barat untuk kemudian direkonstruksi ke dalam sistem pengetahuan Islam.6
C. Perlunya Islamisasi Sains: Tinjauan Filsafat Sains
Sejak beberapa dekade yang lalu hingga kini muncul berbagai kritik terhadap Sains Modern. Bukan saja ilmuwan Muslim, tapi banyak ilmuwan Barat sendiri mulai kritis dan mengevaluasi sains yang ada. Mereka umumnya mempertanyakan keabsahan paradigma Sains Modern bahkan cenderung skeptis tentang masa depan Sains Modern. Mereka coba menganalisa dan mencari paradigma sains alternatif. Bagi ilmuwan Muslim, tentu paradigma yang didasarkan pada nilai-nilai Islamlah yang menjadi tumpuan alternatif. Upaya-upaya inilah yang sering disebut Islamisasi sains. Selain percaya pada kesempurnaan nilai-nilai normatif Islam, para ilmuwan Muslim juga percaya pada kesanggupan Islam terjun di wilayah praxis sains, seperti dibuktikan pada masa keemasan Islam.7
D. Tiga Kategori Pendekatan Sains Islam:
a. I’jazul Qur’an.
Pendekatannya adalah mencari kesesuaian penemuan ilmiah dengan ayat Qur’an. Hal ini kemudian banyak dikritik, lantaran penemuan ilmiah tidak dapat dijamin tidak akan mengalami perubahan di masa depan. Menganggap Qur’an sesuai dengan sesuatu yang masih bisa berubah berarti menganggap Qur’an juga bisa berubah.
b. Islamization Disciplines.
Yakni membandingkan sains modern dan khazanah Islam, untuk kemudian melahirkan text-book orisinil dari ilmuwan muslim. Penggagas utamanya Ismail Raji al-Faruqi, dalam bukunya yang terkenal, Islamization Of Knoledge, 1982.
Ide Al-Faruqi ini mendapat dukungan yang besar sekali dan dialah yang mendorong pendirian International Institute of Islamic Thought (IIIT) di Washington (1981), yang merupakan lembaga yang aktif menggulirkan program seputar Islamisasi pengetahuan.
Rencana Islamisasi pengetahuan al-Faruqi bertujuan:
Penguasaan disiplin ilmu modern.
Penguaasaan warisan Islam.
Penentuan relevansi khusus Islam bagi setiap bidang pengetahuan modern.
Pencarian cara-cara untuk menciptakan perpaduan kreatif antara warisan Islam dan pengetahuan modern (melalui survey masalah umat Islam dan umat manusia seluruhnya). Pengarahan pemikiran Islam ke jalan yang menuntunnya menuju pemenuhan pola Ilahiyah dari Allah.
Realisasi praktis islamisasi pengetahuan melalui: penulisan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam dan menyebarkan pengetahuan Islam.
Ide ini terutama pada proses pemanfaatan sains. “Dalam lingkungan Islam pastilah sains tunduk pada tujuan mulia.” Ilmuwan Pakistan, Z.A. Hasymi, memasukkan Abdus Salam dan Habibie pada kelompok ini.
c. Menggali Epistimologi Sains Islam (Murni).
Epistimologi sains Islam murni digali dari pandangan dunia dunia Islam, dan dari sinilah dibangun teknologi dan peradaban Islam. Dipelopori oleh Ziauddin Sardar8
Sardar mengkritik ide Al-Faruqi dengan pemikiran:
a. Karena sains dan teknologilah yang menjaga struktur sosial, ekonomi dan politik yang menguasai dunia.
b. Tidak ada kegiatan manusia yang dibagi-bagi dalam kotak-kotak: “psikologi”, “sosiologi”, dan ilmu politik.
c. Menerima bagian-bagian disipliner pengetahuan yang dilahirkan dari epistimologi Barat berarti menganggap pandangan dunia Islam lebih rendah dari pada peradaban Barat.
E. Sepuluh Konsep
Penemuan kembali sifat dan gaya sains Islam di zaman sekarang merupakan salah satu tantangan paling menarik dan penting, karena kemunculan peradaban muslim yang mandiri di masa akan datang tergantung pada cara masyarakat muslim masa kini menangani hal ini.
Dalam seminar tentang “Pengetahuan dan Nilai-Nilai” di Stocholm, 1981, dengan bantuan International Federation of Institutes of Advance Study (IFIAS), dikemukakan 10 konsep Islam yang diharapkan dapat dipakai dalam meneliti sains modern dalam rangka membentuk cita-cita Muslim. Kesepuluh konsep ini adalah:
(1) Tauhid yakni meyakini hanya ada 1 Tuhan, dan kebenaran itu dari-Nya.
(2) Khilafah kami berada di bumi sebagai wakil Allah, segalanya sesuai keinginan-Nya.
(3)`Ibadah (pemujaan), keseluruhan hidup manusia harus selaras dengan ridha Allah, tidak serupa kaum Syu’aib yang memelopori akar sekularisme: “Apa hubungan sholat dan berat timbangan (dalam dagang)”.
(4) `ilm yang tidak menghentikan pencarian ilmu untuk hal-hal yang bersifat material, tapi juga metafisme, semisal diuraikan Yusuf Qardhawi dalam “Sunnah dan Ilmu Pengetahuan”.
(5) halal (diizinkan)menurut aturan Islam
(6)`adl (keadilan), semua sains bisa berpijak pada nilai ini: janganlah kebencian kamu terhadap suatu kaum membuat-mu berlaku tidak adil.. Keadilan yang menebarkan rahmatan lil alamin, termasuk kepada hewan, misalnya: menajamkan pisau sembelihan.
(7) istishlah (kepentingan umum).
(8) haram (dilarang).
(9) zhulm (melampaui batas).
(10) dziya’ (pemborosan), “Janganlah boros, meskipun berwudhu dengan air laut”.
Dalam membangun dan mengejar perbaikan iptek dunia Islam, Sardar mengajukan dua pemikiran dasar:
Menganalisa kebutuhan sosial masyarakat muslim sendiri, dan dari sinilah dirancang teknologi yang sesuai. Teknologi ini dikembangkan dalam kerangka pandangan-dunia muslim.
Kenyataannya, sangat tidak mudah bekerja di luar paradigma yang dominan, lantaran kita masih terikat dan terdikte dengan disiplin-disiplin ilmu yang dicetuskan dari, oleh dan untuk Barat.Namun paling tidak ada dua agenda praktis yang dapat dijadikan landasan: jangka pendek: membekali ilmuwan Islam dengan syakhshiyah. Islamiyah, dan jangka panjang: perumusan kurikulum pendidikan Islam yang holistik.9
F. Mengapa Harus Ada Islamisasi Sains?
Ketika semangat Islamisasi ilmu pengetahuan muncul di Pakistan pada masa Presiden Zia ul Haq pada awal 1980-an, Bashiruddin Mahmood, Direktur Direktorat Energi Nuklir Pakistan bersama teman-temannya segera menyambutnya dengan dengan mendirikan "Holy Quran Research Foundation". Salah satu hasil kajiannya berupa buku "Mechanics of the Doomsday and Life after Death: The Ultimate Fate of the Universe as Seen Through the Holy Quran" (1987).
Sayang, obsesinya untuk mengislamisasi sains tampaknya tidak mempunyai pijakan. Fenomena penciptaan dan kehancuran alam semesta yang katanya ditinjaunya dari Alquran dianalisisnya tanpa menggunakan sains secara utuh. Hasilnya, banyak kejanggalan dari segi saintifiknya. Di Indonesia, publikasi serupa itu ada juga, misalkan oleh Nazwar Syamsu dan Fahmi Basya.
Semangat Islamisasi sains di Pakistan yang dirasakan telah salah arah, menimbulkan kritik tajam dari Dr. Pervez Hoodbhoy, pakar fisika partikel dan nuklir dari Quaid-e-Azam University, Islamabad. Atas saran Prof. Abdus Salam (Penerima hadiah Nobel Fisika 1979), Hoodbhoy memaparkan kritik-kritiknya atas upaya Islamisasi sains di Pakistan dalam bukunya "Islam and Science: Religious Orthodoxy and the Battle for Rationality" (1992). Baik Hoodbhoy maupun Salam sepakat bahwa upaya Islamisasi Sains yang dimotori Presiden Zia ul Haq telah salah langkah dan memalukan.
Secara spesifik, Hoodbhoy mengkritik beberapa kajian yang oleh para pemaparnya -- di beberapa konferensi tentang Alquran dan sains -- dianggap sebagai sains Islam. Kajian-kajian yang dikritik tajam itu antara lain tentang formulasi matematis tingkat kemunafikan, analisis isra' mi'raj dengan teori relativitas, jin yang terbuat dari api sebagai energi alternatif, dan formula kuantitatif pahala salat berjamaah sebagai fungsi dari jumlah jamaah.
Sebenarnya, adakah sains Islam? Dan perlukah Islamisasi sains? Untuk menjawabnya, kita kembali mengkaji lebih dalam lima ayat yang pertama kali turun kepada Rasulullah s. a. w. dan kita fahami prinsip dasar sains.
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah yang mengajarkan dengan pena. Mengajar manusia hal-hal yang belum diketahuinya (Q. S. Al-Alaq:1-5).
Dalam makna yang umum, lima ayat yang turun pertama kali ini tentunya bukan hanya perintah kepada Rasulullah s. a. w. untuk membaca ayat-ayat qur'aniyah. Terkandung di dalamnya makna untuk membaca ayat-ayat kauniyah yang terdapat di alam. Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk itu.
Manusia yang diciptakan dari substansi serupa gumpalan darah telah dianugerahi Allah dengan kemampuan analisis untuk mengurai rahasia-rahasia di balik semua fenomena alami. Kompilasi pengetahuan manusia kemudian didokumentasikan dan disebarkan dalam bentuk tulisan yang disimbolkan dengan pena. Pembacaan ayat-ayat kauniyah ini melahirkan sains dalam upaya menafsirkannya. Ada astronomi, matematika, fisika, kimia, biologi, geologi, dan sebagainya.
Dari segi esensinya, semua sains sudah Islami, sepenuhnya tunduk pada hukum Allah. Hukum-hukum yang digali dan dirumuskan adalah hukum-hukum alam yang tunduk pada sunnatullah. Pembuktian teori-teori yang dikembangkan dilandasi pencarian kebenaran, bukan pembenaran nafsu manusiawi. Secara sederhana, sering dikatakan bahwa dalam sains kesalahan adalah lumrah karena keterbatasan daya analisis manusiawi, tetapi kebohongan adalah bencana.
Hukum konservasi massa dan energi yang secara keliru sering disebut sebagai hukum kekekalan massa dan energi sering dikira bertentangan dengan prinsip tauhid. Padahal itu hukum Allah yang dirumuskan manusia, bahwa massa dan energi tidak bisa diciptakan dari ketiadaan dan tidak bisa dimusnahkan. Alam hanya bisa mengalihkannya menjadi wujud yang lain. Hanya Allah yang kuasa menciptakan dan memusnahkan. Bukankah itu sangat Islami?
Demikian juga tetap Islami sains yang menghasilkan teknologi kloning, rekayasa biologi yang memungkinkan binatang atau manusia memperoleh keturunan yang benar-benar identik dengan sumber gennya. Teori evolusi dalam konteks tinjauan aslinya dalam sains, juga Islami bila didukung bukti saintifik. Semua prosesnya mengikuti sunnatullah, yang tanpa kekuasaan Allah semuanya tak mungkin terwujud.
Jadi, Islamisasi sains sungguh tidak tepat. Menjadikan ayat-ayat Alquran sebagai rujukan, yang sering dianggap salah satu bentuk Islamisasi sains, juga bukan pada tempatnya. Dalam sains, rujukan yang digunakan semestinya dapat diterima semua orang, tanpa memandang sistem nilai yang dianutnya. Tegasnya, tidak ada sains Islam dan sains non-Islam.
Hal yang pasti ada hanyalah saintis Islam dan saintis non-Islam. Dalam hal ini sistem nilai tidak mungkin dilepaskan. Memang tidak akan tampak dalam makalah ilmiahnya, tetapi sistem nilai yang dianut seorang saintis kadang tercermin dalam pemaparan yang bersifat populer atau semi-ilmiah.
"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan". Maka, riset saintis Islam berangkat dari keyakinan bahwa Allah pencipta dan pemelihara alam serta hanya karena-Nya pokok pangkal segala niat. Atas dasar itu, setiap tahapan riset yang menyingkapkan satu mata rantai rahasia alam semestinya disyukurinya dengan ungkapan "Rabbana maa khaalaqta haadza baathilaa, Tuhan kami tidaklah Engkau ciptakan semua ini sia-sia" (Q. S. 3:191), bukan ungkapan bangga diri.
G. Analisa
Sebagaimana diungkapkan dalam pembuka tulisan ini, posisi gerakan islamisasi ilmu pengetahuan sebagai sebuah “kontra-hegemoni” sekaligus “ideologi perlawanan” terhadap upaya dominasi peradaban Barat yang mencengkeram baik lewat kolonialisme, neo-kolonialisme maupun “invasi pemikiran”, jelas sangat penting. Lebih tegas adalah sesuatu yang sah secara intelektual maupun politis. Bahkan merupakan hak dunia Islam, yang sayangnya, memang sebagian besar berada di dunia ketiga–sebagaimana bagi entitas kebudayaan dan peradaban lainnya untuk mempertahankan identitas maupun jatidiri kebudayaan dan peradabannya dengan merujuk pada akar tradisinya sendiri.
Satu hal yang kiranya perlu tetap disadari, bahwa setiap hasil pemikiran manusia, selalu bersifat historis: terikat dengan ruang dan waktu yang melingkungi sang pemikir. Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan, tentulah memiliki kebenaran-kebenaran tertentu sesuai dengan bingkai ruang dan waktunya. Itu merupakan sebuah upaya solusi terhadap berbagai problema umat yang memang nyata keberadaannya.
Menjadi penting bagi kita, pada satu sisi, mengapresiasi dan membuka ruang dialog bagi gagasan islamisasi ilmu pengetahuan, sebagai suatu sumbangan sekelompok sarjana Muslim terhadap peradaban umat manusia. Dan pada sisi lain, menjaga agar gerakan tersebut berada pada bingkai kerja ilmiah, yang ukuran kebenarannya adalah sejauh mana ia bisa konsisten terhadap premis-premis dasar yang dibangunnya. Juga sejauh mana ia bisa mengatasi ujian dan verifikasi ilmiah dari para pengkritiknya. Dan tentu saja, seberapa jauh ia bisa memberi maslahat bagi umat manusia; setidaknya memecahkan persoalan-persoalan yang dijadikan isu utama. Sangat naif, jika kemudian terjadi penggeseran orientasi gerakan ini, dari yang sifatnya ilmiah menjadi politis dan ideologis. Sehingga gagasan tersebut menjadi gagasan yang tertutup karena dianggap sudah final kebenarannya atau bahkan diyakini tidak bisa salah karena “berasal dari Tuhan Yang Maha Benar”.
H. Kesimpulan
Gerakan islamisasi ilmu atau sains perlu diimplementasikan oleh para cendikia muslim sendiri yang memiliki keluasan ilmu dan keahlian yang mantap terhadap ilmu -ilmu keislaman dan ilmu pengetahuan yang non agama.
Alasan orientasi islamisasi pada subyek cendikia yang memiliki kemantapan pada dua dimensi keilmuan, diantaranya perlunya kajian kajian tentang ilmu pengetahuan umum yang telah diakui keberadaannya menjadikan pengkaji terhadap ilmu tersebut medekat dengan agama Islam. Hal ini amat penting untuk disertakan, pengertian agama akan hadir dalam setiap ilmu apapun jenis dan macamnya sebuah keilmuan. Dengan menambahkan nilai-nilai agama dalam setiap ilmu akan menginspirasi terhadap pengkajinya untuk selalu beribadah dalam penyelidikan, penelitian, pembahasan dan pengembangan ilmu. Akhirnya manfaat ilmu pengetahuan dapat mendekatkan manusia pada manfaat yang multi dimensional yakni pada manusia, pada alam semesta dan yang lebih dari itu semua pada cendikia itu sendiri di hadapan Allah.
Fungsi dan hakekat ilmu akan dapat diketahui oleh manusia yang mendalami sebuah ilmu yang telah dipadukan dengan ilmu agama yang cukup. Suatu ilmu akan terkesan lebih sempurna dan menarik dalam berbagai kondisi, situasi dan tak terikat oleh ruang dan waktu bahkan golongan ilmuan akan lebih dekat dengan tokoh-tokoh agama.
Bukan hanya ditinjau dari sisi manfaatnya saja, tetapi islamisasi ilmu dapat mempererat kesatua ilmu-ilmu Allah yang tunggal yakni ilmu yang diciptakan oleh-Nya untuk modal manusia menginvestasikan dirinya demi kebahagiaan manusia yang sempurna yaitu dunia dan akhirat.
Sehingga permasalahan dikotomi ilmu atau membedakan antara ilmu agama dan ilmu umum akan terkikis sedikit-demi sedikit, sebab selama ini kemunduran ilmu pengetahuan umum diduni masih didominasi oleh para ilmua non muslim. Ada indikasi yang kuat di masyarakat mayoritas muslim enggan untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut dengan alasan yang tidak rasional dan bahkan hanya percaya pada asumsi-asumsi yang tidak benar. Asumsi itu mengatakan bahwa mempelajari ilmu agama akan banyak manfaatnya dibandingkan mempelajari ilmu yang bukan agama. Dampak dari asumsi atau keyakinan yang tidak rasional ini melemahkan motivasi memopelajari ilmu umum tidak dengan kesungguhan.
Kondisi yang dibangun dari asumsi sesat ini akan diarahkan pada tempat yang layak dengan memasukkan ide, nilai, dan paradigma agama Islam dalam kajian ilmu umum agar hal ini menjadikan generasi yang belum terkena virus asumsi di atas memahami bahwa segala ilmu yang dipelajarinya bermanfaat baginya di dunia dan akhirat. Generasi muda akan lebih berarti bagi kemajuan Islam dengan mempu bersaing dalam dunia global yang menjadikan manusia terjauhkan dengan agamanya. Maka dengan islamisasi ilmu pengetahuan akan memperbaiki citra umat islam dalam kompetisi keilmuan dunia dan umat Islam akan mampu berdialog dengan kehidupan yang nyata serta ke4hidupan spiritualnya.
Daftar Pustaka
Al Quran Terjemah Departemen Agama R.I
Wan Daud, Wan Mohd Nor, 2003. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas ,Bandung: Mizan.
Ilyas, Mukhlisuddin. 2005. Islamisasi Ilmu Pengetahuan (Online), "Http://Www.Acehinstitute.Org/Opini_Mukhlisuddin_Ilyas_Islamisasi_Ilmu_Pengetahuan.Htm" diiakses 25 Januari2006).
S.M. Naqoib, al Attas. 1991. The Consept OF Education In Islam., Kualalumpur, ISTAC
Iman, M. Sohibul. 2004. Perlunya Islamisasi Sains: Tinjauan Filsafat Sains. Jakarta: ISTECS Press.
Said, Bustaomi M. 1995. Gerakan Pembaharuan Agama: Antara Moderenisme dan Tajdiduddin.Bekasi: Wacanalazuardi Amanah.
Ismail, M. 2002. Bunga Rampai Pemikiran Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
Saifuddin A.M. 1987. Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi. Bandung: Mizan
Diposkan oleh Zamroni di 20.52
0 komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langgan: Poskan Komentar (Atom)
ungkapan
Zamroni
samarinda, kalimantan timur, Indonesia
nama asli saya Muhammad Zamroni,anak ke 7 dari 10 bersaudara. saya anak dari bapak Dawam Supeno dan ibu alm. Siti Supinah. lahir di Ds. Gilig, Rowomarto, kec. Patianrowo, Kab.Nganjuk. Riwayat Pendidikan: SDN Rowomarto II di Kab Nganjuk lulus pada tahun 1988, melanjutkan di SMPN Lengkong Kab Nganjuk lulus tahun 1991, kemudian melanjutkan ke MAN Nglawak Kertosono Kab. Ngnajuk lulus tahun 1994, setelah tamat dai MAN tersebut saya merantau ke pulau borneo Kaltim dan pada tahun 1996 melanjutkan studi s1 di IAIN Antasari Samarinda dan lulus tahun 2002, Tahun 2003 diterima menjadi PNS Dosen tetap pada STAIN Samarinda, tahun 2005 kembali melanjutkan studi s2 di UIN Malang dan lulus tahun 2007, setelah kembali bertugas di kampus STAIN Samarinda, kemudian pada Tahun 2010 melanjutkan studi s3 di kampus yang sama UIN Malang.
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
• ▼ 2010 (11)
o ► November (1)
UTS mata Kuliah Dasar-dasar Kependidikan smt III S...
o ► Oktober (2)
DRAF TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH STAIN SAMARINDA...
TPKI
o ► September (2)
silabus dasar-dasar kependidikan
PENDIDIKAN ISLAM BERORIENTASI MASA DEPAN (Konsep ...
o ► Agustus (1)
MAKNA PUASA DAN ESSENSI PUASA
o ▼ Juni (5)
ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DAN FENOMENANYA
I’JAZ ALQUR’AN
TO: MAHASISWA STAIS KUTIM SEMESTER II
TO: MAHASISWA STAIN SAMARINDA SEMESTER VI KI
TO: MAHASISWA STAIN SAMARINDA SEMESTER II
• ► 2009 (1)
o ► Januari (1)
SILABUS MATA KULIAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
• ► 2008 (5)
o ► Desember (5)
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER STAIS SENGATTA
HUBUNGAN HADIS DAN AL-QUR'AN
METODE PEMECAHAN PARADOKSI HADITS
studi banding
cita ideal
Top Tabs
• Agus
• Mustatho
• UIN Malang
• STAIN Samarinda
• Kampus STAIS
Search
Template Picture Window. Gambar template oleh sndrk. Didukung oleh Blogger.
ahlak
Sejarah Akhlak
BAB I PENDAHULUAN
Melacak sejarah pertumbuhan dan perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu, yang dikenal dengan istilah adapt istiadat (al-adalah/ tradisi) yang sangat dihormati oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat.
Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli fikir Yunani dianggap telah pernah membangun “kerajaan filsafat “, dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-semata berdasarkan fikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama.
Pada pembahasan sebelumnya kami telah membahas tentang pengertian akhlak dan tasauf. Sehingga pada pembahasan ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani sampai Arab sebelum Islam.
BAB II PEMBAHASAN
1. Sejarah Perkembangan Akhlak Pada Zaman Yunani
Diduga yang pertama kali yang mengadakan penyelidikan tentang akhlak yang berdasarkan ilmu pengetahuan ialah Bangsa Yunani. Ahli-ahli filsafat Yunani kuno tidak banyak memperhatikan pada akhlak, tetapi kebanyakan penyelidikannya mengenai alam, sehingga datangnya Sephisticians (500-450 SM). Arti dari Sephisticians adalah orang yang bijaksana. (Sufisem artinya orang-orang bijak). Pada masa itu kata akhlak terungkap dengan kata etika dengan arti yang sama.
Golongan ahli-ahli filsafat dan juga menjadi guru yang tersebar di beberapa Negeri. Buah pikiran dan pendapat mereka berbeda-beda akan tetapi tujuan mereka adalah satu, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi Nasionalis yang baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.
Pandangan tentang kewajiban-kewajiban ini menimbulkan pandangan mengenai sebagian tradisi lama dan pelajaran-pelajaran yang dilakukan oleh orang-orang dahulu, yang demikian itu tentu membangkitkan kemarahan kaum yang kolot “conservative”. Kemudian datang filsafah yang lain dan iapun menentang sekaligus mengecam mereka, dan iapun menuduh dan suka memutar balikan kenyataan. Oleh sebab itu buruklah nama mereka, meskipun terkadang ada diantara mereka lebih jauh pandangannya pada zamanya.[1]
Diantara sekian banyak ahli-ahli fikir Yunani yang menyingkapkan pengetahuan akhlak, di sini dikemukakan beberapa diantaranya yang dipandang terkemuka:
1. a. Socrates (469-399 SM), terkenal dengan semboyan: “ Kenalilah diri engkau dengan diri engkau sendiri”. Dia dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak Yunani yang pertama. Usahanya membentuk pergaulan manusia-manusia. Dengan dasar ilmu pengetahuan.[2]“ Cynics dan Cyrenics” kedua pengikut Socrates. Untuk golongan Cynics hidup pada tahun (444-370 SM) diantara pelajarannya bahwa ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan dan sebaik-baiknya manusia itu yang berperangai dengan akhlak ketuhanan. Pemimpinya adalah Diogenes yang meninggal tahun 323 SM. Ia memberi pelajaran kepada kawan-kawannya supaya membuang beban yang ditentukan oleh ciptaan manusia dan perannya. Untuk golongan Cyrenics pemimpinya adalah Aristippus dilahirkan di Cyrena (kota di Barkah) di Utara Afrika. Golongan ini berpendapat bahwa mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan ialah satu-satunya tujuan yang benar untuk hidup, dan perbuatan itu dinamai utama bila timbul kelezatan yang lebih besar dari kepedihan. Adapun CynicsCyrenics berpendapat bahwa kebahagiaan itu dalam mencari kelezatan dan mengutamakannya.[3] berpendapat bahwa kebahagiaan itu menghilangkan kejahatan dan menguranginya sedapat mungkin. Tetapai Sehingga Ia berpendapat bahwa akhlak dan bentuk perhubungan itu tidak menjadi benar kecuali bila didasarkan kepada ilmu pengetahuan, sehingga ia berpendapat bahwa “ keutamaan adalah ilmu”. Tetapi sesuatu hal yang tidak jelas dalam ilmu Akhlaknya Socrates, apa tujuan yang terakhir dari akhlak itu serta ukuran apa yang dipergunakan menentukan baik buruknya suatu akhlak. Maka disini timbullah beberapa golongan yang berbeda-beda pendapatnya tentang tujuan akhlak, lalu muncul beberapa paham mengenai akhlak sejak zaman itu hingga sekarang ini.
2. Plato (427-347 SM), seorang filsafat Athena dan murid dari Socrates, bukunya yang terkenal adalah “Republic”. Ia membangun ilmu akhlak melalui akademi yang ia dirikan. Pandangannya dalam akhlak berdasar dari “teori contoh” bahwa di balik alam ini ada alam rohani sebagai alam yang sesungguhnya.[4] Dan di alam rohani ini ada kekuatan yang bermacam-macam, dan kekuatan itu timbul dari pertimbangan tunduknya kekuatan pada hokum akal, ia pun berpendapat bahwa pokok-pokok keutamaan ada empat antara lain hikmah/kebijaksanaan, keberanian, keperwiraan dan keadilan. Keempat-empatnya itu adalah tiang penegak bangsa-bangsa dan perseorangan.
3. Aristoteles (9394-322 SM), dia murid Plato yang membangun suatu paham yang khas, yang mana pengikutnya diberi nama dengan “Paripatetics”karena mereka memberikan pelajaran sambil berjalan. Dan ia berpendapat bahwa tujuan terakhir yang dikehendaki manusia mengenai segala perbuatannya ialah “bahagia” ia berpendapat bahwa jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan kekuatan akal pikiran sebaik-baiknya. Selain itu Aristoteles ialah pencipta teori serba tengah tiap-tiap keutamaan adalah tengah-tengah diantara kedua keburukan, seperti dermawan adalah tengah-tengah antar membabi buta dan takut.
Pada akhir abad yang ketiga Masehi tersiarlah kabar Agama Nasrani di Eropa. Agama itu dapat merubah pikiran manusia dan membawa pokok-pokok akhlak yang tercantum di dalam Taurat. Demikan juga memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan sumber segala akhlak. Tuhan yang memberi segala patokan yang harus kita pelihara Dalam bentuk perhubungan kita, dan yang menjelaskan arti baik dan buruk, baik menurut arti yang sebenarnya ialah kerelaan Tuhan dan melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Menurut para ahli filsafat Yunani bahwa pendorong untuk melakukan perbuatan baik dan ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan; menurut Agama Nasrani bahwa pendorong untuk melakukan perbuatan baik itu ialah cinta kepada Tuhan dan iman kepada-Nya.[5]
B. Sejarah Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan)
Kehidupan masyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Pada waktu itu gereja berusaha memerangi filsafat Yunani srta menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang telah diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya. Oleh kerana itu tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian. Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan doktrin uang dikeluarkan oleh gereja, atau memilki perasaan dan menguatkan pendapat gereja. Diluar ketentuan sperti itu penggunaan filsafat tidak diperkenankan.
Namun demikian sebagai dari kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran Plato, Arostoteles dan Stoics untuk memperkuat ajaran gereja, dan mencocokkannya dengan akal. Filsafat yang menentang Agama Nashrani dibuang jauh-jauh.
Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nashrani. Diantara merka yang termasyhur ialah Abelard,, sorang ahli filsafat Perancis (1079-1142) dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat Agama berkebangsaan Italia (1226-1274).
Corak ajaran akhlak yang sifatnya perpaduan antara pemikiran filsafat Yunani dan ajaran agama itu, nantinya akan dapat pula dijumpai dalam ajaran akhlak yang terdapat dalam Islam sebagaimana terlihat pada pemikiran aklhlak yang dikemukakan kaum Muktazilah.
1. Sejarah Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab pada Zaman Jahiliyah tidak ada yang menonjol dalam segi filsafat sebagaimana Bangsa Yunani (Socrates, Plato dan Aristoteles), Tiongkok dan lain-lainnya. Disebabkan karena penyelidikan akhlak terjadi hanya pada Bangsa yang sudah maju pengetahuannya. Sekalipun demikian, Bangsa Arab waktu itu ada yang mempunyai ahli-ahli hikwah yang menghidangkan syair-syair yang mengandung nilai-nilai akhlak, misalnya: Luqman el-hakim, Aktsan bin Shoifi, Zubair bin Abi Sulma dan Hotim al-Thoi.
Adapun sebagian syair dari kalangan Bangsa Arab diantaranya: Zuhair ibn Abi Salam yang mengatakan: ”barang siapa menepati janji, tidak akan tercela; barang siapa yang membawa hatinya menunjuka kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-ragu”. Contoh lainnya, perkataan Amir ibnu Dharb Al-Adwany ”pikiran itu tidur dan nafsu bergejolak. Barang siapa yang mengumpulkan suatu antara hak dan batil tidak akan mungkin terjadi dan yang batil itu lebih utama buatnya. Sesungguhnya penyelesaian akibat kebodohan”.
Simak apa yang dikatakan Aktsam ibn Shaify yang hidup pada zaman jahiliah dan kemudian masuk Islam. Ia berkata: ”jujur adalah pangkal keselamatan; dusta adalah merusakkan: kejahatan adalah merusakkan; ketelitian adalah sarana menghadapi kesulitan; dan kelemahan adalah penyebab kehinaan. Penyakit pikiran adalah nafsu, dan sebaik-baiknya perkara adalah sabar. Baik sangka merusak, dan buruk sangka adalah penjagaan”.
Al-Adwany pernah berpesan kepada anaknya Usaid dengan sifat-sifat terpuji, ujarnya: ’Berbuatlah dermawan dengan hartamu, Memuliakan tetanggamu, bantulah orang yang meminta pertolongan padamu, hormatilah tamumu dan jagalah dirimu dari perbuatan meminta-minta sesuatu pada orang lain”.
Dengar pula apa yang yang dikatan Amr ibn Al-Ahtam kepada budaknya:”Sesungguhnya kikir itu merupakan perangai yang akurat untuk lelaki pencuri; bermurahlah dalam cinta karena sesungguhnya diriku dalam kedudukan suci dan tinggi adalah orang yang belah kasih.setiap orang mulia akan takut mencelamu, dan bagi kebenaran memiliki jalanya sendiri bagi orang-orang yang baik.
Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki kadar pemikiran yang minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosof Yunani kuno. Dalam syariat-syariat mereka tersebut saja sudah ada muatan-muata akhlak.
Memang sebelum Islam, dikalangan bangsa Arab belum diketahui adanya para ahli filsafat yang mempunyai aliran-aliran tertentu seperti yang kita ketahui pada bangsa Yunani, seperti Epicurus, Plato, zinon, dan Aristo, karena penyelidikan secara ilmiah tidak ada, kecuali sesudah membesarnya perhatian orang terhadap ilmu kenegaraan.[7]
Setelah sinar Islam memancar, maka berubahlah suasana laksana sinar matahari menghapuskan kegelapan malam, Bangsa Arab kemudian tampil maju menjadi Bangsa yang unggul di segala bidang, berkat akhlakl karimah yang diajarkan Islam.[8]
Diantara ayat Al-Qur’an tentang akhlak yaitu:
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. ( QS. An-Nahl: 90)
BAB III KESIMPULAN
• Sejarah Perkembangan Akhlak Pada Zaman Yunani
Socrates dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak. Karena ia yang pertama berusaha dengan sungguh-sungguh membentuk perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan. Dia berpendapat akhlak dan bentuk perhubungan itu, tidak menjadi benar kecuali bila didasarkan ilmu pengetahuan.
Lalu datang Plato (427-347 SM). Ia seorang ahli Filsafat Athena, yang merupakan murid dari Socrates. Buah pemikirannya dalam Etika berdasarkan ‘teori contoh’. Dia berpendapat alam lain adalah alam rohani. Di dalam jiwa itu ada kekuatan bermacam-macam, dan keutamaan itu timbul dari perimbangan dan tunduknya kepada hukum.
Kemudian disusul Aristoteles (394-322 SM), dia adalah muridnya plato. Pengukutnya disebut Peripatetis karena ia memberi pelajaran sambil berjalan atau di tempat berjalan yang teduh
• Sejarah Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan)
Pada abad pertengahan, Etika bisa dikatakan ‘dianiaya’ oleh Gereja. Pada saat itu, Gereja memerangi Filsafat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno.
Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu. Dan apa yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu adalah benar. Jadi manusia tidak perlu lagi bersusah-susah menyelidiki tentang kebenaran hakikat, karena semuanya telah diatur oleh Tuhan.
• Sejarah Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak mempunyai ahli-ahli Filsafat yang mengajak kepada aliran atau faham tertentu sebagaimana Yunani, seperti Epicurus, Zeno, Plato, dan Aristoteles.
Hal itu terjadi karena penyelidikan ilmu tidak terjadi kecuali di Negara yang sudah maju. Waktu itu bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan diri dari kerendahan yang terkenal pada zaman mereka.
________________________________________
[1] Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf (Nilai-nilai akhlak/budipekerti dalam ibadat dan tasawuf), (Jakarta: PT Karya Mulia,2005)hal: 34-35.
[2] Abjan Soleiman, Ilmu Akhlak (Ilmu Etika),(Jakarta: Dinas Rawatan Rohani Islam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat,1976) hal: 28.
[3] Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Op.cit,hal: 35-36.
[4] Abjan Soleiman, Ilmu Akhlak Op.cit,hal:.29.
[5] A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2005),hal: 45
[7] Zahruddin AR,dkk,Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,2004) hal: 25-27.
[8] Abjan Soleiman, Ilmu Akhlak Op.cit,hal:.30.
• Share this:
• StumbleUpon
• Digg
• Reddit
•
Posted in Akhlak Tasawuf
« Islamic Widget
Sejarah, Pengertian, Hukum Mempelajari Faraidh »
Leave a response
Name*
Email*
Website
Your response:
Notify me of follow-up comments via email.
Subscribe by email to this site
Categories
• 1
• Akhlak Tasawuf
• artikel
• Cerita Humor Cuy
• Filsafat Pendidikan
• Filsafat Umum
• Fiqih Faraidh
• Ilmu Logika
• motivasi
• my memory
• Pengembangan Profesi Keguruan
• sejarah pendidikan islam
• Sejarah Pendidikan Islam II
• ulumul Qur'an
Yahoo Mesenger
October 2009
M T W T F S S
« Sep
Dec »
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16
17 18
19 20 21 22
23 24 25
26 27 28 29 30 31
أهلا وسهلا
BUKU TAMU
Facebook
Kiki Ozi
Buat Lencana Anda
pengunjung
• 55,771 hits
Categories
• 1
• Akhlak Tasawuf
• artikel
• Cerita Humor Cuy
• Filsafat Pendidikan
• Filsafat Umum
• Fiqih Faraidh
• Ilmu Logika
• motivasi
• my memory
• Pengembangan Profesi Keguruan
• sejarah pendidikan islam
• Sejarah Pendidikan Islam II
• ulumul Qur'an
Archives
• July 2010 (1)
• February 2010 (1)
• January 2010 (3)
• December 2009 (5)
• October 2009 (6)
• September 2009 (3)
• August 2009 (10)
• July 2009 (4)
• May 2009 (3)
• April 2009 (6)
• March 2009 (5)
• January 2009 (4)
• December 2008 (2)
• November 2008 (1)
Blogroll
• Mudzakir Fauzi
• WordPress.com
• WordPress.org
Link
• Detik.com
• hadianiarrahmi
• ilmu hadis
• INDOSAT
• kemajuan bangsa
• Kenalan Dulu y
• kenangan
• kharis
• komunitas pai C 08
• Nurrahman Arif
• pendidikan untuk semua
• PMII Rayon PAI
• Sedjatee
Pages
• About Me
• CHARACTER BUILDING GURU PAI
• my deary
Meta
• Register
• Log in
• Entries RSS
• Comments RSS
• WordPress.com
Recent Comments
masyitoh on About Me
zakiyah on pengertian, obyek kajian, fung…
nurhidayah on Konsep Pendidikan Ibnu Si…
ilmy on pengertian, obyek kajian, fung…
Firza Zz on pengertian, obyek kajian, fung…
sodik on Pengertian Ulumul Qur…
adrianto on Pengertian Ulumul Qur…
salin on pengertian, obyek kajian, fung…
bellia eflina on pengertian,subyek sejarah pend…
said on pengertian,subyek sejarah pend…
Peta Pengunjung
Greeting Card by Alhabib
BATAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam didenfisikan sebagai agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada junjungan Nabi kita Rasulullah SAW, untuk mengatur segenap urusan manusia, baik berkaitan hubungan dengan Allah (ibadah dan aqidah), hubungan dengan sesama manusia (muamalah, uqabat atau sanksi), dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri, untuk itu kami sebagai penulis mengangkat sebuah permasalahan yang terjadi dalam masyarakat modern khususnya.
Orang-orang dalam menjalani hidupnya haruslah dinilai sebagai orang yang melaksanakan perintah Allah, bukan hanya melihat dari segi status sosial ataupun material saja. Ukuran dalam menjalani hidup sama saja dihadapan Allah SWT yang membedakan hanya kadar ketakwaan kita, bukan berdasarkan dari status sosial atau materil dalam pandangan manusia saja.
Disamping itu, kalau seorang muslim dalam menjalani kehidupannya bisa dan tidak mudah terpengaruh akan segala ritangan yang selalu menghadang dalam setiap langkah hidupnya dan mempunyai filter dalam menyaring segala problematika yang kian hari kian banyak membuat orang bingung.
Problematika masyarakat modern adalah Sebuah permasalahan yang muncul dan hangat diperbincangkan oleh khalayak orang, sehingga menjadi sebuah hal yang sifatnya penting sekali dalam kehidupan ini. Maka semua permasalahan yang dilakukan mesti penuh pemikiran dan pertimbangan dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian baik buruknya seorang manusia tergantung bagaimana orang tersebut menyikapi segala problematika yang terjadi saat ini..
Manusia dizaman modern ini diharapkan pada masalah problematika masyarakat cukup serius. Kemudian khazanah fikiran dan pandangan dalam menyikapi mesti adanya suatu pengembangan pola fikir yang lebih baik.
Dengan demikian, menjadi sangatlah penting kita mempelajari hal-hal yang berkenaan suatu permasalahan yang banyak dialami masyarakat modern. Namun penjabaran dalam menjalani hidup ini seseorang dituntut untuk tidak berjalan begitu saja dan tidak akan sempurna dalam proses perubahannya tanpa mengetaui pengembangan pembentukan masyarakat modern yang lebih maju.
B.Tujuan
Didalam penulisan makalah ini adalah bertujuan untuk menambah wawasan dalam pengertahuan mengenai ilmu akhlak dan memenuhi tugas kelompok.
C. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas maka penulis mengajukan beberapa masalah berupa :
1. Apa-apa saja yang menyebabkan timbulnya problematika masyarakat modern?
2. Kepada siapakah perubahan problematika masyarakat modern?
PEMBAHASAN
.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya,ada tiga aliran yang sudah amat popular.Pertama aliran Nativisme,Kedua aliran Emperisme, dan ketiga aliran konvergensi.
Menurut aliran Nativisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.Aliran ini tamaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam pada diri manusia, dan hal ini kelihatan erat kaitannya dengan pendapat aliran intuisme dalam hal penentuan baik dan buruk sebagaimana telah diuraikan diatas.
Menurut aliran Empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan luar, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan dan prnddikan yang diberikan kepada anak itu,maka baiklah anak itu.Dengan demikian jika sebaliknya.
Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembebntukan akhlak dipengaruhi oleh factor internal,yaitu pembawaan si anak,dan factor dari luar, yaitu pendidikan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social.
Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadis di bawah ini:
والله اخرجكم من بطون امهتكم لاتعلمون شيئاوجعل لكم السمع والابصاروالافثدة العلكم تثقرون
Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadan yang tidak mengetahui sesuatupun, dan Dan dia memberikamu pendengaran dan penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. Al-Nahl)
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk didik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari.Potensi tersebut harus dusyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.Hal ini sesuai pula dengan yang dilakukan Lukmanul Hakim kepada anaknya sebagai terlihat pada ayat yang berbunyi:
وإدقال لقمن لابنه وهوبعظة يبني لاتش رك الله ان الشرك لظلم عظيم ووصيناالاانسان بوالديه حملته امه وهناعنا على وهن وفصله نى عا مين ان اشكرلي ولوا لديك الي المصير
Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberikan pelajaran kepadanya.”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan allah, sesungguhnya mempersekutukan (allah) adlah benar-benarkezalima yang besar.Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada duaorang ibu bapaknya; ibunya telah mengadungnya dalam keadaanlemah yang bertambah-tambah,dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanyakepada kulah kembalimu.QS. Luqman 31:13-14.
Ayat tersebut selain menggambarkan tentang pelaksanaan pendidukan jugaberisi materi pelajaran dan yang utamanya, yaitu pendidikan tauhid dan keimanan, karena keimananlah yang menjadi salah satu dasar yang kokoh bagi pembentuka akhlak.
Kesesuaian teori Konvergensi tersebut diatas juga sejalan dengan hadist Nabi yang berbunyai:
yat tersebut selain menggambarkan tentang pelaksanaan pendidukan jugaberisi materi pelajaran dan yang utamanya, yaitu pendidikan tauhid dan keimanan, karena keimananlah yang menjadi salah satu dasar yang kokoh bagi pembentuka akhlak.
Kesesuaian teori Konvergensi tersebut diatas juga sejalan dengan hadist Nabi yang berbunyai:
كل مولوديولد على الفطرة فابواه يهودانه اوينصرانه اويمجسانه
Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan memvbawa fitrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran),maka kudua orang tuanyaalah yang membentuk anakn itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.(HR. Bukhari)
Ayat dan hadist tersebut di atas selain menggambarkan adanya teori konvergensi juga menunjukan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua.
Dengan demikian factor yang mempengaruhi pembinan ahklak di anak ada dua, yaitu factor daridalam yaiti, potensi fisik, intelektual dan hati(rohaniah) yang dibawa si anak dari sejak lahir ,dan dari factor luar, yaitu kedua orang tua di rumah,guru di sekolah dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.Melalui kerjasama yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut,maka aspek konditif(pengentahuan),efektif(penghayatan),dan psikomotorik(pengamalan) ajaran yang diajarka akan terbentuk pada diri anak .
Faktor yang lain dalam pembentukan akhlak adalah keluarga,dalam pembentulan kepribadian anak.Melalui fungsi ini keluarga berusaha mempersiapkan anak-anak bekal selengkap-lengkapnya dengan memperkenalkan pola tingkahlaku,sikap,keyakinan,cita-cita dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka kelak.
Proses sosialisasi tidak sewajarnya diberikan kepada orang lain.Peran orang tua sangat besar dalam proses sosialisasi ini,sebab disitu anak akan meniru segala yang dilihat dan dipelajari dari orangtuanya.Apabila orang tua tidak menjalankan fungsi sosialisasi secara baik,maka problem lain yang muncul adalah anak kehilangan perhatian,setelah itu ia akan mencari tokoh lain diluar orang tuanya itu untuk ditiru.
Semua masyarakat sangat menggantungkan diri kepada keluarga dalam hal sosialisasi anak-anak.Peranan orang tua dalam sosialisasi ini sebagai persiapan untuk memasuki usia dewasa agar anak dapat berperan secara positif ditengah-tengah masyarakat.Salahsatu caranya adalah pemberian model bagi anak.Anak belajar menjadi laki-laki.Sosialisasi akan menemukan kesulitan apabila model semacam itu tidak ada dan bila anak harus mengandalkan diri pada model yang disaksikan dalam keluarga lain.Studi semacam ini semakin menegaskan bahwa keluarga adalah factor penentu utama bagi sosialisasi anak.
Tetapi sebaliknya,dalam keluarga yang serba susah yangmenghadapi berbagai masalah kemiskinan yang mencekik,problem sosialisasi dalam keluarga akan berjalan tidak normal.Keluarga seperti ini akan mensosialisasikan anak-anak mereka untuk meneruskan pola ketidakmampuan dan ketergantungan orang tua.
Didalam sebuah hadits Qudsi mengatakan yang artinya,Sesuatu yang diriwayatkan dari Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi,Dia berfirman”Wahai hambaku sesungguhnya Aku mengharamkan kedzaliman atas diri-Ku dan kedzaliman itu Aku haramkan diantara kalian maka janganlan kalian saling mendzalimi.Wahai hamba-Ku masing-masing dari kau akan sesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk mintalah petunjuk kepada-Ku maka Aku akan memberi petunjuk kepadamu.Wahai hamba-Ku masing-masing dari kamu akan lapar kecuali orang yang Aku beri makan mintalah kepada-Ku maka akan Aku akan memberi kepadamu.Wahai hamba-Ku masing-masing kamu itu telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian mintalah pakaian kepada-Ku maka Aku akan memberikan kepadamu.Wahai hamba-Ku sesungguhnya kamu melakukan kesalahan siang dan malam sedang Aku mengampuni semua dosa mintalah ampun kepada-Ku maka Aku akan memberi ampunan kepadamu.Wahai hamba-Ku sesungguhnya kamu tidak akan bias menghindar dari kemudharatan-Ku maka kamu tidak akan mendapatkan kemanfatan-Ku maka mohonlah kemanfaatan kepada-Ku.Wahai hamba-Ku seandainya orang yang pertama dan terakhir dari kamu manusia dan jin dikalangan itu berada pada hati seseorang laki-laki yang paling taqwa diantaramu maka yang demikian itu tidak akan menambahsedikitpun dari kerajaan-Ku .Wahai hamba-Ku seandainya orang pertam dan terakhir dari kamu jin dan manusia berada pada hati seseorang hati seorang laki-laki yang jahat maka yang demikian itu tidak akan mengurangi sedikitpun kerajaan-Ku.Wahai hamba-Ku seandainya orang yang pertama dan terakhir diantara kamu manusia dan jin berdiri pada suatu bukit lalu mereka minta kepada-Ku maka Aku akan memberinya dari setiap orang yang permintaanya.maka yang demikian itu tidak akan mengurangi apa yang ada di sisi-Ku melainkan seperti air laut apabila dimasukan kedalamnya.Wahai hamba-Ku itu adalah amal-amal kalian yang Aku hitung semua untuk kalian dan kemudian Aku sempurnakan bagi kalian.Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan hendaklah memuji Allah dan barang siapa yang mendapatkan selain itu maka janganlah mencela selain dari pada dirinya sendiri(Hadits dikeluarkan Muslim).
KESIMPULAN
Aklakh adalah sesuatu hal yang menentukan bagaimana seseorang bias disegani dan dijauhi itu semua tergantung kepada akhlaknya.
Akhlak yang baik ataupun yang buruk tentunya semua itu ada hal yang menyebabkan itu semua,seseorang yang berakhlak baik tentunya mempunyai factor yang membuat ia mempunyai akhlak yang baik baik itu karena factor internal ataupun eksternal,maka dari itu semua kita harus mengetahui agar pada saatnya kita bias membedakan factor yang akan membawa kebaikan dan keburukan dan tentunya kita akan berusaha untuk mempunyai akhlak yang baik yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Akhlak yang buruk yang terdapat pada diri seseorang yang tentunya semua itu juga memiliki faktor yang menyebabkan itu semua terjadi pada diri orang itu,maka dengan setelah kita mengetahui tentang akhlak buruk ataupun factor-faktor penyebabnya kita akan berusaha untuk berusaha menjauhi factor-faktor tersebut ataupun mencari bagaimana pencegahannya ataupun yang menjadi sosialisasinya.
Rasullah memiliki akhlak yang begitu mulyanya yang tentunya harus kita ikuti dan amalakan dalam kehidupan sehari-hari kita begitupun akhlak kita yang menawan akan kelihatan sungguh indah apabila dibandingkan dengan akhlak yang buruk yang tentunya kita harus menjauhinya.
Allah mencintai bahkan memuliakan orang-orang yang memiliki akhlak yang baik yang sesuai dengan yang diperintahkan-Nya,maka diutuslah Rasullah untuk menyempurnakan akhlak kita agar akhlak kita baik.
Related Articles :
Related Posts
• pengertian akidah dan akhlak
• Syi’ah
• STRATIFIKASI SOSIAL
• Ulumul Qur’an dan Perkembangannya
• REFLEKSI REFORMASI KONSTITUSI 1998-2002
http://www.faqihregas.co.cc/2010/05/problematika-masyarakat-modern.html
Problem Dan Solusi Masyarakat Modern Dalam Perspektif Psikofitrah
at 8:21 PM
Masyarakat modern dewasa ini menghadapi problem yang sangat serius yaitu alienasi. Alienasi dalam pandangan Eric Fromm sejenis penyakit kejiwaan dimana seseorang tidak lagi merasa memiliki dirinya sendiri, sebagai pusat dunianya sendiri melainkan terenggut kedalam mekanisme yang sudah tidak lagi mampu dikendalikan. Masyarakat modern merasakan kebingungan, keterasingan dan kesepian karena apa yang dilakukan bukan atas kehendaknya sendiri melainkan adanya kekuatan luar yang tidak diketahuinya menurut perasaan dan akalnya.
Itulah yang juga dikritik oleh Karl Marx, dia menilai akumulasi modal dan alat produksi pada sekelompok elite membuat dunia mengalami kesenjangan sosial yang hanya memunculkan kemiskinan massal dimana rakyat yang miskin semakin miskin dan yang kaya menjadi kaya. Yang miskin menjadi sangat bergantung pada pemilik modal yang menguasai pusat-pusat produksi dan ekonomi sehingga kebebasan individu untuk memilih pekerjaan sebagai aktualisasi diri tidak mendapatkan tempat yang kondusif. Penindasan terjadi secara terus menerus mereka bekerja hanya untuk menjaga keberlangsungan hidupnya semata sementara disisi lain pemilik modal memeras dengan seenaknya.
Kritik Karl Marx hampir sulit diingkari kebenarannya tentang problem alienasi pada masyarakat modern, hal ini juga diperkuat oleh pandangan Chistropher Lasch yang menyebutkan bahwa krisis kejiwaan yang menimpa masyarakat kapitalis terutama barat telah menyebabkan mereka kehilangan sense of meaning dalam hidupnya.
Apa Itu Kebebasan?
Apa itu kebebasan? Dalam pandangan Psikofitrah, manusia yang terbebaskan adalah manusia yang mampu melepaskan jeratan belenggu manusia untuk menuju kebaikan hidup agar manusia tidak terjerumus menjadi budak hamba nafsunya. Kebaikan itu sesuai yang diperintahkan oleh Alloh SWT agar manusia bertauhid dan beribadah padaNya demi martabat manusia sebagai makhluk yang mulia dan otonom.
Sayyd Hossein Nasr berpandangan bahwa manusia modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuannya telah tercebur kedalam lembah pemujaan terhadap pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab problem kehidupan yang sedang hadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah bisa hanya bertumpu pada materi melainkan pada dimensi spiritual.
Dimensi spiritual ini merupakan anugerah Alloh pada manusia, jika ilmu dan teknologi hanya mampu menyentuh dimensi lahir maka spiritualitas menjadikan alam terlihat jelas yang menghubungkan alam semesta dengan Sang Pencipta. Bagai matahari yang menyinari bumi, dimana cahaya tertangkap oleh inderawi. Disaat titik pusat manusia terputus dari Sang Titik Pusat (Alloh SWT) maka ego selalu memuaskan pada hawa nafsunya. Lantas bagaimana Alloh SWT menyindir kita, “Apakah engkau tidak melihat orang yang menobatkan hawa nafsunya sebagai Tuhannya?” (QS.,45:23).
Manusia yang hidup teralienasi adalah manusia yang hidupnya tidak lagi dibimbing oleh visi ilahiah, maka paradigma kehidupannya hanya didasarkan visi egonya. Visi ego inilah yang membuat diri manusia tunduk dan patuh pada naluri-naluri rendah dan kebebasannya merupakan pelampasian hawa nafsunya. Maka dirinya menjadi tak lagi mampu melihat keindahan alam dengan Yang Maha Indah.
Untuk menjawab problem alineasi pada masyarakat modern Psikofitrah memberikan solusi yaitu dengan bertauhid secara benar. Bertauhid kita akan mendapatkan otonomi dan kebebasan yang hakiki. Bertauhid berarti mengembalikan jiwa pada sunatullah (hukum Alloh). Kita akan merasakan harmonisasi antara sesama manusia dan alam sekitarnya serta kesatuan dengan segala ritme alami yang dimana jiwa manusia tertambat pada Alloh dengan hembus napas kasih sayangNya. Tidak ada yang dipaksakan, tidak ada yang terpaksa, semuanya mengalir dalam sunatullah kehidupan.
posted by :agussyafii
No comment
Post a Comment
Home
Read more: http://agussyafii.blogspot.com/2007/12/problem-dan-solusi-masyarakat-modern.html#ixzz128BEOQTt
Penyuluh Agama dan Problem Masyarakat Modern
Pada era globalisasi dewasa ini penjungkirbalikan nilai di masyarakat
Indonesia berlangsung sangat cepat dan tidak diketahui pasti arahnya
karena daya serap masyarakat terhadap stimulus era global sangat
beragam. Modernisasi ditandai dengan iptek, globalisasi ditandai
dengan penggunaan teknologi informasi yang membuat dunia ini mengecil
menjadi satu kampong. Persitiwa yang berlangsung di Amerika atau
Afrika hari ini, pada hari ini juga kita bisa langsung menyaksikan
melalui layer kaca atau internet. Begitupun sebaliknya. Dunia seperti
telanjang,bisa disaksikan seluruh penduduk bumi. Problemnya bagi
Negara berkembang seperti Indonesia, tingkat pengetahuan dan tingkat
sosialnya belum merata sehingga kemampuannya menyerap informasi tidak
sama.
Di Indonesia sekurang-kurangnya ada lima lapisan strata masyarakat;
lapisan ultra modern, masyarakat modern,masyarakat urban,masyarakat
tradisionil, masyarakat terbelakang bahkan di Papua masih ada
masyarakat yang hidup di zaman batu, belum berpakaian. Kelimanya
menerima stimulus yang sama dari budaya global, berupa kebebasan,
kemewahan, pornografi, kekerasan dan lain sebagainya yang berbeda
dengan nilai-nilai tradisi dan budaya Indonesia. Dampaknya luar biasa,
norma-norma agama dan budaya local terjungkir-balik pada kehidupan
keluarga, kehidupan social politik, ekonomi, mode, selera
makanan,musik dan gaya hidup lainnya. Nah inilah problem berat bagi
petugas penyuluh agama, karena penyuluh itu sendiri juga menjadi
korban dari gelombang budaya globalisasi. Banyak penyuluh agama yang
belummasuk lapisan modern,masih berada pada lapisan urban. Diperlukan
kerja ektra keras untukmempersiapkan penyuluh agama mampu berperan
dalam membantu problem masyarakat modern.
PENYAKIT MANUSIA "MODERN"
Yang dimaksud dengan penyakit manusia modern dalam tulisan ini adalah
gangguan psikologis yang diderita oleh manusia yang hidup dalam
lingkungan peradaban modern. Sebenarnya zaman modern ditandai dengan
dua hal sebagai cirinya, yaitu (1) penggunaan tehnologi dalam berbagai
aspek kehidupan manusia, dan (2) berkembangnya ilmu pengetahuan
sebagai wujud dari kemajuan intelektual manusia. Manusia modern
idealnya adalah manusia yang berfikir logis dan mampu menggunakan
berbagai teknologi untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Dengan kecerdasan dan bantuan teknologi, manusia modern mestinya lebih
bijak dan arif, tetapi dalam kenyataannya banyak manusia yang kualitas
kemanusiaannya lebih rendah dibanding kemajuan berfikir dan teknologi
yang dicapainya. Akibat dari ketidak seimbangan itu kemudian
menimbulkan gangguan kejiwaan. Celaka-nya lagi, penggunaan alat
transportasi dan alat komunikasi modern menyebabkan manusia hidup
dalam pengaruh global dan dikendalikan oleh arus informasi global,
padahal kesiapan mental manusia secara individu bahkan secara etnis
tidaklah sama.
Akibat dari ketidak seimbangan itu dapat dijumpai dalam realita
kehidupan dimana banyak manusia yang sudah hidup dalam lingkup
peradaban modern dengan mengunakan berbagai teknologi-bahkan tehnologi
tinggi sebagai fasilitas hidupnya, tetapi dalam menempuh kehidupan,
terjadi distorsi-distorsi nilai kemanusiaan, terjadi dehumanisasi yang
disebabkan oleh kapasitas intelektual, mental dan jiwa yang tidak siap
untuk mengarungi samudera atau hutan peradaban modern. Mobilnya sudah
memakai Mercy, tetapi mentalnya masih becak, alat komunikasinya sudah
menggunakan telpon genggam dan internet, tetapi komunikasinya masih
memakai bahasa isyarat tangan, menu makan yang dipilih pizza dan ayam
Kentucky, tetapi wawasan gizinya masih kelas tempe bongkrek. Kekayaan,
jabatan dan senjata yang dimilikinnya melambangkan kemajuan, tetapi
jiwanya kosong dan rapuh. Semua simbol manusia modern dipakai, tetapi
substansinya. yakni berfikir logis dan penguasaan teknologi maju masih
jauh panggang dari api.
1. Kerangkeng Manusia Modern
Ketidak berdayaan manusia bermain dalam pentas peradaban modern yang
terus melaju tanpa dapat dihentikan itu menyebabkan sebagian besar
"manusia modern" itu terperangkap dalam situasi yang menurut istilah
Psikolog Humanis terkenal, Rollo May disebut sebagai "Manusia dalam
Kerangkeng", satu istilah yang menggambarkan salah satu derita manusia
modern.
Manusia modern seperti itu sebenarnya adalah manusia yang sudah
kehilangan makna, manusia kosong, The Hollow Man. Ia resah setiap kali
harus mengambil keputusan, ia tidak tahu apa yang diinginkan, dan
tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkaan. Para sosiolog
menyebutnya sebagai gejala keterasingan, alienasi, yang disebabkan
oleh (a) perubahan sosial yang berlangsung sangat cepat, (b) hubungan
hangat antar manusia sudah berubah menjadi hubungan yang gersang, (c)
lembaga tradisionil sudah berubah menjadi lembaga rational, (d)
masyarakat yang homogen sudah berubah menjadi heterogen, dan (e)
stabilitas sosial berubah menjadi mobilitas sosial.
Situasi psikologis dalam sistem sosial yang mengkungkung manusia
modern itu bagaikan kerangkeng yang sangat kuat, yang membuat penghuni
di dalamnya tak lagi mampu berfikir untuk mencari jalan keluar dari
kerangkeng itu. Orang merasa tak berdaya untuk melakukan upaya
perubahan, kekuasaan (sistem) politik terasa bagaikan hantu yang susah
diikuti standar kerjanya, ekonomi dirasakan tercengkeram oleh
segelintir orang yang bisa amat leluasa mempermainkannya sekehendak
hati mereka, bukan kehendaknya, dan nilai-nilai luhur kebudayaan sudah
menjadi komoditi pasar yang fluktuasinya susah diduga.
Bagaikan orang yang telah lama terkurung dalam kerangkeng, manusia
modern menderita frustrasi dan berada dalam ketidak berdayaan,
powerlessness. Ia tidak mampu lagi merencanakan masa depan, ia pasrah
kepada nasib karena merasa tidak berdaya apa-apa. Rakyat acuh tak acuh
terhadap perkembangan politik, pegawai negeri merasa hanya kerja
rutin, dan hanya mengerjakan yang diperintah dan yang diawasi atasannya.
Kerangkeng lain yang tidak kalah kuatnya adalah dalam kehidupan
sosial. Manusia modern dikerangkeng oleh tuntutan sosial. Mereka
merasa sangat terikat untuk mengikuti skenario sosial yang menentukan
berbagai kriteria dan mengatur berbagai keharusan dalam kehidupaan
sosial. Seorang isteri pejabat merasa harus menyesuaikan diri dengan
jabatan suaminya dalam hal pakaian, kendaraaan, assesoris, bahkan
sampai pada bagaimana tersenyum dan tertawa. Seorang pejabat juga
merasa harus mengganti rumahnya, kendaraannya, pakaiannya, kawan-kawan
pergaulannya, minumannya, rokoknya dan kebiasan-kebiasaan lainnya agar
sesuai dengan skenario sosial tentang pejabat. Kaum wanita juga dibuat
sibuk untuk mengganti kosmetiknya, mode pakaiannya, dandanannya, meja
makan dan piring di rumahnya untuk memenuhi trend yang sedang berlaku .
Manusia modern begitu sibuk dan bekerja keras melakukan penyesuaian
diri dengan trend modern. Ia merasa sedang berjuang keras untuk
memenuhi keinginannya, padahal yang sebenarnya mereka diperbudak oleh
keinginan orang lain, oleh keinginan sosial. Ia sebenarnya sedang
mengejar apa yang diharapkan oleh orang lain agar ia mengejarnya. Ia
selalu mengukur perilaku dirinya dengan apa yang ia duga sebagai
harapan orang lain. Ia boleh jadi mem-peroleh kepuasan, tetapi
kepuasan itu sebenarnya kepuasan sekejap, yakni kepuasan dalam
mempertontonkan perilaku yang dipesan oleh orang lain. Ia tak ubahnya
pemain sandiwara di atas panggung yang harus trampil prima sesuai
dengan perintah sutradara, meskipun boleh jadi ia sedang kurang sehat.
Begitulah manusia modern, ia melakukan sesuatu bukan karena ingin
melakukannya, tetapi karena merasa orang lain menginginkan agar ia
melakukannya. Ia sibuk meladeni keinginan orang lain, sampai ia lupa
kehendak sendiri. Ia memiliki ratusan topeng sosial yang siap dipakai
dalam berbagai event sesuai dengan skenario sosial, dan saking
seringnya menggunakan topeng sampai ia lupa wajah asli miliknya.
Manusia modern adalah manusia yang sudah kehilangan jati dirinya,
perilakunya sudah seperti perilaku robot, tanpa perasaan. Senyumnya
tidak lagi seindah senyuman fitri seorang bayi, tetapi lebih sebagai
make up. Tawanya tidak lagi spontan seperti tawa ceria kanak-kanak dan
remaja, tetapi tawa yang diatur sebagai bedak untuk memoles
kepribadiannya. Tangisannya tidak lagi merupakan rintihan jiwa, tetapi
lebih merupakan topeng untuk menutupi borok-borok akhlaknya, dan
kesemuanya sudah diprogramkan kapan harus tertawa dan kapan harus
menangis.
2. Gangguan Kejiwaan Manusia Modern
Sebagai akibat dari sikap hipokrit yang berkepanjangan, maka manusia
modern mengidap gangguan kejiwaan antara lain berupa: (a) Kecemasan,
(b) Kesepian, (c) Kebosanan, (d) Perilaku menyimpang, (e) Psikosomatis.
a. Kecemasan
Perasaan cemas yang diderita manusia modern tersebut diatas adalah
bersumber dari hilangnya makna hidup, the meaning of life. Secara
fitri manusia memiliki kebutuhan akan makna hidup. Makna hidup
dimiliki oleh seseorang manakala ia memiliki kejujuran dan merasa
hidupnya dibutuhkan oleh orang lain dan merasa mampu dan telah
mengerjakan sesuatu yang bermakna untuk orang lain. Makna hidup
biasanya dihayati oleh para pejuang - dalam bidang apapun - karena
pusat perhatian pejuang adalah pada bagaimana bisa menyumbangkan
sesuatu untuk kepentingan orang lain. Seorang pejuang biasanya
memiliki tingkat dedikasi yang tinggi, dan untuk apa yang ia
perjuangkannya, ia sanggup berkorban, bahkan korban jiwa sekalipun.
Meskipun yang dilakukan pejuang itu untuk kepentingan orang lain,
tetapi dorongan untuk berjuang lahir dari diri sendiri, bukan untuk
memuaskan orang lain. Seorang pejuang melakukan sesuatu sesuai dengan
prinsip yang dianutnya, bukan prinsip yang dianut oleh orang lain.
Kepuasan seorang pejuang adalah apabila ia mampu berpegang teguh
kepada prinsip kejuangannya, meskipun boleh jadi perjuangannya itu gagal.
Adapun manusia modern seperti disebutkan diatas, mereka justeru tidak
memilki makna hidup, karena mereka tidak memiliki prinsip hidup. Apa
yang dilakukan adalah mengikuti trend, mengikuti tuntutan sosial,
sedangkan tuntutan sosial belum tentu berdiri diatas suatu prinsip
yang mulia. Orang yang hidupnya hanya mengikuti kemauan orang lain,
akan merasa puas tetapi hanya sekejap, dan akan merasa kecewa dan malu
jika gagal. Karena tuntutan sosial selalu berubah dan tak ada
habis-habisnya maka manusia modern dituntut untuk selalu
mengantisipasi perubahan, padahal perubahan itu selalu terjadi dan
susah diantisipasi, sementara ia tidak memiliki prinsip hidup,
sehingga ia diperbudak untuk melayani perubahan. Ketidak seimbangan
itu, dan terutama karena merasa hidupnya tak bermakna, tak ada
dedikasi dalam perbuatannya, maka ia dilanda kegelisahan dan kecemasan
yang berkepanjangan. Hanya sesekali ia menikmati kenikmatan sekejap,
kenikmatan palsu ketika ia berhasil pentas diatas panggung sandiwara
kehidupan.
b. Kesepian
Gangguan kejiwaan berupa kesepian bersumber dari hubungan antar
manusia (interpersonal) di kalangan masyarakat modern yang tidak lagi
tulus dan hangat. Kegersangan hubungan antar manusia ini disebabkan
karena semua manusia modern menggunakan topeng-topeng sosial untuk
menutupi wajah kepribadiannya. Dalam komunikasi interpersonal,manusia
modern tidak memperkenalkan dirinya sendiri, tetapi selalu
menunjukannya sebagai seseorang yang sebenarnya bukan dirinya.
Akibatnya setiap manusia modern memandang orang lain, maka yang
dipandang juga bukan sebagai dirinya, tetapi sebagai orang yang
bertopeng. Selanjutnya hubungan antar manusia tidak lagi sebagai
hubungan antar kepribadian, tetapi hubungan antar topeng, padahal
setiap manusia membutuhkan orang lain, bukan topeng lain.
Sebagai akibat dari hubungan antar manusia yang gersang, manusia
modern mengidap perasaan sepi, meski ia berada di tengah keramaian.
Sebagai manusia, ia benar-benar sendirian, karena yang berada di
sekelilingnya hanyalah topeng-topeng. Ia tidak dapat menikmati
senyuman orang lain, karena iapun mempersepsi senyuman orang itu
sebagai topeng, sebagaimana ketika ia tersenyum kepada orang lain.
Pujian orang kepadanya juga dipandangnya sebagai basa-basi yang sudah
diprogram, bahkan ucapan cinta dari sang kekasihpun terdengar hambar
karena ia memandang kekasihnyapun sebagai orang yang sedang mengenakan
topeng cinta. Sungguh malang benar manusia modern ini.
c. Kebosanan
Karena hidup tak bermakna, dan hubungan dengan manusia lain terasa
hambar karena ketiadaan ketulusan hati, kecemasan yang selalu
mengganggu jiwanya dan kesepian yang berkepanjangan, menyebabkan
manusia modern menderita gangguan kejiwaan berupa kebosanan. Ketika
diatas pentas kepalsuan, manusia bertopeng memang memperoleh
kenikmatan sekejap, tetapi setelah ia kembali ke rumahnya, kembali
menjadi seorang diri dalam keaslianya, maka ia kembali dirasuki
perasaan cemas dan sepi.
Kecemasan dan kesepian yang berkepanjangan akhirnya membuatnya menjadi
bosan, bosan kepada kepura-puraan, bosan kepada kepalsuan, tetapi ia
tidak tahu harus melakukan apa untuk menghilangkan kebosanan itu.
Berbeda dengan perasaan seorang pejuang yang merasa hidup dalam
keramaian perjuangan meskipun ketika itu ia sedang duduk sendiri di
dalam kamar, atau bahkan dalam sel penjara, manusia modern justeru
merasa sepi di tengah-tengah keramaian, frustrasi di tengah aneka
fasilitas, dan bosan di tengah kemeriahan pesta yang menggoda.
d. Perilaku Menyimpang
Kecemasan, kesepian dan kebosanan yang diderita berkepanjangan,
menyebabkan seseorang tidak tahu persis apa yang harus dilakukan. Ia
tidak bisa memutuskan sesuatu, dan ia tidak tahu jalan mana yang harus
ditempuh. Dalam keadaan jiwa yang kosong dan rapuh ini, maka ketika
seseorang tidak mampu berfikir jauh, kecenderungan memuaskan motif
kepada hal-hal ang rendah menjadi sangat kuat, karena pemuasan atas
motif kepada hal-hal yang rendah agak sedikit menghibur.
Manusia dalam tingkat gangguan kejiwaan seperti itu mudah sekali
diajak atau dipengaruhi untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan
meskipun perbuatan itu menyimpang dari norma-norma moral. Kondisi
psikologi mereka seperti hausnya orang yang sedang berada dalam
pengaruh obat terlarang. Dalam keadaan tak mampu berfikir, apa saja ia
mau melakukan asal memperoleh minuman. Kekosongan jiwa itu dapat
mengantar mereka pada perbuatan merampok orang, meskipun mereka tidak
membutuhkan uang, memperkosa orang tanpa mengenal siapa yang
diperkosa, membunuh orang tanpa ada sebab-sebab yang membuatnya harus
membunuh, pokoknya semua perilaku menyimpang yang secara sepintas
seakan memberikan hiburan dapat mereka lakukan.
e. Psikosomatik
Psikosomatik adalah gangguaan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor
kejiwaan dan sosial. Seseorang jika emosinya menumpuk dan memuncak
maka hal itu dapat menyebabkan terjadinya goncangan dan kekacauan
dalam dirinya. Jika faktor-faktor yang menyebabkan memuncaknya emosi
itu secara berkepanjangan tidak dapat dijauhkan, maka ia dipaksa untuk
selalu berjuang menekan perasaannya. Perasaaan tertekan, cemas,
kesepian dan kebosanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi
kesehatan fisiknya.
Jadi Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan, fisik dan
mental, yang dalam bahasa Arab disebut nafsajasadiyyah atau
nafsabiolojiyyah. Yang sakit sebenarnya jiwanya, tetapi menjelma dalam
bentuk sakit fisik.
Penderita Psikosomatik biasanya selalu mengeluh merasa tidak enak
badan, jantungnya berdebar-debar, merasa lemah dan tidak bisa
konsentrasi. Wujud psikosomatik bisa dalam bentuk syndrome, trauma,
stress, ketergantungan kepada obat penenang/alkohol/narkotik atau
berperilaku menyimpang.
Manusia modern penderita psikosomatik adalah ibarat penghuni
kerangkeng yang sudah tidak lagi menyadari bahwa kerangkeng itu
merupakan belenggu. Baginya berada dalam kerangkeng seperti memang
sudah seharusnya begitu, ia sudah tidak bisa membayangkan seperti apa
alam di luar kerangkeng.
3. Terapi Psikologis Untuk Manusia Modern
Karena derita manusia modern itu berasal dari kerangkeng yang
membelenggunya, maka jalan keluar dari problem itu adalah dengan
berusaha ke luar dari kerangkeng itu. Kerangkeng yang membelenggu
manusia modern sebenarnya hanya berupa nilai, atau tepatnya karena
kekosongan nilai. Kekosongan nilai manusia modern itu disebabkan
karena ia tidak lagi mengenali dirinya dalam konstalasi
makhlukKhalik. Ia terpuruk hanya berkutat di pojok makhluk, oleh
karena itu dunianya menjadi sempit, langitnya menjadi rendah.
Untuk berani ke luar dari kerangkengnya maka mula pertama manusia
modern harus terlebih dahulu mengenali kembali jati dirinya, apakah
makhluk itu, apa sebenarnya manusia itu, siapa dirinya sebenarnya,
untuk apa ia berada di dunia ini dan mau kemana setelah itu.
Bagi manusia modern yang belum terlalu parah penyakitnya, ia dapat
diajak berdialog, diajak berfikir, merenung tentang apa yang telah
terjadi dan seberapa sisa hidupnya. Ia diajak untuk mengenali dirinya
dalam kontek ciptaan Allah, karena sebagaimana kata Nabi barang siapa
mengenali siapa dirinya maka ia akan mengenali siapa Tuhannya.
Bagi penderita yang sudah parah, maka dialog tidak dapat menolongnya.
Kepadanya sebaiknya dibawa saja dalam situasi yang tidak memberi
peluang selain berfikir dan merasa berada dalam suasana religious,
misalnya di-ajak dalam forum dzikir jahr, seperti yang ada dalam
lingkungan tarekat Naqsyabandiyaah. Iklim dzikir jahr itu akan memaksa
dia mengikuti pembacaan kalimah thayyibah, dan pembacaan yang
berulang-ulang akan membantu secara perlahan-lahan larut dalam suasana
yang kurang difahami tetapi indah dan menyenangkan.
Dalam perspektif ini, maka tasauf atau spiritualitas agama sebenarnya
sangat relevan bagi manusia modern, bagi yang masih sehat , dan
terutama bagi yang sudah sakit.
4. Pandangan Hidup Muslim
Manusia terperangkap di dalam kerangkeng modern disebabkan karena
memiliki cara pandang yang keliru terhadap hidup ini. Mereka memiliki
pandangan hidup yang keliru sehingga menghasilkan kekeliruan, dan
menyebabkan mereka tidak memperoleh makna modernisasi tetapi justeru
menjadi konsumen dari limbah modernisasi. Seorang muslim yang memiliki
pandangan hidup yang benar, maka ia akan tetap eksis dan kuat dalam
segala zaman, zaman tradisionil maupun zaman modern, karena pandangan
hidup yang benar akan menseleksi limbah dari esensi.
Pandangan hidup Muslim sekurang-kurangnya dapat diukur dari hal-hal
sebagai berikut:
a. Tujuan Hidup. Agama Islam mengajarkan bahwa tujuan dari hidup
manusia adalah untuk mencari ridla Allah, ibtigha'a mardatillah, oleh
karena itu acuan hidupnya adalah pada apakah yang dipilih itu sesuatu
yang diridhai Tuhan atau tidak. Pandangan hidup ini akan membuat orang
kuat dalam pendirian, tidak takut dicaci maki dan bahkan tidak takut
tersingkir dari sistem sosial. Jika seseorang telah menetapkan ridla
Tuhan sebagai tujuan hidupnya, maka ia terhindar dari keharusan
memenuhi tuntutan sosial yang bertentangan dengan tujuan hidupnya.
b. Fungsi Hidup. Agama Islam mengajarkan bahwa fungsi manusia di muka
bumi adalah sebagai khalifah Allah. Sebagai khalifah Allah, manusia
diberi tangung jawab untuk menegakkan kebenaran dan hukum Allah di
muka bumi, yang untuk itu manusia diberi hak untuk mengelola dan
memanfaatkan alam . Pandangan hidup ini menyebabkan seseorang tidak
bisa tinggal diam melihat merajalelanya perbuatan manusia yang merusak
kehidupan. Sebagai khalifah ia terpanggil untuk amar ma'ruf dan nahi
mungkar. Dalam perspektif ini manusia adalah subyek, bukan semata-mata
obyek.
c. Tugas Hidup. Agama Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan
adalah untuk menyembah Tuhan. Jadi ibadah adalah tugas yang harus
dijalankan, bukan tujuan. Untuk mencapai tujuan memperoleh ridla
Tuhan, manusia harus disiplin menjalankan tugas ibadahnya. Bagi yang
disiplin menjalankan tugas maka ia berhak memperoleh promosi, bagi
yang malas maka ia akan tertinggal.
d. Alat Hidup. Untuk menggapai tujuan dan untuk menjalankan tugas,
manusia diberi alat, yaitu dirinya (fisiknya, intelektualnya dan
jiwanya) dan harta atau alam. Harta kekayaan adalah alat hidup, bukan
tujuan, oleh karena itu seberapa banyak manusia membutuhkan harta
adalah sebanyak dibutuhkannya untuk kepentingan menjalankan tugas
ibadah dan menggapai rida Allah sebagai tujuan hidupnya. Untuk
menggapai tujuan dan menjalankan tugas, manusia memerlukan gizi bagi
kesehatan tubuhnya, pakaian untuk pergaulan, kaki atau kendaraan untuk
menempuh perjalanan, tangan atau kekuasaan untuk menjalankan suatu
keputusan, dan ilmu untuk meningkatkan kualitas kerjanya.
e. Teladan Hidup. Manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan
imitasi dan identifikasi. Manusia membutuhkan tokoh untuk ditiru,
karena ilmu dan ketrampilan saja tidak menjamin untuk menggapai nilai
keutamaan kerja. Untuk itu ajaran Islam menetapkan bahwa tokoh yang
harus menjadi panutan hidup manusia adalah Nabi Muhammad saw. Muhammad
adalah uswatun hasanah bagi orang mukmin. Keteladanan Muhammad tak
tertandingi oleh siapapun, karena Nabi Muhammad merupakan perwujudan
kongkrit dari nilai-nilai al Qur'an, Kana khuluquhu al Qur'an, kata
Aisyah r.a.
f. Lawan dan Kawan Hidup. Dalam hidup, berjuang menjalankan tugas dan
menggapai tujuan, manusia membutuhkan kawan dan tak jarang berjumpa
lawan. Islam mengajarkan bahwa semua orang mukmin, antara yang satu
dengan yang lain adalah saudara, dan bahwa syaitan adalah lawan atau
musuh yang konsisten. Seorang mukmin harus mengutamakan orang mukmin
lainnya sebagai partner, dan bahwa berhubungan dengan syaitan tak akan
menghasilkan apa-apa selain kerugian.
Menfungsikan Penyuluh Agama
Predikat Penyuluh Agama sesunguhnya berbeda dengan muballigh atau guru
Majlis Ta`lim, penyuluh agama lebih dekat ke Konselor Agama..
Muballigh dituntut untuk banyak berbicara sedangkan Konselor dituntut
untuk mampu dan banyak mendengar. MMuballigh berhadapan dengan public
orang sehat, sedangkan konselor berhadapan dengan orang bermasalah.
satu persatu. Muballigh bertindak sebagai subyek menghadapi mad`u
sebagaiobyek, sedangkan konselor hanya membantu orang bermasalah agar
ia bisa menjadi subyek untuk mengatasi sendiri masalahanya sebagai
obyeknya. Jadi para penyuluh agama harus memiliki perspektip dirinya
ketika bertemu orang bermasalah bahwa ia adalah penyuluh,bukan
muballigh. Orang bermasalah sering bisa hilang masalahnya hanya dengan
mengutarakannya kepada orang yang tepat (konselor). Orang bermasalah
justeru semakin pusing ketika harus mendengarkan petuah
panjang-panjang dari muballigh.
Mengubah konsep diri muballigh menjadi konselor tidak mudah.
Dibutuhkan ilmu pengetahuan, pengalaman lapangan dan penghayatan atas
problem-problem hidup manusia. Problem manusia dalam kehidupan modern
tiap hari kita jumpai, tetapi tidak semua orang mampu mengurai
anatominya untuk kemudian dicarikan solusinya. Untuk penyuluh agama
yang bertugas di wilayah ibu kota lebih mudah menyediakan program
untuk mereka karena dekat dengan kasus dan banyak nara sumber. Untuk
itu maka program peningkatan mereka dari muballigh ke penyuluh untuk
menfungsikan mereka sebagai penyuluh agama pada pemecahan masalah
manusia modern dapat dilakukan dengan program berkala, misalnya
semingu sekali. Programnya berbentuk :
1. Mendatangkan nara sumber untuk memberikan wawasan tentang problem
masyarakat modern (psikologi)
2. Dengan dipandu seorang instsruktur,setiap penyuluh ditugasi
mengamati problem-problem masyarakat di wilayahnya dan melaporkannya
dalam bentuk paper.
3. Dengan dipandu instruktur pula, pada setiap hari program bersama,
masing-masing memaparkan temuanya.
4. Instruktur memandu mereka dalam pemahaman masalah dan
5. Instruktur memandu mereka untuk menemukan format problem solving
6. Menerbitkan jurnal penyuluhan untuk internal yang bahannya diambil
dari kasus-kasus yang ditemukan oleh para penyuluh.
7. Secara berkala diadakan semacam seminar untuk mengangkat problem
itu ke permukaan.
BATAS
A. Masyarakat Modern
Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia (himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu). Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Jadi masyarakat modern berarti suatu himpunan yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.
Menurut Deliar Noer ada 5 ciri-ciri masyarakat modern sebagai berikut :
1. Bersifat rasional,
2. Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh,
3. Menghargai waktu,
4. Bersikap terbuka,
5. Berpikir objektf.
Dalam pada itu, Alfin Toffler, sebagai dikemukakan oleh Jalaludin Rahmat, membagi masyarakat ke dalam tiga bagian. Yaitu masyarakat pertanian (Agricultural Society), masyarakat industri (Industrial Society), dan masyarakat infomasi (Informatical Society).
Masyarakat pertanian, ekonominya bertumpu pada tanah / sumber alam. Teknologi yang digunakan adalah teknologi kecil seperti pompa penyemprot hama, racun tikus, dan sebagainya. Informasi yang mereka gunakan adalah media tradisional, dari mulut ke mulut, bersifat lokal, dan informasi terpusat pada salah seorang yang dianggap tokoh. Dari segi kejiwaan, mereka banyak menggunakan kekuatan yang bersifat irrasional, seperti penanganan masalah dengan cara pergi ke dukun.
Selanjutnya masyarakat industri berbeda dengan masyarakat pertanian. Modal dasar berupa peralatan produksi dan mesin-mesin produksi. Teknologi yang digunakan adalah teknologi tinggi. Informasi yang mereka gunakan sudah menggunakan media cetak atau tulisan yang dapat disimpan oleh siapa saja. Secara kejiwaan, mereka adalah manusia yang cerdas, berilmu pengetahuan, menguasai teknologi, dan berpikir untuk hidup secara makmur dalam bidang materi.
Yang ketiga adalah masyarakat informasi, yang paling menentukan dalam masyarakat informasi adalah orang-orang yang paling banyak memiliki informasi. Dari segi teknologi, masarakat informasi menggunakan teknologi elektronika. Penggunaan teknologi elektronika telah mengubah lingkungan informasi dari yang bersifat lokal dan nasional kepada lingkungan yang bersifat internasional, mendunia, dan global. Secara kejiwaan, mereka adalah manusia yang serba ingin tahu, mampu menjelaskan, dan imajinatif.
B. Problematika Masyarakat Modern.
Kemajuan di bidang teknologi pada zaman modern ini telah membawa manusia ke dalam dua sisi, yaitu bisa memberi nilai tambah (positif), tapi pada sisi laian dapat mengurangi (negatif).
Efek positifnya tentu saja akan menigkatkan keragaman budaya melalui penyediaan informasi yang menyeluruh sehingga memberikan orang kesempatan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan baru dan meningkatkan produksi. Sedangkan efek negatifnya kemajuan teknologi akan berbahaya jika berada di tangan orang yang secara mental dan keyakinan agama belum siap. Mereka dapat menyalahgunakan teknologi untuk tujuan-tujuan yang destruktif dan mengkhawatirkan. Misalnya penggunaan teknologi kontrasepsi dapat menyebabkan orang dengan mudah dapat melakukan hubungan seksual tanpa harus takut hamil atau berdosa. Jaringan-jaringan peredaran obat-obat terlarang, tukar menukar informasi, penyaluran data-data film yang berbau pornografi di bidang teknologi komunikasi seperti komputer, faximile, internete, dan sebagainya akan semakin intensif pelaksanaannya.
Hal tersebut di atas adalah gambaran-gambaran masyarakat modern yang obsesi keduniaannya tampak lebih dominan ketimbang spritual. Kemajuan teknologi sains dan segala hal yang bersifat duniawi jarang disertai dengan nilai spiritual.
Menurut Sayyed Hossein Nasr, seorang ilmuwan kenamaan dari Iran, berpandangan bahwa manusia modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuaannya telah tercebur ke dalam lembah pemujaan terhadap pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab problem kehidupan yang sedang dihadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah bisa hanya bertumpu pada materi melainkan pada dimensi spiritual. Jika hal tersebut tidak diimbangi akibatnya jiwa pun menjadi kering, dan hampa. Semua itu adalah pengaruh dari sekularisme barat, yang manusia-manusianya mencoba hidup dengan alam yang kasat mata.
Menurut Nashr, manusia barat modern memperlakukan alam seperti pelacur. Mereka menikmati dan mengeksploitasi alam demi kepuasan dirinya tanpa rasa kewajiban dan tanggung jawab apa pun. Nashr melihat, kondisi manusia modern sekarang mengabaikan kebutuhannya yang paling mendasar dan bersifat spiritual, mereka gagal menemukan ketentraman batin, yang berarti tidak ada keseimbangan dalam diri. Hal ini akan semakin parah apabila tekanannya pada kebutuhan materi semakin meningkat sehingga keseimbangan semakin rusak. Oleh karena itu, manusia memerlukan agama untuk mengobati krisis yang dideritanya.
Dari sikap mental yang demikian itu kehadiran iptek telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern, sebagai berikut :
1. Desintegrasi ilmu pengetahuan
Banyak ilmu yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada tali pengikat dan penunjuk jalan yang menguasai semuanya, sehingga kian jauhnya manusia dari pengetahuan akan kesatuan alam.
2. Kepribadian yang Terpecah
Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak, maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah, hilangnya kekayaan rohaniah karena jauhnya dari ajaran agama.
3. Penyalahgunaan Iptek
Berbagai iptek disalahgunakan dengan segala efek negatifnya sebagaimana disebutkan di atas.
4. Pendangkalan Iman
Manusia tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan hal itu menjadi bahan tertawaan dan dianggap tidak ilmiah dan kampungan.
5. Pola Hubungan Materialistik
Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan keuntungan yang bersifat material.
6. Menghalalkan Segala Cara
Karena dangkalnya iman dan pola hidup materialistik manusia dengan mudah menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan.
7. Stres dan Frustasi
Manusia mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya untuk terus bekerja tanpa mengenal batas dan kepuasan. Sehingga apabila ada hal yang tidak bisa dipecahkan mereka stres dan frustasi.
8. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
Mereka menghabiskan masa mudanya dengan memperturutkan hawa nafsu dan menghalalkan segala cara. Namun ada suatu saat tiba waktunya mereka tua segala tenaga, fisik, fasilitas dan kemewahan hidup sudah tidak dapat mereka lakukan, mereka merasa kehilangan harga diri dan masa depannya.
C. Perlunya Pengembangan Akhlak Tasawuf
Akhlak tasawuf merupakan solusi tepat dalam mengatasi krisis-krisis akibat modernisasi untuk melepaskan dahaga dan memperoleh kesegaran dalam mencari Tuhan. Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya iu brrada di hadirat-Nya. Tasawuf perlu dikembangkan dan disosialisasikan kepada masyarakat dengan beberapa tujuan, antara lain: Pertama, untuk menyelamatkan kemanusiaan dari kebingungan dan kegelisahan yang mereka rasakan sebagai akibat kurangnya nilai-nilai spiritual. Kedua, memahami tentang aspek asoteris islam, baik terhadap masyarakat Muslim maupun non Muslim. Ketiga, menegaskan kembali bahwa aspek asoteris islam (tasawuf) adalah jantung ajaran islam. Tarikat atau jalan rohani (path of soul) merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan dalam islam sebagaimana syariat bersumber dari Al-Quran dan Al- Sunnah. Betapapun ia tetap menjadi sumber kehidupan yang paling dalam, yang mengatur seluruh organisme keagamaan dalam
islam. Ajaran dalam tasawuf memberikan solusi bagi kita untuk menghadapi krisis-krisis dunia. Seperti ajaran tawakkal pada Tuhan, menyebabkan manusia memiliki pegangan yang kokoh, karena ia telah mewakilkan atau menggadaikan dirinya sepenuhnya pada Tuhan. Selanjutnya sikap frustasi dapat diatasi dengan sikap ridla. Yaitu selalu pasrah dan menerima terhadap segala keputusan Tuhan. Sikap materialistik dan hedonistik dapat diatasi dengan menerapkan konsep zuhud. Demikan pula ajaran uzlah yang terdapat dalam tasawuf. Yaitu mengasingkan diri dari terperangkap oleh tipu daya keduniaan. Ajaran-ajaran yang ada dalam tasawuf perlu disuntikkan ke dalam seluruh konsep kehidupan. Ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial, politik, kebudayaan dan lain sebagainya perlu dilandasi ajaran akhlak tasawuf.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm 636.
Deliar Noer, Pembangunan di Indonesia, (Jakarta: Mutiara, 1987), hlm 24.
Abudin Nata, Akhlaq Tasawuf, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), hlm 286.
Agussyafii.blogspot.com/2007/12/problem-dan-solusi-masyarakat-modern.html
Sayyed Hossein Nashr, Man and Nature…….. 57.
Sayyed Hossein Nashr, ideals and realities of islam ….. hlm 121.
Posted by makmum at 6:05 PM
Labels: artikel islam
0 comments:
Post a Comment
Links to this post
Create a Link
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
About Me
makmum anshory
Departure from the Conference frustrated me to think. "I think I have"
View my complete profile
DAFTAR LINK
• Akhbar/Majalah Arab
• anak semeru
• antivirus PC media
• baha blog
• Belajar Faraid
• code HTML
• code warna HTML
• Custom Glitter Graphics
• daftar mastercard
• daftar pencarian google
• data sekolah
• data siswa
• departemen keuangan
• diskusi web forum
• donwload novel
• donwload novel
• donwload software
• download buku dan novel
• download clip arab
• download film
• download youtube
• driver sound
• Fatwa MUI
• film and movie
• free icon gallery
• free templete
• game zone
• hand phone
• harga sperpart komputer
• icon favicon gnerat
• Imaba Surabaya
• informasi hand phone
• informasi telkom
• judul skripsi
• kitab
• Kitab online
• kitab syamela
• kitab-kitab islam
• kitab-kitab islam arab
• makalah kampus
• maseko terbaru
• my friendster
• nama flas
• o-om
• perpus IAIN
• picture trail
• pusat kajian islam
• Radio Online
• serial
• skripsi
• skripsi UIN
• SMKN 1 Sampang
• sms gratis
• subtitle film
• the hacker
• thoriqul islam
• tips n trik windows
• tips n tutorial komputer
• tips windows
• translete bahasa
• TV Online
• UU di indonesia
• walpaper kartun
• xing pe
visitor
Feedjit Live Blog Stats
BAB I PENDAHULUAN
Melacak sejarah pertumbuhan dan perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu, yang dikenal dengan istilah adapt istiadat (al-adalah/ tradisi) yang sangat dihormati oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat.
Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli fikir Yunani dianggap telah pernah membangun “kerajaan filsafat “, dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-semata berdasarkan fikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama.
Pada pembahasan sebelumnya kami telah membahas tentang pengertian akhlak dan tasauf. Sehingga pada pembahasan ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani sampai Arab sebelum Islam.
BAB II PEMBAHASAN
1. Sejarah Perkembangan Akhlak Pada Zaman Yunani
Diduga yang pertama kali yang mengadakan penyelidikan tentang akhlak yang berdasarkan ilmu pengetahuan ialah Bangsa Yunani. Ahli-ahli filsafat Yunani kuno tidak banyak memperhatikan pada akhlak, tetapi kebanyakan penyelidikannya mengenai alam, sehingga datangnya Sephisticians (500-450 SM). Arti dari Sephisticians adalah orang yang bijaksana. (Sufisem artinya orang-orang bijak). Pada masa itu kata akhlak terungkap dengan kata etika dengan arti yang sama.
Golongan ahli-ahli filsafat dan juga menjadi guru yang tersebar di beberapa Negeri. Buah pikiran dan pendapat mereka berbeda-beda akan tetapi tujuan mereka adalah satu, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi Nasionalis yang baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.
Pandangan tentang kewajiban-kewajiban ini menimbulkan pandangan mengenai sebagian tradisi lama dan pelajaran-pelajaran yang dilakukan oleh orang-orang dahulu, yang demikian itu tentu membangkitkan kemarahan kaum yang kolot “conservative”. Kemudian datang filsafah yang lain dan iapun menentang sekaligus mengecam mereka, dan iapun menuduh dan suka memutar balikan kenyataan. Oleh sebab itu buruklah nama mereka, meskipun terkadang ada diantara mereka lebih jauh pandangannya pada zamanya.[1]
Diantara sekian banyak ahli-ahli fikir Yunani yang menyingkapkan pengetahuan akhlak, di sini dikemukakan beberapa diantaranya yang dipandang terkemuka:
1. a. Socrates (469-399 SM), terkenal dengan semboyan: “ Kenalilah diri engkau dengan diri engkau sendiri”. Dia dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak Yunani yang pertama. Usahanya membentuk pergaulan manusia-manusia. Dengan dasar ilmu pengetahuan.[2]“ Cynics dan Cyrenics” kedua pengikut Socrates. Untuk golongan Cynics hidup pada tahun (444-370 SM) diantara pelajarannya bahwa ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan dan sebaik-baiknya manusia itu yang berperangai dengan akhlak ketuhanan. Pemimpinya adalah Diogenes yang meninggal tahun 323 SM. Ia memberi pelajaran kepada kawan-kawannya supaya membuang beban yang ditentukan oleh ciptaan manusia dan perannya. Untuk golongan Cyrenics pemimpinya adalah Aristippus dilahirkan di Cyrena (kota di Barkah) di Utara Afrika. Golongan ini berpendapat bahwa mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan ialah satu-satunya tujuan yang benar untuk hidup, dan perbuatan itu dinamai utama bila timbul kelezatan yang lebih besar dari kepedihan. Adapun CynicsCyrenics berpendapat bahwa kebahagiaan itu dalam mencari kelezatan dan mengutamakannya.[3] berpendapat bahwa kebahagiaan itu menghilangkan kejahatan dan menguranginya sedapat mungkin. Tetapai Sehingga Ia berpendapat bahwa akhlak dan bentuk perhubungan itu tidak menjadi benar kecuali bila didasarkan kepada ilmu pengetahuan, sehingga ia berpendapat bahwa “ keutamaan adalah ilmu”. Tetapi sesuatu hal yang tidak jelas dalam ilmu Akhlaknya Socrates, apa tujuan yang terakhir dari akhlak itu serta ukuran apa yang dipergunakan menentukan baik buruknya suatu akhlak. Maka disini timbullah beberapa golongan yang berbeda-beda pendapatnya tentang tujuan akhlak, lalu muncul beberapa paham mengenai akhlak sejak zaman itu hingga sekarang ini.
2. Plato (427-347 SM), seorang filsafat Athena dan murid dari Socrates, bukunya yang terkenal adalah “Republic”. Ia membangun ilmu akhlak melalui akademi yang ia dirikan. Pandangannya dalam akhlak berdasar dari “teori contoh” bahwa di balik alam ini ada alam rohani sebagai alam yang sesungguhnya.[4] Dan di alam rohani ini ada kekuatan yang bermacam-macam, dan kekuatan itu timbul dari pertimbangan tunduknya kekuatan pada hokum akal, ia pun berpendapat bahwa pokok-pokok keutamaan ada empat antara lain hikmah/kebijaksanaan, keberanian, keperwiraan dan keadilan. Keempat-empatnya itu adalah tiang penegak bangsa-bangsa dan perseorangan.
3. Aristoteles (9394-322 SM), dia murid Plato yang membangun suatu paham yang khas, yang mana pengikutnya diberi nama dengan “Paripatetics”karena mereka memberikan pelajaran sambil berjalan. Dan ia berpendapat bahwa tujuan terakhir yang dikehendaki manusia mengenai segala perbuatannya ialah “bahagia” ia berpendapat bahwa jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan kekuatan akal pikiran sebaik-baiknya. Selain itu Aristoteles ialah pencipta teori serba tengah tiap-tiap keutamaan adalah tengah-tengah diantara kedua keburukan, seperti dermawan adalah tengah-tengah antar membabi buta dan takut.
Pada akhir abad yang ketiga Masehi tersiarlah kabar Agama Nasrani di Eropa. Agama itu dapat merubah pikiran manusia dan membawa pokok-pokok akhlak yang tercantum di dalam Taurat. Demikan juga memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan sumber segala akhlak. Tuhan yang memberi segala patokan yang harus kita pelihara Dalam bentuk perhubungan kita, dan yang menjelaskan arti baik dan buruk, baik menurut arti yang sebenarnya ialah kerelaan Tuhan dan melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Menurut para ahli filsafat Yunani bahwa pendorong untuk melakukan perbuatan baik dan ilmu pengetahuan atau kebijaksanaan; menurut Agama Nasrani bahwa pendorong untuk melakukan perbuatan baik itu ialah cinta kepada Tuhan dan iman kepada-Nya.[5]
B. Sejarah Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan)
Kehidupan masyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Pada waktu itu gereja berusaha memerangi filsafat Yunani srta menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang telah diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya. Oleh kerana itu tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian. Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan doktrin uang dikeluarkan oleh gereja, atau memilki perasaan dan menguatkan pendapat gereja. Diluar ketentuan sperti itu penggunaan filsafat tidak diperkenankan.
Namun demikian sebagai dari kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran Plato, Arostoteles dan Stoics untuk memperkuat ajaran gereja, dan mencocokkannya dengan akal. Filsafat yang menentang Agama Nashrani dibuang jauh-jauh.
Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nashrani. Diantara merka yang termasyhur ialah Abelard,, sorang ahli filsafat Perancis (1079-1142) dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat Agama berkebangsaan Italia (1226-1274).
Corak ajaran akhlak yang sifatnya perpaduan antara pemikiran filsafat Yunani dan ajaran agama itu, nantinya akan dapat pula dijumpai dalam ajaran akhlak yang terdapat dalam Islam sebagaimana terlihat pada pemikiran aklhlak yang dikemukakan kaum Muktazilah.
1. Sejarah Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab pada Zaman Jahiliyah tidak ada yang menonjol dalam segi filsafat sebagaimana Bangsa Yunani (Socrates, Plato dan Aristoteles), Tiongkok dan lain-lainnya. Disebabkan karena penyelidikan akhlak terjadi hanya pada Bangsa yang sudah maju pengetahuannya. Sekalipun demikian, Bangsa Arab waktu itu ada yang mempunyai ahli-ahli hikwah yang menghidangkan syair-syair yang mengandung nilai-nilai akhlak, misalnya: Luqman el-hakim, Aktsan bin Shoifi, Zubair bin Abi Sulma dan Hotim al-Thoi.
Adapun sebagian syair dari kalangan Bangsa Arab diantaranya: Zuhair ibn Abi Salam yang mengatakan: ”barang siapa menepati janji, tidak akan tercela; barang siapa yang membawa hatinya menunjuka kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-ragu”. Contoh lainnya, perkataan Amir ibnu Dharb Al-Adwany ”pikiran itu tidur dan nafsu bergejolak. Barang siapa yang mengumpulkan suatu antara hak dan batil tidak akan mungkin terjadi dan yang batil itu lebih utama buatnya. Sesungguhnya penyelesaian akibat kebodohan”.
Simak apa yang dikatakan Aktsam ibn Shaify yang hidup pada zaman jahiliah dan kemudian masuk Islam. Ia berkata: ”jujur adalah pangkal keselamatan; dusta adalah merusakkan: kejahatan adalah merusakkan; ketelitian adalah sarana menghadapi kesulitan; dan kelemahan adalah penyebab kehinaan. Penyakit pikiran adalah nafsu, dan sebaik-baiknya perkara adalah sabar. Baik sangka merusak, dan buruk sangka adalah penjagaan”.
Al-Adwany pernah berpesan kepada anaknya Usaid dengan sifat-sifat terpuji, ujarnya: ’Berbuatlah dermawan dengan hartamu, Memuliakan tetanggamu, bantulah orang yang meminta pertolongan padamu, hormatilah tamumu dan jagalah dirimu dari perbuatan meminta-minta sesuatu pada orang lain”.
Dengar pula apa yang yang dikatan Amr ibn Al-Ahtam kepada budaknya:”Sesungguhnya kikir itu merupakan perangai yang akurat untuk lelaki pencuri; bermurahlah dalam cinta karena sesungguhnya diriku dalam kedudukan suci dan tinggi adalah orang yang belah kasih.setiap orang mulia akan takut mencelamu, dan bagi kebenaran memiliki jalanya sendiri bagi orang-orang yang baik.
Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki kadar pemikiran yang minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosof Yunani kuno. Dalam syariat-syariat mereka tersebut saja sudah ada muatan-muata akhlak.
Memang sebelum Islam, dikalangan bangsa Arab belum diketahui adanya para ahli filsafat yang mempunyai aliran-aliran tertentu seperti yang kita ketahui pada bangsa Yunani, seperti Epicurus, Plato, zinon, dan Aristo, karena penyelidikan secara ilmiah tidak ada, kecuali sesudah membesarnya perhatian orang terhadap ilmu kenegaraan.[7]
Setelah sinar Islam memancar, maka berubahlah suasana laksana sinar matahari menghapuskan kegelapan malam, Bangsa Arab kemudian tampil maju menjadi Bangsa yang unggul di segala bidang, berkat akhlakl karimah yang diajarkan Islam.[8]
Diantara ayat Al-Qur’an tentang akhlak yaitu:
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. ( QS. An-Nahl: 90)
BAB III KESIMPULAN
• Sejarah Perkembangan Akhlak Pada Zaman Yunani
Socrates dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak. Karena ia yang pertama berusaha dengan sungguh-sungguh membentuk perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan. Dia berpendapat akhlak dan bentuk perhubungan itu, tidak menjadi benar kecuali bila didasarkan ilmu pengetahuan.
Lalu datang Plato (427-347 SM). Ia seorang ahli Filsafat Athena, yang merupakan murid dari Socrates. Buah pemikirannya dalam Etika berdasarkan ‘teori contoh’. Dia berpendapat alam lain adalah alam rohani. Di dalam jiwa itu ada kekuatan bermacam-macam, dan keutamaan itu timbul dari perimbangan dan tunduknya kepada hukum.
Kemudian disusul Aristoteles (394-322 SM), dia adalah muridnya plato. Pengukutnya disebut Peripatetis karena ia memberi pelajaran sambil berjalan atau di tempat berjalan yang teduh
• Sejarah Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan)
Pada abad pertengahan, Etika bisa dikatakan ‘dianiaya’ oleh Gereja. Pada saat itu, Gereja memerangi Filsafat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno.
Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu. Dan apa yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu adalah benar. Jadi manusia tidak perlu lagi bersusah-susah menyelidiki tentang kebenaran hakikat, karena semuanya telah diatur oleh Tuhan.
• Sejarah Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak mempunyai ahli-ahli Filsafat yang mengajak kepada aliran atau faham tertentu sebagaimana Yunani, seperti Epicurus, Zeno, Plato, dan Aristoteles.
Hal itu terjadi karena penyelidikan ilmu tidak terjadi kecuali di Negara yang sudah maju. Waktu itu bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan diri dari kerendahan yang terkenal pada zaman mereka.
________________________________________
[1] Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf (Nilai-nilai akhlak/budipekerti dalam ibadat dan tasawuf), (Jakarta: PT Karya Mulia,2005)hal: 34-35.
[2] Abjan Soleiman, Ilmu Akhlak (Ilmu Etika),(Jakarta: Dinas Rawatan Rohani Islam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat,1976) hal: 28.
[3] Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Op.cit,hal: 35-36.
[4] Abjan Soleiman, Ilmu Akhlak Op.cit,hal:.29.
[5] A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2005),hal: 45
[7] Zahruddin AR,dkk,Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,2004) hal: 25-27.
[8] Abjan Soleiman, Ilmu Akhlak Op.cit,hal:.30.
• Share this:
• StumbleUpon
• Digg
•
Posted in Akhlak Tasawuf
« Islamic Widget
Sejarah, Pengertian, Hukum Mempelajari Faraidh »
Leave a response
Name*
Email*
Website
Your response:
Notify me of follow-up comments via email.
Subscribe by email to this site
Categories
• 1
• Akhlak Tasawuf
• artikel
• Cerita Humor Cuy
• Filsafat Pendidikan
• Filsafat Umum
• Fiqih Faraidh
• Ilmu Logika
• motivasi
• my memory
• Pengembangan Profesi Keguruan
• sejarah pendidikan islam
• Sejarah Pendidikan Islam II
• ulumul Qur'an
Yahoo Mesenger
October 2009
M T W T F S S
« Sep
Dec »
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16
17 18
19 20 21 22
23 24 25
26 27 28 29 30 31
أهلا وسهلا
BUKU TAMU
Kiki Ozi
Buat Lencana Anda
pengunjung
• 55,771 hits
Categories
• 1
• Akhlak Tasawuf
• artikel
• Cerita Humor Cuy
• Filsafat Pendidikan
• Filsafat Umum
• Fiqih Faraidh
• Ilmu Logika
• motivasi
• my memory
• Pengembangan Profesi Keguruan
• sejarah pendidikan islam
• Sejarah Pendidikan Islam II
• ulumul Qur'an
Archives
• July 2010 (1)
• February 2010 (1)
• January 2010 (3)
• December 2009 (5)
• October 2009 (6)
• September 2009 (3)
• August 2009 (10)
• July 2009 (4)
• May 2009 (3)
• April 2009 (6)
• March 2009 (5)
• January 2009 (4)
• December 2008 (2)
• November 2008 (1)
Blogroll
• Mudzakir Fauzi
• WordPress.com
• WordPress.org
Link
• Detik.com
• hadianiarrahmi
• ilmu hadis
• INDOSAT
• kemajuan bangsa
• Kenalan Dulu y
• kenangan
• kharis
• komunitas pai C 08
• Nurrahman Arif
• pendidikan untuk semua
• PMII Rayon PAI
• Sedjatee
Pages
• About Me
• CHARACTER BUILDING GURU PAI
• my deary
Meta
• Register
• Log in
• Entries RSS
• Comments RSS
• WordPress.com
Recent Comments
masyitoh on About Me
zakiyah on pengertian, obyek kajian, fung…
nurhidayah on Konsep Pendidikan Ibnu Si…
ilmy on pengertian, obyek kajian, fung…
Firza Zz on pengertian, obyek kajian, fung…
sodik on Pengertian Ulumul Qur…
adrianto on Pengertian Ulumul Qur…
salin on pengertian, obyek kajian, fung…
bellia eflina on pengertian,subyek sejarah pend…
said on pengertian,subyek sejarah pend…
Peta Pengunjung
Greeting Card by Alhabib
BATAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam didenfisikan sebagai agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada junjungan Nabi kita Rasulullah SAW, untuk mengatur segenap urusan manusia, baik berkaitan hubungan dengan Allah (ibadah dan aqidah), hubungan dengan sesama manusia (muamalah, uqabat atau sanksi), dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri, untuk itu kami sebagai penulis mengangkat sebuah permasalahan yang terjadi dalam masyarakat modern khususnya.
Orang-orang dalam menjalani hidupnya haruslah dinilai sebagai orang yang melaksanakan perintah Allah, bukan hanya melihat dari segi status sosial ataupun material saja. Ukuran dalam menjalani hidup sama saja dihadapan Allah SWT yang membedakan hanya kadar ketakwaan kita, bukan berdasarkan dari status sosial atau materil dalam pandangan manusia saja.
Disamping itu, kalau seorang muslim dalam menjalani kehidupannya bisa dan tidak mudah terpengaruh akan segala ritangan yang selalu menghadang dalam setiap langkah hidupnya dan mempunyai filter dalam menyaring segala problematika yang kian hari kian banyak membuat orang bingung.
Problematika masyarakat modern adalah Sebuah permasalahan yang muncul dan hangat diperbincangkan oleh khalayak orang, sehingga menjadi sebuah hal yang sifatnya penting sekali dalam kehidupan ini. Maka semua permasalahan yang dilakukan mesti penuh pemikiran dan pertimbangan dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian baik buruknya seorang manusia tergantung bagaimana orang tersebut menyikapi segala problematika yang terjadi saat ini..
Manusia dizaman modern ini diharapkan pada masalah problematika masyarakat cukup serius. Kemudian khazanah fikiran dan pandangan dalam menyikapi mesti adanya suatu pengembangan pola fikir yang lebih baik.
Dengan demikian, menjadi sangatlah penting kita mempelajari hal-hal yang berkenaan suatu permasalahan yang banyak dialami masyarakat modern. Namun penjabaran dalam menjalani hidup ini seseorang dituntut untuk tidak berjalan begitu saja dan tidak akan sempurna dalam proses perubahannya tanpa mengetaui pengembangan pembentukan masyarakat modern yang lebih maju.
B.Tujuan
Didalam penulisan makalah ini adalah bertujuan untuk menambah wawasan dalam pengertahuan mengenai ilmu akhlak dan memenuhi tugas kelompok.
C. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas maka penulis mengajukan beberapa masalah berupa :
1. Apa-apa saja yang menyebabkan timbulnya problematika masyarakat modern?
2. Kepada siapakah perubahan problematika masyarakat modern?
PEMBAHASAN
.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya,ada tiga aliran yang sudah amat popular.Pertama aliran Nativisme,Kedua aliran Emperisme, dan ketiga aliran konvergensi.
Menurut aliran Nativisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.Aliran ini tamaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam pada diri manusia, dan hal ini kelihatan erat kaitannya dengan pendapat aliran intuisme dalam hal penentuan baik dan buruk sebagaimana telah diuraikan diatas.
Menurut aliran Empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan luar, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pembinaan dan prnddikan yang diberikan kepada anak itu,maka baiklah anak itu.Dengan demikian jika sebaliknya.
Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembebntukan akhlak dipengaruhi oleh factor internal,yaitu pembawaan si anak,dan factor dari luar, yaitu pendidikan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social.
Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadis di bawah ini:
والله اخرجكم من بطون امهتكم لاتعلمون شيئاوجعل لكم السمع والابصاروالافثدة العلكم تثقرون
Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadan yang tidak mengetahui sesuatupun, dan Dan dia memberikamu pendengaran dan penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. Al-Nahl)
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk didik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari.Potensi tersebut harus dusyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan.Hal ini sesuai pula dengan yang dilakukan Lukmanul Hakim kepada anaknya sebagai terlihat pada ayat yang berbunyi:
وإدقال لقمن لابنه وهوبعظة يبني لاتش رك الله ان الشرك لظلم عظيم ووصيناالاانسان بوالديه حملته امه وهناعنا على وهن وفصله نى عا مين ان اشكرلي ولوا لديك الي المصير
Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberikan pelajaran kepadanya.”Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan allah, sesungguhnya mempersekutukan (allah) adlah benar-benarkezalima yang besar.Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada duaorang ibu bapaknya; ibunya telah mengadungnya dalam keadaanlemah yang bertambah-tambah,dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanyakepada kulah kembalimu.QS. Luqman 31:13-14.
Ayat tersebut selain menggambarkan tentang pelaksanaan pendidukan jugaberisi materi pelajaran dan yang utamanya, yaitu pendidikan tauhid dan keimanan, karena keimananlah yang menjadi salah satu dasar yang kokoh bagi pembentuka akhlak.
Kesesuaian teori Konvergensi tersebut diatas juga sejalan dengan hadist Nabi yang berbunyai:
yat tersebut selain menggambarkan tentang pelaksanaan pendidukan jugaberisi materi pelajaran dan yang utamanya, yaitu pendidikan tauhid dan keimanan, karena keimananlah yang menjadi salah satu dasar yang kokoh bagi pembentuka akhlak.
Kesesuaian teori Konvergensi tersebut diatas juga sejalan dengan hadist Nabi yang berbunyai:
كل مولوديولد على الفطرة فابواه يهودانه اوينصرانه اويمجسانه
Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan memvbawa fitrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran),maka kudua orang tuanyaalah yang membentuk anakn itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.(HR. Bukhari)
Ayat dan hadist tersebut di atas selain menggambarkan adanya teori konvergensi juga menunjukan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan adalah kedua orang tua.
Dengan demikian factor yang mempengaruhi pembinan ahklak di anak ada dua, yaitu factor daridalam yaiti, potensi fisik, intelektual dan hati(rohaniah) yang dibawa si anak dari sejak lahir ,dan dari factor luar, yaitu kedua orang tua di rumah,guru di sekolah dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.Melalui kerjasama yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut,maka aspek konditif(pengentahuan),efektif(penghayatan),dan psikomotorik(pengamalan) ajaran yang diajarka akan terbentuk pada diri anak .
Faktor yang lain dalam pembentukan akhlak adalah keluarga,dalam pembentulan kepribadian anak.Melalui fungsi ini keluarga berusaha mempersiapkan anak-anak bekal selengkap-lengkapnya dengan memperkenalkan pola tingkahlaku,sikap,keyakinan,cita-cita dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka kelak.
Proses sosialisasi tidak sewajarnya diberikan kepada orang lain.Peran orang tua sangat besar dalam proses sosialisasi ini,sebab disitu anak akan meniru segala yang dilihat dan dipelajari dari orangtuanya.Apabila orang tua tidak menjalankan fungsi sosialisasi secara baik,maka problem lain yang muncul adalah anak kehilangan perhatian,setelah itu ia akan mencari tokoh lain diluar orang tuanya itu untuk ditiru.
Semua masyarakat sangat menggantungkan diri kepada keluarga dalam hal sosialisasi anak-anak.Peranan orang tua dalam sosialisasi ini sebagai persiapan untuk memasuki usia dewasa agar anak dapat berperan secara positif ditengah-tengah masyarakat.Salahsatu caranya adalah pemberian model bagi anak.Anak belajar menjadi laki-laki.Sosialisasi akan menemukan kesulitan apabila model semacam itu tidak ada dan bila anak harus mengandalkan diri pada model yang disaksikan dalam keluarga lain.Studi semacam ini semakin menegaskan bahwa keluarga adalah factor penentu utama bagi sosialisasi anak.
Tetapi sebaliknya,dalam keluarga yang serba susah yangmenghadapi berbagai masalah kemiskinan yang mencekik,problem sosialisasi dalam keluarga akan berjalan tidak normal.Keluarga seperti ini akan mensosialisasikan anak-anak mereka untuk meneruskan pola ketidakmampuan dan ketergantungan orang tua.
Didalam sebuah hadits Qudsi mengatakan yang artinya,Sesuatu yang diriwayatkan dari Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi,Dia berfirman”Wahai hambaku sesungguhnya Aku mengharamkan kedzaliman atas diri-Ku dan kedzaliman itu Aku haramkan diantara kalian maka janganlan kalian saling mendzalimi.Wahai hamba-Ku masing-masing dari kau akan sesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk mintalah petunjuk kepada-Ku maka Aku akan memberi petunjuk kepadamu.Wahai hamba-Ku masing-masing dari kamu akan lapar kecuali orang yang Aku beri makan mintalah kepada-Ku maka akan Aku akan memberi kepadamu.Wahai hamba-Ku masing-masing kamu itu telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian mintalah pakaian kepada-Ku maka Aku akan memberikan kepadamu.Wahai hamba-Ku sesungguhnya kamu melakukan kesalahan siang dan malam sedang Aku mengampuni semua dosa mintalah ampun kepada-Ku maka Aku akan memberi ampunan kepadamu.Wahai hamba-Ku sesungguhnya kamu tidak akan bias menghindar dari kemudharatan-Ku maka kamu tidak akan mendapatkan kemanfatan-Ku maka mohonlah kemanfaatan kepada-Ku.Wahai hamba-Ku seandainya orang yang pertama dan terakhir dari kamu manusia dan jin dikalangan itu berada pada hati seseorang laki-laki yang paling taqwa diantaramu maka yang demikian itu tidak akan menambahsedikitpun dari kerajaan-Ku .Wahai hamba-Ku seandainya orang pertam dan terakhir dari kamu jin dan manusia berada pada hati seseorang hati seorang laki-laki yang jahat maka yang demikian itu tidak akan mengurangi sedikitpun kerajaan-Ku.Wahai hamba-Ku seandainya orang yang pertama dan terakhir diantara kamu manusia dan jin berdiri pada suatu bukit lalu mereka minta kepada-Ku maka Aku akan memberinya dari setiap orang yang permintaanya.maka yang demikian itu tidak akan mengurangi apa yang ada di sisi-Ku melainkan seperti air laut apabila dimasukan kedalamnya.Wahai hamba-Ku itu adalah amal-amal kalian yang Aku hitung semua untuk kalian dan kemudian Aku sempurnakan bagi kalian.Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan hendaklah memuji Allah dan barang siapa yang mendapatkan selain itu maka janganlah mencela selain dari pada dirinya sendiri(Hadits dikeluarkan Muslim).
KESIMPULAN
Aklakh adalah sesuatu hal yang menentukan bagaimana seseorang bias disegani dan dijauhi itu semua tergantung kepada akhlaknya.
Akhlak yang baik ataupun yang buruk tentunya semua itu ada hal yang menyebabkan itu semua,seseorang yang berakhlak baik tentunya mempunyai factor yang membuat ia mempunyai akhlak yang baik baik itu karena factor internal ataupun eksternal,maka dari itu semua kita harus mengetahui agar pada saatnya kita bias membedakan factor yang akan membawa kebaikan dan keburukan dan tentunya kita akan berusaha untuk mempunyai akhlak yang baik yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Akhlak yang buruk yang terdapat pada diri seseorang yang tentunya semua itu juga memiliki faktor yang menyebabkan itu semua terjadi pada diri orang itu,maka dengan setelah kita mengetahui tentang akhlak buruk ataupun factor-faktor penyebabnya kita akan berusaha untuk berusaha menjauhi factor-faktor tersebut ataupun mencari bagaimana pencegahannya ataupun yang menjadi sosialisasinya.
Rasullah memiliki akhlak yang begitu mulyanya yang tentunya harus kita ikuti dan amalakan dalam kehidupan sehari-hari kita begitupun akhlak kita yang menawan akan kelihatan sungguh indah apabila dibandingkan dengan akhlak yang buruk yang tentunya kita harus menjauhinya.
Allah mencintai bahkan memuliakan orang-orang yang memiliki akhlak yang baik yang sesuai dengan yang diperintahkan-Nya,maka diutuslah Rasullah untuk menyempurnakan akhlak kita agar akhlak kita baik.
Related Articles :
Related Posts
• pengertian akidah dan akhlak
• Syi’ah
• STRATIFIKASI SOSIAL
• Ulumul Qur’an dan Perkembangannya
• REFLEKSI REFORMASI KONSTITUSI 1998-2002
http://www.faqihregas.co.cc/2010/05/problematika-masyarakat-modern.html
Problem Dan Solusi Masyarakat Modern Dalam Perspektif Psikofitrah
at 8:21 PM
Masyarakat modern dewasa ini menghadapi problem yang sangat serius yaitu alienasi. Alienasi dalam pandangan Eric Fromm sejenis penyakit kejiwaan dimana seseorang tidak lagi merasa memiliki dirinya sendiri, sebagai pusat dunianya sendiri melainkan terenggut kedalam mekanisme yang sudah tidak lagi mampu dikendalikan. Masyarakat modern merasakan kebingungan, keterasingan dan kesepian karena apa yang dilakukan bukan atas kehendaknya sendiri melainkan adanya kekuatan luar yang tidak diketahuinya menurut perasaan dan akalnya.
Itulah yang juga dikritik oleh Karl Marx, dia menilai akumulasi modal dan alat produksi pada sekelompok elite membuat dunia mengalami kesenjangan sosial yang hanya memunculkan kemiskinan massal dimana rakyat yang miskin semakin miskin dan yang kaya menjadi kaya. Yang miskin menjadi sangat bergantung pada pemilik modal yang menguasai pusat-pusat produksi dan ekonomi sehingga kebebasan individu untuk memilih pekerjaan sebagai aktualisasi diri tidak mendapatkan tempat yang kondusif. Penindasan terjadi secara terus menerus mereka bekerja hanya untuk menjaga keberlangsungan hidupnya semata sementara disisi lain pemilik modal memeras dengan seenaknya.
Kritik Karl Marx hampir sulit diingkari kebenarannya tentang problem alienasi pada masyarakat modern, hal ini juga diperkuat oleh pandangan Chistropher Lasch yang menyebutkan bahwa krisis kejiwaan yang menimpa masyarakat kapitalis terutama barat telah menyebabkan mereka kehilangan sense of meaning dalam hidupnya.
Apa Itu Kebebasan?
Apa itu kebebasan? Dalam pandangan Psikofitrah, manusia yang terbebaskan adalah manusia yang mampu melepaskan jeratan belenggu manusia untuk menuju kebaikan hidup agar manusia tidak terjerumus menjadi budak hamba nafsunya. Kebaikan itu sesuai yang diperintahkan oleh Alloh SWT agar manusia bertauhid dan beribadah padaNya demi martabat manusia sebagai makhluk yang mulia dan otonom.
Sayyd Hossein Nasr berpandangan bahwa manusia modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuannya telah tercebur kedalam lembah pemujaan terhadap pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab problem kehidupan yang sedang hadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah bisa hanya bertumpu pada materi melainkan pada dimensi spiritual.
Dimensi spiritual ini merupakan anugerah Alloh pada manusia, jika ilmu dan teknologi hanya mampu menyentuh dimensi lahir maka spiritualitas menjadikan alam terlihat jelas yang menghubungkan alam semesta dengan Sang Pencipta. Bagai matahari yang menyinari bumi, dimana cahaya tertangkap oleh inderawi. Disaat titik pusat manusia terputus dari Sang Titik Pusat (Alloh SWT) maka ego selalu memuaskan pada hawa nafsunya. Lantas bagaimana Alloh SWT menyindir kita, “Apakah engkau tidak melihat orang yang menobatkan hawa nafsunya sebagai Tuhannya?” (QS.,45:23).
Manusia yang hidup teralienasi adalah manusia yang hidupnya tidak lagi dibimbing oleh visi ilahiah, maka paradigma kehidupannya hanya didasarkan visi egonya. Visi ego inilah yang membuat diri manusia tunduk dan patuh pada naluri-naluri rendah dan kebebasannya merupakan pelampasian hawa nafsunya. Maka dirinya menjadi tak lagi mampu melihat keindahan alam dengan Yang Maha Indah.
Untuk menjawab problem alineasi pada masyarakat modern Psikofitrah memberikan solusi yaitu dengan bertauhid secara benar. Bertauhid kita akan mendapatkan otonomi dan kebebasan yang hakiki. Bertauhid berarti mengembalikan jiwa pada sunatullah (hukum Alloh). Kita akan merasakan harmonisasi antara sesama manusia dan alam sekitarnya serta kesatuan dengan segala ritme alami yang dimana jiwa manusia tertambat pada Alloh dengan hembus napas kasih sayangNya. Tidak ada yang dipaksakan, tidak ada yang terpaksa, semuanya mengalir dalam sunatullah kehidupan.
posted by :agussyafii
No comment
Post a Comment
Home
Read more: http://agussyafii.blogspot.com/2007/12/problem-dan-solusi-masyarakat-modern.html#ixzz128BEOQTt
Penyuluh Agama dan Problem Masyarakat Modern
Pada era globalisasi dewasa ini penjungkirbalikan nilai di masyarakat
Indonesia berlangsung sangat cepat dan tidak diketahui pasti arahnya
karena daya serap masyarakat terhadap stimulus era global sangat
beragam. Modernisasi ditandai dengan iptek, globalisasi ditandai
dengan penggunaan teknologi informasi yang membuat dunia ini mengecil
menjadi satu kampong. Persitiwa yang berlangsung di Amerika atau
Afrika hari ini, pada hari ini juga kita bisa langsung menyaksikan
melalui layer kaca atau internet. Begitupun sebaliknya. Dunia seperti
telanjang,bisa disaksikan seluruh penduduk bumi. Problemnya bagi
Negara berkembang seperti Indonesia, tingkat pengetahuan dan tingkat
sosialnya belum merata sehingga kemampuannya menyerap informasi tidak
sama.
Di Indonesia sekurang-kurangnya ada lima lapisan strata masyarakat;
lapisan ultra modern, masyarakat modern,masyarakat urban,masyarakat
tradisionil, masyarakat terbelakang bahkan di Papua masih ada
masyarakat yang hidup di zaman batu, belum berpakaian. Kelimanya
menerima stimulus yang sama dari budaya global, berupa kebebasan,
kemewahan, pornografi, kekerasan dan lain sebagainya yang berbeda
dengan nilai-nilai tradisi dan budaya Indonesia. Dampaknya luar biasa,
norma-norma agama dan budaya local terjungkir-balik pada kehidupan
keluarga, kehidupan social politik, ekonomi, mode, selera
makanan,musik dan gaya hidup lainnya. Nah inilah problem berat bagi
petugas penyuluh agama, karena penyuluh itu sendiri juga menjadi
korban dari gelombang budaya globalisasi. Banyak penyuluh agama yang
belummasuk lapisan modern,masih berada pada lapisan urban. Diperlukan
kerja ektra keras untukmempersiapkan penyuluh agama mampu berperan
dalam membantu problem masyarakat modern.
PENYAKIT MANUSIA "MODERN"
Yang dimaksud dengan penyakit manusia modern dalam tulisan ini adalah
gangguan psikologis yang diderita oleh manusia yang hidup dalam
lingkungan peradaban modern. Sebenarnya zaman modern ditandai dengan
dua hal sebagai cirinya, yaitu (1) penggunaan tehnologi dalam berbagai
aspek kehidupan manusia, dan (2) berkembangnya ilmu pengetahuan
sebagai wujud dari kemajuan intelektual manusia. Manusia modern
idealnya adalah manusia yang berfikir logis dan mampu menggunakan
berbagai teknologi untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Dengan kecerdasan dan bantuan teknologi, manusia modern mestinya lebih
bijak dan arif, tetapi dalam kenyataannya banyak manusia yang kualitas
kemanusiaannya lebih rendah dibanding kemajuan berfikir dan teknologi
yang dicapainya. Akibat dari ketidak seimbangan itu kemudian
menimbulkan gangguan kejiwaan. Celaka-nya lagi, penggunaan alat
transportasi dan alat komunikasi modern menyebabkan manusia hidup
dalam pengaruh global dan dikendalikan oleh arus informasi global,
padahal kesiapan mental manusia secara individu bahkan secara etnis
tidaklah sama.
Akibat dari ketidak seimbangan itu dapat dijumpai dalam realita
kehidupan dimana banyak manusia yang sudah hidup dalam lingkup
peradaban modern dengan mengunakan berbagai teknologi-bahkan tehnologi
tinggi sebagai fasilitas hidupnya, tetapi dalam menempuh kehidupan,
terjadi distorsi-distorsi nilai kemanusiaan, terjadi dehumanisasi yang
disebabkan oleh kapasitas intelektual, mental dan jiwa yang tidak siap
untuk mengarungi samudera atau hutan peradaban modern. Mobilnya sudah
memakai Mercy, tetapi mentalnya masih becak, alat komunikasinya sudah
menggunakan telpon genggam dan internet, tetapi komunikasinya masih
memakai bahasa isyarat tangan, menu makan yang dipilih pizza dan ayam
Kentucky, tetapi wawasan gizinya masih kelas tempe bongkrek. Kekayaan,
jabatan dan senjata yang dimilikinnya melambangkan kemajuan, tetapi
jiwanya kosong dan rapuh. Semua simbol manusia modern dipakai, tetapi
substansinya. yakni berfikir logis dan penguasaan teknologi maju masih
jauh panggang dari api.
1. Kerangkeng Manusia Modern
Ketidak berdayaan manusia bermain dalam pentas peradaban modern yang
terus melaju tanpa dapat dihentikan itu menyebabkan sebagian besar
"manusia modern" itu terperangkap dalam situasi yang menurut istilah
Psikolog Humanis terkenal, Rollo May disebut sebagai "Manusia dalam
Kerangkeng", satu istilah yang menggambarkan salah satu derita manusia
modern.
Manusia modern seperti itu sebenarnya adalah manusia yang sudah
kehilangan makna, manusia kosong, The Hollow Man. Ia resah setiap kali
harus mengambil keputusan, ia tidak tahu apa yang diinginkan, dan
tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkaan. Para sosiolog
menyebutnya sebagai gejala keterasingan, alienasi, yang disebabkan
oleh (a) perubahan sosial yang berlangsung sangat cepat, (b) hubungan
hangat antar manusia sudah berubah menjadi hubungan yang gersang, (c)
lembaga tradisionil sudah berubah menjadi lembaga rational, (d)
masyarakat yang homogen sudah berubah menjadi heterogen, dan (e)
stabilitas sosial berubah menjadi mobilitas sosial.
Situasi psikologis dalam sistem sosial yang mengkungkung manusia
modern itu bagaikan kerangkeng yang sangat kuat, yang membuat penghuni
di dalamnya tak lagi mampu berfikir untuk mencari jalan keluar dari
kerangkeng itu. Orang merasa tak berdaya untuk melakukan upaya
perubahan, kekuasaan (sistem) politik terasa bagaikan hantu yang susah
diikuti standar kerjanya, ekonomi dirasakan tercengkeram oleh
segelintir orang yang bisa amat leluasa mempermainkannya sekehendak
hati mereka, bukan kehendaknya, dan nilai-nilai luhur kebudayaan sudah
menjadi komoditi pasar yang fluktuasinya susah diduga.
Bagaikan orang yang telah lama terkurung dalam kerangkeng, manusia
modern menderita frustrasi dan berada dalam ketidak berdayaan,
powerlessness. Ia tidak mampu lagi merencanakan masa depan, ia pasrah
kepada nasib karena merasa tidak berdaya apa-apa. Rakyat acuh tak acuh
terhadap perkembangan politik, pegawai negeri merasa hanya kerja
rutin, dan hanya mengerjakan yang diperintah dan yang diawasi atasannya.
Kerangkeng lain yang tidak kalah kuatnya adalah dalam kehidupan
sosial. Manusia modern dikerangkeng oleh tuntutan sosial. Mereka
merasa sangat terikat untuk mengikuti skenario sosial yang menentukan
berbagai kriteria dan mengatur berbagai keharusan dalam kehidupaan
sosial. Seorang isteri pejabat merasa harus menyesuaikan diri dengan
jabatan suaminya dalam hal pakaian, kendaraaan, assesoris, bahkan
sampai pada bagaimana tersenyum dan tertawa. Seorang pejabat juga
merasa harus mengganti rumahnya, kendaraannya, pakaiannya, kawan-kawan
pergaulannya, minumannya, rokoknya dan kebiasan-kebiasaan lainnya agar
sesuai dengan skenario sosial tentang pejabat. Kaum wanita juga dibuat
sibuk untuk mengganti kosmetiknya, mode pakaiannya, dandanannya, meja
makan dan piring di rumahnya untuk memenuhi trend yang sedang berlaku .
Manusia modern begitu sibuk dan bekerja keras melakukan penyesuaian
diri dengan trend modern. Ia merasa sedang berjuang keras untuk
memenuhi keinginannya, padahal yang sebenarnya mereka diperbudak oleh
keinginan orang lain, oleh keinginan sosial. Ia sebenarnya sedang
mengejar apa yang diharapkan oleh orang lain agar ia mengejarnya. Ia
selalu mengukur perilaku dirinya dengan apa yang ia duga sebagai
harapan orang lain. Ia boleh jadi mem-peroleh kepuasan, tetapi
kepuasan itu sebenarnya kepuasan sekejap, yakni kepuasan dalam
mempertontonkan perilaku yang dipesan oleh orang lain. Ia tak ubahnya
pemain sandiwara di atas panggung yang harus trampil prima sesuai
dengan perintah sutradara, meskipun boleh jadi ia sedang kurang sehat.
Begitulah manusia modern, ia melakukan sesuatu bukan karena ingin
melakukannya, tetapi karena merasa orang lain menginginkan agar ia
melakukannya. Ia sibuk meladeni keinginan orang lain, sampai ia lupa
kehendak sendiri. Ia memiliki ratusan topeng sosial yang siap dipakai
dalam berbagai event sesuai dengan skenario sosial, dan saking
seringnya menggunakan topeng sampai ia lupa wajah asli miliknya.
Manusia modern adalah manusia yang sudah kehilangan jati dirinya,
perilakunya sudah seperti perilaku robot, tanpa perasaan. Senyumnya
tidak lagi seindah senyuman fitri seorang bayi, tetapi lebih sebagai
make up. Tawanya tidak lagi spontan seperti tawa ceria kanak-kanak dan
remaja, tetapi tawa yang diatur sebagai bedak untuk memoles
kepribadiannya. Tangisannya tidak lagi merupakan rintihan jiwa, tetapi
lebih merupakan topeng untuk menutupi borok-borok akhlaknya, dan
kesemuanya sudah diprogramkan kapan harus tertawa dan kapan harus
menangis.
2. Gangguan Kejiwaan Manusia Modern
Sebagai akibat dari sikap hipokrit yang berkepanjangan, maka manusia
modern mengidap gangguan kejiwaan antara lain berupa: (a) Kecemasan,
(b) Kesepian, (c) Kebosanan, (d) Perilaku menyimpang, (e) Psikosomatis.
a. Kecemasan
Perasaan cemas yang diderita manusia modern tersebut diatas adalah
bersumber dari hilangnya makna hidup, the meaning of life. Secara
fitri manusia memiliki kebutuhan akan makna hidup. Makna hidup
dimiliki oleh seseorang manakala ia memiliki kejujuran dan merasa
hidupnya dibutuhkan oleh orang lain dan merasa mampu dan telah
mengerjakan sesuatu yang bermakna untuk orang lain. Makna hidup
biasanya dihayati oleh para pejuang - dalam bidang apapun - karena
pusat perhatian pejuang adalah pada bagaimana bisa menyumbangkan
sesuatu untuk kepentingan orang lain. Seorang pejuang biasanya
memiliki tingkat dedikasi yang tinggi, dan untuk apa yang ia
perjuangkannya, ia sanggup berkorban, bahkan korban jiwa sekalipun.
Meskipun yang dilakukan pejuang itu untuk kepentingan orang lain,
tetapi dorongan untuk berjuang lahir dari diri sendiri, bukan untuk
memuaskan orang lain. Seorang pejuang melakukan sesuatu sesuai dengan
prinsip yang dianutnya, bukan prinsip yang dianut oleh orang lain.
Kepuasan seorang pejuang adalah apabila ia mampu berpegang teguh
kepada prinsip kejuangannya, meskipun boleh jadi perjuangannya itu gagal.
Adapun manusia modern seperti disebutkan diatas, mereka justeru tidak
memilki makna hidup, karena mereka tidak memiliki prinsip hidup. Apa
yang dilakukan adalah mengikuti trend, mengikuti tuntutan sosial,
sedangkan tuntutan sosial belum tentu berdiri diatas suatu prinsip
yang mulia. Orang yang hidupnya hanya mengikuti kemauan orang lain,
akan merasa puas tetapi hanya sekejap, dan akan merasa kecewa dan malu
jika gagal. Karena tuntutan sosial selalu berubah dan tak ada
habis-habisnya maka manusia modern dituntut untuk selalu
mengantisipasi perubahan, padahal perubahan itu selalu terjadi dan
susah diantisipasi, sementara ia tidak memiliki prinsip hidup,
sehingga ia diperbudak untuk melayani perubahan. Ketidak seimbangan
itu, dan terutama karena merasa hidupnya tak bermakna, tak ada
dedikasi dalam perbuatannya, maka ia dilanda kegelisahan dan kecemasan
yang berkepanjangan. Hanya sesekali ia menikmati kenikmatan sekejap,
kenikmatan palsu ketika ia berhasil pentas diatas panggung sandiwara
kehidupan.
b. Kesepian
Gangguan kejiwaan berupa kesepian bersumber dari hubungan antar
manusia (interpersonal) di kalangan masyarakat modern yang tidak lagi
tulus dan hangat. Kegersangan hubungan antar manusia ini disebabkan
karena semua manusia modern menggunakan topeng-topeng sosial untuk
menutupi wajah kepribadiannya. Dalam komunikasi interpersonal,manusia
modern tidak memperkenalkan dirinya sendiri, tetapi selalu
menunjukannya sebagai seseorang yang sebenarnya bukan dirinya.
Akibatnya setiap manusia modern memandang orang lain, maka yang
dipandang juga bukan sebagai dirinya, tetapi sebagai orang yang
bertopeng. Selanjutnya hubungan antar manusia tidak lagi sebagai
hubungan antar kepribadian, tetapi hubungan antar topeng, padahal
setiap manusia membutuhkan orang lain, bukan topeng lain.
Sebagai akibat dari hubungan antar manusia yang gersang, manusia
modern mengidap perasaan sepi, meski ia berada di tengah keramaian.
Sebagai manusia, ia benar-benar sendirian, karena yang berada di
sekelilingnya hanyalah topeng-topeng. Ia tidak dapat menikmati
senyuman orang lain, karena iapun mempersepsi senyuman orang itu
sebagai topeng, sebagaimana ketika ia tersenyum kepada orang lain.
Pujian orang kepadanya juga dipandangnya sebagai basa-basi yang sudah
diprogram, bahkan ucapan cinta dari sang kekasihpun terdengar hambar
karena ia memandang kekasihnyapun sebagai orang yang sedang mengenakan
topeng cinta. Sungguh malang benar manusia modern ini.
c. Kebosanan
Karena hidup tak bermakna, dan hubungan dengan manusia lain terasa
hambar karena ketiadaan ketulusan hati, kecemasan yang selalu
mengganggu jiwanya dan kesepian yang berkepanjangan, menyebabkan
manusia modern menderita gangguan kejiwaan berupa kebosanan. Ketika
diatas pentas kepalsuan, manusia bertopeng memang memperoleh
kenikmatan sekejap, tetapi setelah ia kembali ke rumahnya, kembali
menjadi seorang diri dalam keaslianya, maka ia kembali dirasuki
perasaan cemas dan sepi.
Kecemasan dan kesepian yang berkepanjangan akhirnya membuatnya menjadi
bosan, bosan kepada kepura-puraan, bosan kepada kepalsuan, tetapi ia
tidak tahu harus melakukan apa untuk menghilangkan kebosanan itu.
Berbeda dengan perasaan seorang pejuang yang merasa hidup dalam
keramaian perjuangan meskipun ketika itu ia sedang duduk sendiri di
dalam kamar, atau bahkan dalam sel penjara, manusia modern justeru
merasa sepi di tengah-tengah keramaian, frustrasi di tengah aneka
fasilitas, dan bosan di tengah kemeriahan pesta yang menggoda.
d. Perilaku Menyimpang
Kecemasan, kesepian dan kebosanan yang diderita berkepanjangan,
menyebabkan seseorang tidak tahu persis apa yang harus dilakukan. Ia
tidak bisa memutuskan sesuatu, dan ia tidak tahu jalan mana yang harus
ditempuh. Dalam keadaan jiwa yang kosong dan rapuh ini, maka ketika
seseorang tidak mampu berfikir jauh, kecenderungan memuaskan motif
kepada hal-hal ang rendah menjadi sangat kuat, karena pemuasan atas
motif kepada hal-hal yang rendah agak sedikit menghibur.
Manusia dalam tingkat gangguan kejiwaan seperti itu mudah sekali
diajak atau dipengaruhi untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan
meskipun perbuatan itu menyimpang dari norma-norma moral. Kondisi
psikologi mereka seperti hausnya orang yang sedang berada dalam
pengaruh obat terlarang. Dalam keadaan tak mampu berfikir, apa saja ia
mau melakukan asal memperoleh minuman. Kekosongan jiwa itu dapat
mengantar mereka pada perbuatan merampok orang, meskipun mereka tidak
membutuhkan uang, memperkosa orang tanpa mengenal siapa yang
diperkosa, membunuh orang tanpa ada sebab-sebab yang membuatnya harus
membunuh, pokoknya semua perilaku menyimpang yang secara sepintas
seakan memberikan hiburan dapat mereka lakukan.
e. Psikosomatik
Psikosomatik adalah gangguaan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor
kejiwaan dan sosial. Seseorang jika emosinya menumpuk dan memuncak
maka hal itu dapat menyebabkan terjadinya goncangan dan kekacauan
dalam dirinya. Jika faktor-faktor yang menyebabkan memuncaknya emosi
itu secara berkepanjangan tidak dapat dijauhkan, maka ia dipaksa untuk
selalu berjuang menekan perasaannya. Perasaaan tertekan, cemas,
kesepian dan kebosanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi
kesehatan fisiknya.
Jadi Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan, fisik dan
mental, yang dalam bahasa Arab disebut nafsajasadiyyah atau
nafsabiolojiyyah. Yang sakit sebenarnya jiwanya, tetapi menjelma dalam
bentuk sakit fisik.
Penderita Psikosomatik biasanya selalu mengeluh merasa tidak enak
badan, jantungnya berdebar-debar, merasa lemah dan tidak bisa
konsentrasi. Wujud psikosomatik bisa dalam bentuk syndrome, trauma,
stress, ketergantungan kepada obat penenang/alkohol/narkotik atau
berperilaku menyimpang.
Manusia modern penderita psikosomatik adalah ibarat penghuni
kerangkeng yang sudah tidak lagi menyadari bahwa kerangkeng itu
merupakan belenggu. Baginya berada dalam kerangkeng seperti memang
sudah seharusnya begitu, ia sudah tidak bisa membayangkan seperti apa
alam di luar kerangkeng.
3. Terapi Psikologis Untuk Manusia Modern
Karena derita manusia modern itu berasal dari kerangkeng yang
membelenggunya, maka jalan keluar dari problem itu adalah dengan
berusaha ke luar dari kerangkeng itu. Kerangkeng yang membelenggu
manusia modern sebenarnya hanya berupa nilai, atau tepatnya karena
kekosongan nilai. Kekosongan nilai manusia modern itu disebabkan
karena ia tidak lagi mengenali dirinya dalam konstalasi
makhlukKhalik. Ia terpuruk hanya berkutat di pojok makhluk, oleh
karena itu dunianya menjadi sempit, langitnya menjadi rendah.
Untuk berani ke luar dari kerangkengnya maka mula pertama manusia
modern harus terlebih dahulu mengenali kembali jati dirinya, apakah
makhluk itu, apa sebenarnya manusia itu, siapa dirinya sebenarnya,
untuk apa ia berada di dunia ini dan mau kemana setelah itu.
Bagi manusia modern yang belum terlalu parah penyakitnya, ia dapat
diajak berdialog, diajak berfikir, merenung tentang apa yang telah
terjadi dan seberapa sisa hidupnya. Ia diajak untuk mengenali dirinya
dalam kontek ciptaan Allah, karena sebagaimana kata Nabi barang siapa
mengenali siapa dirinya maka ia akan mengenali siapa Tuhannya.
Bagi penderita yang sudah parah, maka dialog tidak dapat menolongnya.
Kepadanya sebaiknya dibawa saja dalam situasi yang tidak memberi
peluang selain berfikir dan merasa berada dalam suasana religious,
misalnya di-ajak dalam forum dzikir jahr, seperti yang ada dalam
lingkungan tarekat Naqsyabandiyaah. Iklim dzikir jahr itu akan memaksa
dia mengikuti pembacaan kalimah thayyibah, dan pembacaan yang
berulang-ulang akan membantu secara perlahan-lahan larut dalam suasana
yang kurang difahami tetapi indah dan menyenangkan.
Dalam perspektif ini, maka tasauf atau spiritualitas agama sebenarnya
sangat relevan bagi manusia modern, bagi yang masih sehat , dan
terutama bagi yang sudah sakit.
4. Pandangan Hidup Muslim
Manusia terperangkap di dalam kerangkeng modern disebabkan karena
memiliki cara pandang yang keliru terhadap hidup ini. Mereka memiliki
pandangan hidup yang keliru sehingga menghasilkan kekeliruan, dan
menyebabkan mereka tidak memperoleh makna modernisasi tetapi justeru
menjadi konsumen dari limbah modernisasi. Seorang muslim yang memiliki
pandangan hidup yang benar, maka ia akan tetap eksis dan kuat dalam
segala zaman, zaman tradisionil maupun zaman modern, karena pandangan
hidup yang benar akan menseleksi limbah dari esensi.
Pandangan hidup Muslim sekurang-kurangnya dapat diukur dari hal-hal
sebagai berikut:
a. Tujuan Hidup. Agama Islam mengajarkan bahwa tujuan dari hidup
manusia adalah untuk mencari ridla Allah, ibtigha'a mardatillah, oleh
karena itu acuan hidupnya adalah pada apakah yang dipilih itu sesuatu
yang diridhai Tuhan atau tidak. Pandangan hidup ini akan membuat orang
kuat dalam pendirian, tidak takut dicaci maki dan bahkan tidak takut
tersingkir dari sistem sosial. Jika seseorang telah menetapkan ridla
Tuhan sebagai tujuan hidupnya, maka ia terhindar dari keharusan
memenuhi tuntutan sosial yang bertentangan dengan tujuan hidupnya.
b. Fungsi Hidup. Agama Islam mengajarkan bahwa fungsi manusia di muka
bumi adalah sebagai khalifah Allah. Sebagai khalifah Allah, manusia
diberi tangung jawab untuk menegakkan kebenaran dan hukum Allah di
muka bumi, yang untuk itu manusia diberi hak untuk mengelola dan
memanfaatkan alam . Pandangan hidup ini menyebabkan seseorang tidak
bisa tinggal diam melihat merajalelanya perbuatan manusia yang merusak
kehidupan. Sebagai khalifah ia terpanggil untuk amar ma'ruf dan nahi
mungkar. Dalam perspektif ini manusia adalah subyek, bukan semata-mata
obyek.
c. Tugas Hidup. Agama Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan
adalah untuk menyembah Tuhan. Jadi ibadah adalah tugas yang harus
dijalankan, bukan tujuan. Untuk mencapai tujuan memperoleh ridla
Tuhan, manusia harus disiplin menjalankan tugas ibadahnya. Bagi yang
disiplin menjalankan tugas maka ia berhak memperoleh promosi, bagi
yang malas maka ia akan tertinggal.
d. Alat Hidup. Untuk menggapai tujuan dan untuk menjalankan tugas,
manusia diberi alat, yaitu dirinya (fisiknya, intelektualnya dan
jiwanya) dan harta atau alam. Harta kekayaan adalah alat hidup, bukan
tujuan, oleh karena itu seberapa banyak manusia membutuhkan harta
adalah sebanyak dibutuhkannya untuk kepentingan menjalankan tugas
ibadah dan menggapai rida Allah sebagai tujuan hidupnya. Untuk
menggapai tujuan dan menjalankan tugas, manusia memerlukan gizi bagi
kesehatan tubuhnya, pakaian untuk pergaulan, kaki atau kendaraan untuk
menempuh perjalanan, tangan atau kekuasaan untuk menjalankan suatu
keputusan, dan ilmu untuk meningkatkan kualitas kerjanya.
e. Teladan Hidup. Manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan
imitasi dan identifikasi. Manusia membutuhkan tokoh untuk ditiru,
karena ilmu dan ketrampilan saja tidak menjamin untuk menggapai nilai
keutamaan kerja. Untuk itu ajaran Islam menetapkan bahwa tokoh yang
harus menjadi panutan hidup manusia adalah Nabi Muhammad saw. Muhammad
adalah uswatun hasanah bagi orang mukmin. Keteladanan Muhammad tak
tertandingi oleh siapapun, karena Nabi Muhammad merupakan perwujudan
kongkrit dari nilai-nilai al Qur'an, Kana khuluquhu al Qur'an, kata
Aisyah r.a.
f. Lawan dan Kawan Hidup. Dalam hidup, berjuang menjalankan tugas dan
menggapai tujuan, manusia membutuhkan kawan dan tak jarang berjumpa
lawan. Islam mengajarkan bahwa semua orang mukmin, antara yang satu
dengan yang lain adalah saudara, dan bahwa syaitan adalah lawan atau
musuh yang konsisten. Seorang mukmin harus mengutamakan orang mukmin
lainnya sebagai partner, dan bahwa berhubungan dengan syaitan tak akan
menghasilkan apa-apa selain kerugian.
Menfungsikan Penyuluh Agama
Predikat Penyuluh Agama sesunguhnya berbeda dengan muballigh atau guru
Majlis Ta`lim, penyuluh agama lebih dekat ke Konselor Agama..
Muballigh dituntut untuk banyak berbicara sedangkan Konselor dituntut
untuk mampu dan banyak mendengar. MMuballigh berhadapan dengan public
orang sehat, sedangkan konselor berhadapan dengan orang bermasalah.
satu persatu. Muballigh bertindak sebagai subyek menghadapi mad`u
sebagaiobyek, sedangkan konselor hanya membantu orang bermasalah agar
ia bisa menjadi subyek untuk mengatasi sendiri masalahanya sebagai
obyeknya. Jadi para penyuluh agama harus memiliki perspektip dirinya
ketika bertemu orang bermasalah bahwa ia adalah penyuluh,bukan
muballigh. Orang bermasalah sering bisa hilang masalahnya hanya dengan
mengutarakannya kepada orang yang tepat (konselor). Orang bermasalah
justeru semakin pusing ketika harus mendengarkan petuah
panjang-panjang dari muballigh.
Mengubah konsep diri muballigh menjadi konselor tidak mudah.
Dibutuhkan ilmu pengetahuan, pengalaman lapangan dan penghayatan atas
problem-problem hidup manusia. Problem manusia dalam kehidupan modern
tiap hari kita jumpai, tetapi tidak semua orang mampu mengurai
anatominya untuk kemudian dicarikan solusinya. Untuk penyuluh agama
yang bertugas di wilayah ibu kota lebih mudah menyediakan program
untuk mereka karena dekat dengan kasus dan banyak nara sumber. Untuk
itu maka program peningkatan mereka dari muballigh ke penyuluh untuk
menfungsikan mereka sebagai penyuluh agama pada pemecahan masalah
manusia modern dapat dilakukan dengan program berkala, misalnya
semingu sekali. Programnya berbentuk :
1. Mendatangkan nara sumber untuk memberikan wawasan tentang problem
masyarakat modern (psikologi)
2. Dengan dipandu seorang instsruktur,setiap penyuluh ditugasi
mengamati problem-problem masyarakat di wilayahnya dan melaporkannya
dalam bentuk paper.
3. Dengan dipandu instruktur pula, pada setiap hari program bersama,
masing-masing memaparkan temuanya.
4. Instruktur memandu mereka dalam pemahaman masalah dan
5. Instruktur memandu mereka untuk menemukan format problem solving
6. Menerbitkan jurnal penyuluhan untuk internal yang bahannya diambil
dari kasus-kasus yang ditemukan oleh para penyuluh.
7. Secara berkala diadakan semacam seminar untuk mengangkat problem
itu ke permukaan.
BATAS
A. Masyarakat Modern
Masyarakat modern terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia (himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu). Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Jadi masyarakat modern berarti suatu himpunan yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.
Menurut Deliar Noer ada 5 ciri-ciri masyarakat modern sebagai berikut :
1. Bersifat rasional,
2. Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh,
3. Menghargai waktu,
4. Bersikap terbuka,
5. Berpikir objektf.
Dalam pada itu, Alfin Toffler, sebagai dikemukakan oleh Jalaludin Rahmat, membagi masyarakat ke dalam tiga bagian. Yaitu masyarakat pertanian (Agricultural Society), masyarakat industri (Industrial Society), dan masyarakat infomasi (Informatical Society).
Masyarakat pertanian, ekonominya bertumpu pada tanah / sumber alam. Teknologi yang digunakan adalah teknologi kecil seperti pompa penyemprot hama, racun tikus, dan sebagainya. Informasi yang mereka gunakan adalah media tradisional, dari mulut ke mulut, bersifat lokal, dan informasi terpusat pada salah seorang yang dianggap tokoh. Dari segi kejiwaan, mereka banyak menggunakan kekuatan yang bersifat irrasional, seperti penanganan masalah dengan cara pergi ke dukun.
Selanjutnya masyarakat industri berbeda dengan masyarakat pertanian. Modal dasar berupa peralatan produksi dan mesin-mesin produksi. Teknologi yang digunakan adalah teknologi tinggi. Informasi yang mereka gunakan sudah menggunakan media cetak atau tulisan yang dapat disimpan oleh siapa saja. Secara kejiwaan, mereka adalah manusia yang cerdas, berilmu pengetahuan, menguasai teknologi, dan berpikir untuk hidup secara makmur dalam bidang materi.
Yang ketiga adalah masyarakat informasi, yang paling menentukan dalam masyarakat informasi adalah orang-orang yang paling banyak memiliki informasi. Dari segi teknologi, masarakat informasi menggunakan teknologi elektronika. Penggunaan teknologi elektronika telah mengubah lingkungan informasi dari yang bersifat lokal dan nasional kepada lingkungan yang bersifat internasional, mendunia, dan global. Secara kejiwaan, mereka adalah manusia yang serba ingin tahu, mampu menjelaskan, dan imajinatif.
B. Problematika Masyarakat Modern.
Kemajuan di bidang teknologi pada zaman modern ini telah membawa manusia ke dalam dua sisi, yaitu bisa memberi nilai tambah (positif), tapi pada sisi laian dapat mengurangi (negatif).
Efek positifnya tentu saja akan menigkatkan keragaman budaya melalui penyediaan informasi yang menyeluruh sehingga memberikan orang kesempatan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan baru dan meningkatkan produksi. Sedangkan efek negatifnya kemajuan teknologi akan berbahaya jika berada di tangan orang yang secara mental dan keyakinan agama belum siap. Mereka dapat menyalahgunakan teknologi untuk tujuan-tujuan yang destruktif dan mengkhawatirkan. Misalnya penggunaan teknologi kontrasepsi dapat menyebabkan orang dengan mudah dapat melakukan hubungan seksual tanpa harus takut hamil atau berdosa. Jaringan-jaringan peredaran obat-obat terlarang, tukar menukar informasi, penyaluran data-data film yang berbau pornografi di bidang teknologi komunikasi seperti komputer, faximile, internete, dan sebagainya akan semakin intensif pelaksanaannya.
Hal tersebut di atas adalah gambaran-gambaran masyarakat modern yang obsesi keduniaannya tampak lebih dominan ketimbang spritual. Kemajuan teknologi sains dan segala hal yang bersifat duniawi jarang disertai dengan nilai spiritual.
Menurut Sayyed Hossein Nasr, seorang ilmuwan kenamaan dari Iran, berpandangan bahwa manusia modern dengan kemajuan teknologi dan pengetahuaannya telah tercebur ke dalam lembah pemujaan terhadap pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab problem kehidupan yang sedang dihadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah bisa hanya bertumpu pada materi melainkan pada dimensi spiritual. Jika hal tersebut tidak diimbangi akibatnya jiwa pun menjadi kering, dan hampa. Semua itu adalah pengaruh dari sekularisme barat, yang manusia-manusianya mencoba hidup dengan alam yang kasat mata.
Menurut Nashr, manusia barat modern memperlakukan alam seperti pelacur. Mereka menikmati dan mengeksploitasi alam demi kepuasan dirinya tanpa rasa kewajiban dan tanggung jawab apa pun. Nashr melihat, kondisi manusia modern sekarang mengabaikan kebutuhannya yang paling mendasar dan bersifat spiritual, mereka gagal menemukan ketentraman batin, yang berarti tidak ada keseimbangan dalam diri. Hal ini akan semakin parah apabila tekanannya pada kebutuhan materi semakin meningkat sehingga keseimbangan semakin rusak. Oleh karena itu, manusia memerlukan agama untuk mengobati krisis yang dideritanya.
Dari sikap mental yang demikian itu kehadiran iptek telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern, sebagai berikut :
1. Desintegrasi ilmu pengetahuan
Banyak ilmu yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada tali pengikat dan penunjuk jalan yang menguasai semuanya, sehingga kian jauhnya manusia dari pengetahuan akan kesatuan alam.
2. Kepribadian yang Terpecah
Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak, maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah, hilangnya kekayaan rohaniah karena jauhnya dari ajaran agama.
3. Penyalahgunaan Iptek
Berbagai iptek disalahgunakan dengan segala efek negatifnya sebagaimana disebutkan di atas.
4. Pendangkalan Iman
Manusia tidak tersentuh oleh informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan hal itu menjadi bahan tertawaan dan dianggap tidak ilmiah dan kampungan.
5. Pola Hubungan Materialistik
Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan keuntungan yang bersifat material.
6. Menghalalkan Segala Cara
Karena dangkalnya iman dan pola hidup materialistik manusia dengan mudah menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan.
7. Stres dan Frustasi
Manusia mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya untuk terus bekerja tanpa mengenal batas dan kepuasan. Sehingga apabila ada hal yang tidak bisa dipecahkan mereka stres dan frustasi.
8. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
Mereka menghabiskan masa mudanya dengan memperturutkan hawa nafsu dan menghalalkan segala cara. Namun ada suatu saat tiba waktunya mereka tua segala tenaga, fisik, fasilitas dan kemewahan hidup sudah tidak dapat mereka lakukan, mereka merasa kehilangan harga diri dan masa depannya.
C. Perlunya Pengembangan Akhlak Tasawuf
Akhlak tasawuf merupakan solusi tepat dalam mengatasi krisis-krisis akibat modernisasi untuk melepaskan dahaga dan memperoleh kesegaran dalam mencari Tuhan. Intisari ajaran tasawuf adalah bertujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga seseorang merasa dengan kesadarannya iu brrada di hadirat-Nya. Tasawuf perlu dikembangkan dan disosialisasikan kepada masyarakat dengan beberapa tujuan, antara lain: Pertama, untuk menyelamatkan kemanusiaan dari kebingungan dan kegelisahan yang mereka rasakan sebagai akibat kurangnya nilai-nilai spiritual. Kedua, memahami tentang aspek asoteris islam, baik terhadap masyarakat Muslim maupun non Muslim. Ketiga, menegaskan kembali bahwa aspek asoteris islam (tasawuf) adalah jantung ajaran islam. Tarikat atau jalan rohani (path of soul) merupakan dimensi kedalaman dan kerahasiaan dalam islam sebagaimana syariat bersumber dari Al-Quran dan Al- Sunnah. Betapapun ia tetap menjadi sumber kehidupan yang paling dalam, yang mengatur seluruh organisme keagamaan dalam
islam. Ajaran dalam tasawuf memberikan solusi bagi kita untuk menghadapi krisis-krisis dunia. Seperti ajaran tawakkal pada Tuhan, menyebabkan manusia memiliki pegangan yang kokoh, karena ia telah mewakilkan atau menggadaikan dirinya sepenuhnya pada Tuhan. Selanjutnya sikap frustasi dapat diatasi dengan sikap ridla. Yaitu selalu pasrah dan menerima terhadap segala keputusan Tuhan. Sikap materialistik dan hedonistik dapat diatasi dengan menerapkan konsep zuhud. Demikan pula ajaran uzlah yang terdapat dalam tasawuf. Yaitu mengasingkan diri dari terperangkap oleh tipu daya keduniaan. Ajaran-ajaran yang ada dalam tasawuf perlu disuntikkan ke dalam seluruh konsep kehidupan. Ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial, politik, kebudayaan dan lain sebagainya perlu dilandasi ajaran akhlak tasawuf.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm 636.
Deliar Noer, Pembangunan di Indonesia, (Jakarta: Mutiara, 1987), hlm 24.
Abudin Nata, Akhlaq Tasawuf, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), hlm 286.
Agussyafii.blogspot.com/2007/12/problem-dan-solusi-masyarakat-modern.html
Sayyed Hossein Nashr, Man and Nature…….. 57.
Sayyed Hossein Nashr, ideals and realities of islam ….. hlm 121.
Posted by makmum at 6:05 PM
Labels: artikel islam
0 comments:
Post a Comment
Links to this post
Create a Link
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
About Me
makmum anshory
Departure from the Conference frustrated me to think. "I think I have"
View my complete profile
DAFTAR LINK
• Akhbar/Majalah Arab
• anak semeru
• antivirus PC media
• baha blog
• Belajar Faraid
• code HTML
• code warna HTML
• Custom Glitter Graphics
• daftar mastercard
• daftar pencarian google
• data sekolah
• data siswa
• departemen keuangan
• diskusi web forum
• donwload novel
• donwload novel
• donwload software
• download buku dan novel
• download clip arab
• download film
• download youtube
• driver sound
• Fatwa MUI
• film and movie
• free icon gallery
• free templete
• game zone
• hand phone
• harga sperpart komputer
• icon favicon gnerat
• Imaba Surabaya
• informasi hand phone
• informasi telkom
• judul skripsi
• kitab
• Kitab online
• kitab syamela
• kitab-kitab islam
• kitab-kitab islam arab
• makalah kampus
• maseko terbaru
• my friendster
• nama flas
• o-om
• perpus IAIN
• picture trail
• pusat kajian islam
• Radio Online
• serial
• skripsi
• skripsi UIN
• SMKN 1 Sampang
• sms gratis
• subtitle film
• the hacker
• thoriqul islam
• tips n trik windows
• tips n tutorial komputer
• tips windows
• translete bahasa
• TV Online
• UU di indonesia
• walpaper kartun
• xing pe
visitor
Feedjit Live Blog Stats
Langganan:
Postingan (Atom)